A new start

1K 90 30
                                    

Part 15

Ada kalanya kita perlu menerima
Ada orang yang diciptakan hanya untuk ada hanya didalam hati kita,  bukan didalam hidup kita.

     Suasana sepi, empat orang disebuah meja bundar yang sedang bertatap muka bukan untuk sebuah perundingan, mereka semua berada ditempat yang sama karena sebuah—kebetulan. Dinda duduk tegap, mengusapi perutnya untuk menenangkan dirinya sendiri, Billy sibuk memilih menu makanan ditangannya, Yuki sibuk memandangi Dinda yang tegang, dan disanalah Rizky tertunduk, menatapi meja besi dingin yang seolah mengejekinya karena sudah mencintai isteri orang lain. Sial. Lelaki itu menghela nafas panjang, membuat Billy mendongakkan kepalanya dan mengernyit. "Mau pesan duluan?" Tanyanya dengan mata sipit yang semakin tenggelam karena pipinya tertarik keatas saat tersenyum.

     Rizky menggelengkan kepalanya. "Engga, kebetulan kita tadi udah makan. Kalau boleh kita mau pulang duluan..." Lelaki itu memutar kepala agar bisa cepat pergi dari suasana yang perlahan mencekik lehernya ini. Pemandangan Dinda duduk disamping Billy—suaminya—seolah menginjak-injak perasaannya, meskipun semua rindunya luruh bersama pertemuan ini.

     Yuki memegang tangan Rizky yang sudah hendak berdiri, kepalanya menggeleng tak setuju. "Tadikan aku belum makan, sekarang aku lapar sayang..." Cicitnya. Yuki pintar. Terlalu pintar. Dia sengaja membuat Rizky tersiksa berlama-lama disana. Dia ingin membuat Rizky sadar dengan pemadangan didepannya, kalau tempatnya pulang dan bersandar bukan pada isteri orang.

      Damn

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

      Damn. Rutuk Rizky memandang bola mata Yuki yang berbinar.

     Dinda menahan nafasnya sejenak, kata—sayang—dari mulut Yuki seolah menonjok-nonjok ulu hatinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

     Dinda menahan nafasnya sejenak, kata—sayang—dari mulut Yuki seolah menonjok-nonjok ulu hatinya.

     Yuki tersenyum puas. Dia menang, harus menang. Dia menuliskan pesanan makannya disecarik kertas yang disodorkan Billy setelah lelaki itu selesai menulis pesanannya dan Dinda. Yuki menyerahkan secarik kertas itu ke pelayan yang memang sudah menunggu di dekat meja.

     Yuki berdeham, untuk sedikit menghangatkan suasana "Kalian udah lama nikah?" Tanyanya begitu bersemangat. Pertanyaan itu sukses membuatnya dirajami tatapan tajam dari Rizky.

DESTINYWhere stories live. Discover now