Part 5

639 77 1
                                    

"Nayeon?" Tebak guru tersebut sambil berjalan mendekati Nayeon.

"N-ne?" Nayeon bingung. Perasaannya mulai tak enak.

"Ikut aku."

Tanpa memberi waktu Nayeon untuk kebingungan atau sekedar berfikir ada apa,guru yang tak Nayeon kenal itu membawa Nayeon entah kemana.

Gadis itu pasrah-pasrah saja mengikuti langkah guru didepannya. Firasatnya tidak menunjukkan sesuatu yang buruk. Setidaknya maupun itu buruk,ia masih bisa untuk bertahan.

Tanpa sadar terus mengikuti gurunya,Nayeon akhirnya sampai diruangan yang dia sendiri tidak tau ruangan apa tapi begitu ia melihat kedalam ruangan,ia mulai merasa kesal tapi ia masih menahannya.

Setelah guru yang tadi mengantarkannya ke sebuah neraka kecil pergi,Nayeon mencoba untuk tetap tenang dan masuk kedalam ruangan kepala sekolah sambil menahan amarahnya.

"Kau akhirnya datang,Im Nayeon." Ucap seorang wanita paruh baya dikursinya begitu ia melihat Nayeon.

Nayeon berjalan masuk kedalam ruangan dan berdiri tepat didepan meja tempat kepala sekolahnya itu duduk. Ia menatap wajah neneknya itu lekat. Secara tidak langsung menunjukkan kebenciannya.

"Aku tidak pernah ingin menginjakkan kakiku ditempat ini,Park Gyojangnim." Balas Nayeon dengan nada sedikit mengejek.

Wanita paruh baya didepan Nayeon tertawa kecil mendengar ucapan Nayeon,"Jangan terlalu kasar begitu,Nayeon-ah. Aku ini nenekmu,kau ini cucuku. Kau darah dagingku. Kau harusnya berterima kasih padaku karena sudah mau membantumu sembuh dari penyakit aneh itu."

Nayeon mencoba mengatur emosinya dengan sekuat tenaga,"Aku tidak pernah meminta bantuanmu,Gyojangnim. Lagipula,aku sudah tidak peduli dengan diriku lagi. Aku sudah muak untuk berharap sembuh. Dan jika Gyojangnim ingin membunuhku juga,silahkan saja."

Dan kata itu keluar begitu saja. Ungkapan benci sekaligus ungkapan marahnya. Emosi Nayeon semakin naik seiring dengan neneknya yang kembali tertawa picik hingga membuat Nayeon semakin kesal.

Wanita paruh baya dengan setelan jas ala kepala sekolah itu mulai berdiri dari kursi lalu berjalan mendekat kearah Nayeon kemudian berdiri tepat didepan Nayeon bersama dengan senyuman menjijikannya.

"Im Nayeon. Kau masih marah padaku? Kau masih dendam padaku? Jadi kau masih berfikir bahwa aku yang membunuh Jaebum?"

"KAU MEMBUNUHNYA! KAU LAH YANG MEMBUNUH KAKAKKU!"

Emosi Nayeon kini meluap karena perkataan neneknya yang benar-benar tidak bisa ia tahan lagi. Dengan mudahnya ia menyebut nama Jaebum tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Mata Nayeon juga sudah menatap wajah neneknya tajam. Urat urat dilehernya terlihat jelas menunjukkan betapa emosinya gadis itu pada wanita dihadapannya.

Neneknya masih mencoba untuk tenang dan mengatur ekspresinya seapik mungkin,"Hahaha ayolah Im Nayeon. Bagaimana bisa aku membunuh cucuku sendiri? Jangan bertingkah bodoh,gadis kecil. Kakakmu membunuh dirinya sendiri. Kau tau itu."

Nayeon benar-benar merasa bahwa jantungnya sudah hampir saja meledak mendengar perkataan jahat yang keluar dari mulut neneknya itu.

Berusaha untuk tenang pun Nayeon tidak bisa. Rasanya gadis itu benar-benar ingin membuat wanita paruh baya didepannya ini menghilang dan tidak muncul lagi dimana pun.

Dengan tenang,Nayeon menghembuskan nafasnya pelan lalu kembali menatap tajam tepat pada wajah yang sungguh ia benci dan sungguh membuatnya muak.

"Tidak,Gyojangnim. Kau buat kakakku menderita dan menyiksanya lalu membuatnya mengakhiri hidupnya." Suara Nayeon sudah terdengar hampir mengancam walau tak ada satupun kata ancaman pada kata-katanya,"Kenapa tak kau bunuh juga aku? Apa kau belum puas menyiksaku lalu setelah itu kau baru mau membunuhku?"

[Seventeen|Twice|BTS FanFiction] Falling for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang