Sudah hampir seminggu Bintang tak pernah muncul lagi dalam penglihatanku. Mungkin pernah, namun ia tak pernah selalu ada lagi. Bintang selalu bersama Lady. Dikelaspun Bintang pindah tempat duduk dan aku ingat betul bagaimana ia meminta izin padaku.
"Binta, gue duduk sama Azhar ya? Boleh kan?"
Dan aku mengangguk, padahal sebenarnya aku tak ingin ia pindah.
3 hari lagi ulang tahun aku dan Onta. Dan aku merasa, jarak ini mungkin akan menghancurkan hari itu. Aku saja bingung aku akan memberi hadiah apa untuk Bintang.
"Ma, ngadoin Onta apa ya?" tanyaku pada mama saat mama sedang melukis.
"Menurut kamu, Onta suka kalo dibeliin apa?" tanya mamaku tanpa menoleh sedikitpun.
Aku menempelkan kedua telapak tanganku kepipi. "Binta bingung, ma."
"Coba pikirin, apa yang Onta sering omongin akhir-akhir ini. Kali aja ada benda yang dia mau,"
Aku menghembuskan nafas panjang dan mengangguk, kemudian kembali kekamar dan mencoba mengingat-ingat.
Tak lama kemudian, aku menjentikkan jariku dan langsung membuka laptop, aku mencari foto-foto lamaku dan Bintang saat masih kecil. Aku ingat, dia pernah membahas soal memori-memori lama.Flashback on.
Aku dan Bintang sedang dalam perjalanan menuju puncak. Aku berada satu mobil dengan keluarga Bintang. Ia membuka galeri handphonenya dan sesekali tersenyum.
"Nta, lo kenapa deh?"
"Eh? Ini, lucu liat foto kita yang lama-lama, kangen. Gaberasa udah bertahun-tahun kita temenan,"
Flashback off.
Setelah mengingat kejadian itu, aku berniat untuk membuat scrapbook dengan isi foto-fotoku dan Bintang sejak kecil. Mungkin lucu.
Aku mencari data-data lamaku bahkan sampai kutanyakan ke mama, mungkin mama punya.
***
Besok adalah ulang tahun Bintang, aku sudah mempersiapakan hadiah yang kubuat. Ya walaupun gak seberapa, tapi kuharap Bintang suka.
Malam ini aku mengajak bang Rehan untuk membeli beberapa dekorasi untuk Bintang. Aku sama sekali tak memikirkan ulang tahunku, percuma kalau Bintangpun lebih sibuk sama yang lain.
"Lo yakin emang Bin? Besok kan lo juga ulang tahun." Tanya bang Rehan diperjalanan.
"Gapapakok bang, Binta juga kan gangarep buat yang manis-manis. Biar Onta aja dulu yang dapet suprise manis," jawabku.
"Alah kebo macem die aja dikasih yang manis-manis, geli gue." Bang Rehan tertawa dan menepuk-nepuk kepalanya.
"Makasih ya, Bin. Karena lo selalu ada buat Bintang. Biarpun Bintang gatau diri, lo masih aja peduli begini." Ucapnya saat tawanya sudah mereda.
Aku hanya tersenyum menjawabnya, mungkin aku terlalu menyukai Bintang. Apapun itu, puasa ngomong pada orang yang disuka itu sangat sulit.