Part 10

684 83 6
                                    

Nayeon terus merasa gelisah akibat pesan yang tadi siang ia terima saat disekolah. Sekarang,ia sama sekali tidak bisa terlelap tidur karena terus memikirkan kira-kira siapa orang yang mengirimnya pesannya tersebut.

Selimutnya terus ia tendang-tendang kasar juga guling yang ia peluk kini ia pukul-pukul gemas. Dan detik selanjutnya,ia terdiam tanpa gerakan apapun. Wajahnya menunjukkan bahwa ia memikirkan banyak hal sekarang.

Dan tiba-tiba saja,Nayeon berdiri dari tidurnya lalu berjalan pelan meraih ponselnya yang ia simpan di meja belajar. Ia duduk disofa kecil dikamarnya sambil membuka laptopnya lalu menyalakannya. Entah kenapa,firasatnya membuat ia ingin membuka laptopnya.

Kedua tangan Nayeon sibuk seakan ia banyak pekerjaan. Tangan yang sebelah kirinya memegang ponsel sambil ditemani jarinya yang bergerak mencari pesan yang ia terima tadi sedangkan tangan yang satunya lagi sibuk membuka email di laptopnya.

Mata Nayeon seketika membuka lebar begitu ia menangkap sebilah pesan yang ia dapat dialamat emailnya. Ia mencoba menahan diri membaca nama dari pengirim email tersebut. Ponselnya bahkan kini sudah tak berada ditangannya lagi.

Nayeon kini tidak bisa menahannya lagi. Ia ingin berteriak sekeras mungkin dan menangis sekerasnya tapi semuanya tertahan seiring keterkejutannya yang benar-benar hampir membuatnya kehabisan nafas. Setelah sadar dan kembali ke dunianya,Nayeon dengan gesit menutup laptopnya dan tanpa sengaja menjatuhkan laptop tersebut lalu berjalan keluar kamarnya.

Pandangan Nayeon menoleh kesebelah kirinya dimana kamar Jimin berada. Ia ingin mengatakan apa yang baru saja ia lihat pada Jimin tapi jam sudah menunjukkan pukul 12 lebih,yang memungkin lelaki pencinta tidur itu sudah sibuk bermimpi ria dikasurnya.

Tapi,perasaan buruk Nayeon kembali lagi menghantuinya. Segala potongan-potongan adegan buruk yang akan menimpanya tiba-tiba saja melejit difikirannya membuat  Nayeon sakit kepala dan kini ia berkeringat hebat. Kakinya sudah lemas dan tidak kuat lagi membopong tubuhnya.

"J-Jim.."

Dengan sekuat tenaga,Nayeon mencoba menahan diri untuk tetap berdiri dengan berpangku pada tembok disebelahnya. Akibat kakinya yang sudah benar-benar lemas,jarak kamarnya yang tak jauh dari kamar Jimin seketika menjadi jalan yang seolah benar-benar dari ujung negeri ke ujung lainnya.

Kekuatan Nayeon akhirnya sampai pada ujungnya. Ia terjatuh dan tergeletak di lorong rumahnya tanpa berhasil mendekat sedikitpun kedekat pintu kamar Jimin. Untuk memanggil lelaki itu pun mulutnya sudah tidak kuat.

Tapi sesuatu yang bagus menyelamatkannya. Hal yang terakhir Nayeon lihat adalah sosok yang familiar dimatanya. Paman Park berlari menghampirinya dengan wajah panik diikuti oleh Bibi Park yang terlihat bahkan sudah menangis sekarang. Lalu,pandangannya pun gelap dan ia tak sadarkan diri.

•••

Nayeon kecil yang diperkirakan berumur 7 tahun juga terlihat masih lugu dan polos sibuk bermain dengan beberapa mainan dihadapannya. Ia tersenyum manis sambil memainkan sebuah boneka juga permainan masak-masakan lainnya. Rambut yang dikepang 2 menambah kesan anak kecil padanya.

"Aku aladah Yeon Moon! Atas nama buhan,Nayeon akan menghukum Ibum!!" teriak Nayeon dengan aksen anak kecil yang langsung saja membuat Jaebum tertawa terbahak-bahak tak kuat.

"Nayeon-ah,kau lebih baik diam saja. Oppamu ini sudah lelah tertawa mendengar kau bicara." Ejek Jaebum lalu mengusap pelan puncak kepala Nayeon membuat gadis itu mengendus kesal.

"Ibum Oppa!! Memangnya batian mana perkacaan ku yang membuang Oppa tertawa?" Tanya Nayeon sedikit kesal. Jaebum kembali tertawa keras.

Karena terlalu fokus tertawa,Jaebum pun tak menghiraukan pertanyaan adik kecilnya tadi dan malah puas tertawa hingga terpingkal-pingkal  membuat Nayeon muak juga kesal. Gadis kecil itu pun berdiri dari duduknya sambil menendang boneka dihadapannya lalu pergi meninggalkan Jaebum.

[Seventeen|Twice|BTS FanFiction] Falling for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang