Sepucuk Surat

829 100 5
                                    

Part 12

Kadang harus terpisah dahulu
Untuk tahu...
Seberapa besar mereka merindu
Menyebut nama masing masing disetiap nafas yang menderu

Di Rumah Rizky
Pukul 19.00

     Rizky melihat handphonenya yang bergetar, dilayarnya tertulis banyak sekali miscall dari nomer Marcell, dan tertera juga 1 massage yang masuk dan belum dia buka, dia segera membukanya takut ada kabar penting.

From : Marcell
Gw ga jadi kerumah lo malem ini.
Bokap drop. Gw bakalan kesana pas bokap baikan.
Awas kalo lo bikin Dinda nangis.

     Rizky menghembuskan nafas panjang, karena Marcell dan papahnya tidak jadi kerumahnya tapi dia juga jadi merasa bersalah karena bahagia diatas penderitaan orang lain. Dia tidak mengerti dari kapan dia berubah menjadi seegois ini.

     "Papah sama Kak Marcell mana? Kata kamu mau kesini?" Tanya Dinda dengan alis berkerut.

     Tak ada jalan lain agar Dinda tak khawatir, selain berbohong. "Mereka ga jadi kesini, soalnya papah kamu ada kerjaan."

     Dinda tak akan begitu saja mempercayai perkataan Rizky, karena kenyataannya lelaki ini sering membohonginya, ibarat kertas yang sudah digulung, diijak-injak, meskipun dipungut dan dirapihkan tetap saja berbekas, seperti itulah kepercayaan.

     "Oh."

     "Yang aku mau mandi dulu ya."

     "Iya."

     Rizky masuk ke kamar mandi dan menguncinya dari dalam, begitu mendengar pintu dikunci Dinda langsung bergerak mengambil handphone Rizky yang barusan disimpan lelaki itu dimeja dekat tempat tidur, dia melihat sms yang baru saja dibaca Rizky, matanya berair begitu mengetahui kalau kondisi papahnya sedang drop, pasti itu karena dirinya yang selalu membuat papahnya khawatir.

     Dinda mengetik sms balasan untuk kakaknya tanpa sepengetahuan Rizky, sms yang harus dirahasiakannya. Setelah pesan terkirim dia langsung menghapus sms itu agar tak ketahuan Rizky. Lalu ada sms balasan dari Marcell yang membuatnya tersenyum getir. Akhirnya akan tiba saatnya untuk pulang.

     5 menit berlalu, Rizky keluar dari kamar mandi dengan hanya handuk yang terlilit dipinggangnya, Dinda yang tak sengaja melihat Rizky telanjang dada langsung membuang muka, mengalihkan pandangannya dari tubuh Rizky yang atletis, mulus. Menggoda memang, tapi itu sama sekali bukan miliknya.

     "Cie yang buang muka, terus wajahnya merah gitu..." Lelaki itu mendekati Dinda, sengaja menggoda wanita itu dengan menampakan dirinya didepan Dinda yang terus menghidari menatapnya.

     "Apaan sih, sanah pake baju."

     "Peluk dulu baru pake baju." Goda Rizky lagi.

     Dinda tak tahan, dia melempar Rizky dengan bantal yang berada disampingnya. Dia berdiri mengambil handuknya, keringat yang menempel dibadannya membuatnya tak nyaman. "Awas aku mau mandi.."

     Rizky masih iseng menggoda Dinda, dia masih melancarkan jurusnya untuk memeluk Dinda, tapi ada yang aneh, ketika dia maju mendekati Dinda bermaksud memeluknya, Dinda tampak menghindar, wajahnya menyemburkan ekspresi terganggu dan terhina. "Bisa ga kalo kita jaga jarak dulu."

     "Hah? Kenapa? Kamu kok jadi aneh gitu."

     "Ya pokoknya pengen aja."

     "Oh oke."

DESTINYWhere stories live. Discover now