STORY BEGIN
Sembilan September Seribu Sembilan Ratus Sembilan Puluh Sembilan
Pagi.... lagi-lagi pagi datang sambil membawa mentari, menguapkan embun yang baru saja menjejakkan dirinya di atas dedaunan. Datang untuk kemudian pergi. Kadang hidup terasa bagai embun. Kokok ayam bangunkan ia dari mimpi, mengingatkannya rutinitas monoton kembali menanti. Sambil mengumpulkan sukmanya yang masih mengambang, ia mencoba menghirup udara pagi dalam-dalam. Masih segar, tanpa polusi....
"Pagi, semua!" dikecupnya pipi mama-papanya.
"Tumben cepat bangunnya, tadi malam nggak ada bola, ya?" Papanya membetulkan letak kacamatanya sambil menatap putri semata wayangnnya. Gadis itu hanya mengangguk sambil mencomot roti yang tersaji di hadapannya.
"Mau ikut papa nggak!" Papanya sudah beranjak. Gadis itu hanya melototkan matanya tanda protes.
"Bentar dulu Pa, Diandra masih sarapan" wanita setengah baya itu bersuara. Diandra-gadis itu- mengangguk.
"Cepet... nanti Papa telat!"
"Selesai Bos!!!! Dagh mama!" dikecupnya pipi mamanya.
"Duh ni papa rajin amat sehhh!" Protesnya sambil membanting pintu mobil
"Kan kalo terlambat, Papa yang malu. Emangnnya kamu!" dan mobil itupun melaju....
^ - ^
"Pagi!!!!!!!!" teriakannya cukup membuat seisi kelas pagi itu menutup telinga.
"Jam 7! Tumben nggak telat!" gadis manis dengan kepangan di kepalanya mendekati Diandra. "Nggak ada bola kan semalam?" Diandra hanya mengacungkan jempolnya. Sudah menjadi kebiasaannya rela tidak tidur demi menanti pahlawan lapangan hijaunya beraksi. Bahkan kadang dia rela nggak ke sekolah sekalipun!!!
"Eh, tadi Rere nyari kamu!"
"Apa??? Rere yang anak 3-3 itu...yang kapten bola, Bin!!!!" Gadis kepang yang bernama Bintang itu mengangguk
"Napa nyariin aku!" Bintang hanya mengangkat bahu.
Bel berdentang.... 07.10
^ _ ^
"Diandra!!!!!" Diandra berbalik begitu mendengar namanya disebut. Dan.... Slow motion....cowok dengan tinggi 155 centimeter lebih sedikit plus seragam putih birunya mendekat sambil tersenyum...catat... sambil tersenyum padanya.
"Ada waktu nggak." Diandra mengangguk.
"Kita ngomong di kantin, bisa kan?" lagi-lagi dia hanya bisa mengangguk. Apa yang bisa kau lakukan saat dia yang dinanti berdiri di hadapanmu, membuat adrenalin mengisi tiap sel tubuhnya. Tak ada...semuanya seakan berhenti.
"Gini Ra...kata anak-anak kamu tuh kan gila bola banget..." Rere memulai ucapannya begitu di temukannya tempat kosong untuk mereka berdua. Berpasang-pasang mata menatap dua makhluk itu.
"Trus!!!!" Diandra sudah menguasai diri kembali. Well dihadapan cowok jaga image dong....
"Gini...klub bola kita lagi nggak punya manajer. Hmmm... mau nggak jadi manajernya!" Rere hati-hati memilih kata. Dia tak mau Diandra menolak. Baginya hanya Diandra pilihan terakhirnya. Tanpa manajer Tim bolanya tidak diizinkan mengikuti turnamen antar SMP tahun ini. Cuma Diandra yang bisa.... Lagian mana ada cewek normal mau gabung di klub bola.
"Hmm....." Diandra sok dibutuhin
"Plis Ra... aku yakin kamu bisa, aku yakin kamu yang paling ngertiin bola. Lagian tugasnya nggak susah-susah amat... mau ya.. plissss"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jawaban untuk diandra
RomanceDiandra... Seribu pertanyaan sering menghujamnya, mencari jawaban untuk setiap pertanyan. Sampai kapan terus bertanya??? Dimanakah jawaban itu sebenarnya??? Bisakah Diandra menemukan jawaban yang dicarinya?