Begitu telfonnya dengan Mingyu selesai,Nayeon baru saja menyelesaikan makannya. Ia sekilas memandangi empat orang yang ada dihadapannya polos. Ia harus meminta izin untuk pergi dan menemui Mingyu. Tapi,ia tidak tau bagaimana.
Nayeon berdehem pelan dan keempat orang itu dengan reflek menoleh kearahnya,"Emmm,Ahjumoni..."
Bibi Park yang merasa dipanggil seketika berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Nayeon dengan senyuman andalannya,"Ada apa?" ucapnya manis seperti biasa.
"Euhh... Aku... Aku..." Nayeon menggantung perkataannya dan tiba-tiba saja merasa kepercayaan dirinya menurun drastis,"Bolehkah aku keluar untuk menghirup udara segar?"
Wanita dihadapan Nayeon tersenyum sekilas,"Kukira ada apa. Boleh saja,tapi sekarang sudah pukul 4,akan ada pemeriksaan lagi pukul 5 nanti. Jadi,kembali sebelum pukul 5 ya."
Nayeon mengangguk semangat dan dengan bantuan Bibi Park,ia turun dari kasur rumah sakitnya. Jimin yang tidak sempat mendengar apa yang keduanya bicarakan memasang wajah bingung saat melihat Nayeon turun dari kasurnya dan berjalan kearah pintu.
"Eodiga?" sela Jimin menahan tangan Nayeon yang sudah berada didepan pintu.
"Chamkkan nagasseo."
Tak menahan Nayeon lagi,Jimin membiarkan gadis itu keluar dari ruangan. Jimin berfikir mungkin gadis itu bosan juga muak berada terus didalam kamar rumah sakit sehingga benar-benar ingin keluar dari kamarnya.
Nayeon berhenti sejenak begitu pintu ruangannya tertutup rapat dibelakangnya. Ia sekilas menatap pantulan wajahnya di kaca jendela pintu ruangan lain tepat dihadapannya. Nayeon menatap wajahnya serius. Meski perasaannya tiba-tiba saja tidak enak,ia tidak ingin berfikir sejauh dan seburuk mungkin.
Kaki Nayeon akhirnya mulai terangkat dan berjalan pelan menuju tempat yang tadi Mingyu sebutkan di telfon. Dari kamar Nayeon menuju taman rumah sakit memang tak terlalu jauh. Tapi,langkah pelan Nayeon membuat gadis itu memakan waktu yang cukup lama untuk sampai disana.
Setelah hampir tak lama,Nayeon dapat melihat taman diujung matanya. Ia menyipitkan matanya mencari keberadaan Mingyu di taman,tapi ia tidak melihat sosok jangkung itu. Nayeon seketika merasa bahwa firasatnya terjawab,Mingyu mungkin menjahilinnya.
Tapi seketika,Nayeon menghentikan langkahnya. Tubuhnya seketika membeku seolah-olah ia baru saja tertembak peluru yang langsung menembus masuk ke jantungnya. Matanya menangkap sosok yang mengunci seluruh tubuhnya.
Kakinya benar-benar terasa terkunci. Nayeon ingin sekali berlari kearah sosok tersebut dan memeluknya erat sekeras mungkin dan menumpahkan segala keluhnya pada sosok itu. Tapi,hati dan otaknya tidak bekerja sama dengan baik.
Yang ada difikiran Nayeon saat ini hanyalah kekosongan tapi sekilas ia berfikir,jika ia pingsan akibat ini,ia taakan merasa begitu sakit. Tak apa. Karena ia melihat sosok yang sangat ia rindukan,ia rela pingsan. Bukan karena apa-apa,tapi takdir seolah-olah memberitahunya bahwa tak lama setelah ia melihat lelaki itu,ia akan pingsan dan kehilangan kesempatan untuk bertemu lelaki itu juga seketika lupa atas apa yang baru saja terjadi.
Detik selanjutnya,Nayeon kembali bisa merasakan tubuhnya. Dengan gemetaran,ia melangkahkan kakinya untuk berputar arah,meninggalkan tempatnya sekarang. Bukan karena tidak ingin melihat sosok yang sudah lama ingin ia temui melainkan Nayeon mengikuti keinginan hati dan firasatnya,bukan otaknya.
Nayeon akhirnya sampai tepat didepan pintu ruangannya. Tangannya yang meraih gagang pintu bergetar hebat. Ia mencoba mendorong pintu ruangannya dengan kuat tapi masih tidak cukup kuat. Akhirnya,ia masuk kedalam ruangan dengan menyalipkan tubuhnya sebisa mungkin masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Seventeen|Twice|BTS FanFiction] Falling for You
FanfictionNayeon mengidap suatu penyakit aneh. Entah bisa disebut penyakit atau tidak. Setiap kali dirinya merasakan suatu firasat tidak enak, Maka sesuatu yang buruk akan menimpanya. Firasatnya selalu memperingatinya. Bahkan menghancurkan hidupnya. Park Jimi...