Sudut Terkelam

435 4 0
                                    

Tahun pun berganti, menjerat Diandra di tempat itu. Lama ia mencoba sampai akhirnya tempat "kutukan" itu sudah terasa lebih baik. Tahun-tahun yang menyiksa sedikit demi sedikit tak membuatnya sesak lagi.

"Bebek sudah di wisuda kan?" Diandra hanya mengangguk menjawab pertanyaan Ria

"Trus katanya dia dah mau nikah yah!" Diandra mengangguk lagi. Hallo teman-temanku tercinta... tolong jangan ungkit itu lagi. Diandra menjerit dalam hatinya.

"Di.. kamu nggak papa kan?"

"Apa-apa lagiii!" jerit Diandra sambil menelungkupkan wajahnya diatas meja.

"Nggak rela banget yah!"

"Udah deh Di, dia emang nggak pantas buat kamu!"

"Atau aku yang nggak pantas buat dia!" teman-temannya hanya saling memandang. Diandra emang lagi drop abis setelah mendengar gosip kalo pujaan hatinya sebentar lagi akan menikah.

"Trus apa dong maksud semua kebaikannya selama ini????" Diandra mulai menangis. Tak ada yang bisa menghentikannya. Teman-temannya hanya bisa menatapnya... membiarkan Diandra melepas semua sesak di hatinya.

"Di, dia emang nggak pantas buat kamu! So...udah dong jangan ditangisin" Iren mengusap rambutnya lembut

"Yup.... ! kamu bisa dapet yang lebih baik dari dia, Di!" Ria menimpali

"Bukan... bukan dia nggak pantas buatku. Aku yang nggak pantas buat siapapun!" Diandra bersuara ditengah sesaknya

"Jangan suka ngerasa nggak berarti deh, Di! Banyak orang yang ngiri liat kamu...banyak orang yang pingin seperti kamu... so apa yang ngebuat kamu merasa nggak pantas? Hah!" Windy sudah mulai kesal dengan keluh kesah Diandra

"Kamu bisa ngomong gitu, wi.. karena kamu bisa dapet semua cowok yang kau mau!" seru Diandra kesal.

Windy ingin menyanggah, tapi Tessa keburu memplototinya "Di.... kamu bisa kok tanpa dia... dan aku yakin banget, bakalan ada yang terbaik buat kamu. Udah yah jangan nangis lagi!" Diandra menghapus bulir-bulir air matanya

"Sory guys... but thanks for everything!" Diandra mencoba tersenyum.

^ _ ^

"Diandra....!" seruaan itu menghentikan langkahnya sekaligus menghentikan detakan jantungnya sesaat. Diandra mencoba menarik nafas, perlahan.... mencoba memasang senyum untuk kemudian berbalik

"Eh...kak ! Ada apa?"

"Hmm... ini...Cuma mau ngasih undangan ini buat kamu.... sekalian buat semua teman angkatan kamu!" Diandra meraih kartu undangan itu, mengernyitkan dahi dan kemudian membacanya.

"Selamat yah, Kak! Akhirnya ketemu juga cewek yang nggak memprivatkan milik bersama!" senyum Diandra tulus. Well.... nggak sepenuhnya sih, karena disana..di dalam hatinya masih ada luka yang mengganga.

"Kamu tuh yah....sukanya nyindir terus....!" si kakak tersenyum manis. Please dont smile, bro...!! senyumanmu bisa bikin lukaku berdarah lagi.

"Thanks yah..dah diundang!"

"He..he... kamu kan emang daftar tamu yang paling istimewe, So...harus datang yah, nggak bawa kado juga nggak papa kok!"

"Hu..GR banget mas....!" Diandra meleletkan lidahnya, si kakak malah tertawa ngakak.

"Makasih yah, Ra....!" ucap kakak itu setelah tawanya reda. But for what? Diandra mengangkat alisnya tak mengerti

"Buat doa kamu???"

"you're welcome Mas....!"

"Aku duluan yah... dan ingat kalo kamu nikah nanti wajib ngundang aku!" Diandra hanya nyengir... tahukah kau...aku malah berharap kau tamu yang tak perlu diundang, karena tanpamu aku juga takkan menikah.

^ _ ^

Kenapa??? Kenapa aku lagi-lagi kehilangan apa yang aku mau... Mengapa ada rasa jika hanya menyakitiku. Lagi.. permainan ini mengalahkanku, game over...

Mengapa harus menangis saat kurasakan kehilangan sesuatu yang memang tak pernah menjadi milikku. Tuhan.. aku hanya ingin ada seseorang yang mencintaiku dengan tulus. Hanya itu.. apa permintaan itu terlalu sulit... apa butuh kesabaran ekstra untuk menunggu makhluk itu datang... tapi kapan... karena sampai detik ini berdetak semua membatu, menuakan ragaku tanpa permisi... aku jengah..lelah menantinya...

Jawaban untuk diandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang