Empat belas februari dua ribu sembilan
Pink mendominasi hari itu, dimana pun mata Diandra memandang yang ada hanya hati berwarna pink. Jengah melingkupinya. Belum lagi saat menatap berpasang-pasang manusia sedang memadu kasih di bawah bendera yang mereka sebut cinta. Diandra mendesah panjang. Dunia kini penuh cinta rupanya. Dia melangkahkan kakinya malas-malasan, sesekali mengalihkan pandangannya ke etalase, mencari apapun yang dirasanya pas. Rencananya dia ingin mencari kado untuk Rere, ulang tahun Rere sebentar lagi, dan sebagai sahabat baik, dia hanya ingin berbagi. Tapi kado apa yang cocok untuk Rere? Dia bahkan tidak pernah tahu kado apa yang dianggap penting bagi lelaki. Biasanya makhluk dari mars tidak menyukai sesuatu yang muluk. Diandra tertawa dalam hati, sejak mereka resmi berteman memang tak sekalipun dia memberikan sesuatu pada cowok itu.
"Ngapain sneyam-senyum sendirian?" tepukan halus di pundaknya mengejutkannnya.
"Adhan!!!" serunya kaget, cowok itu tersenyum manis. "Sendirian?" tanya Diandra kemudian.
"Ngak! Bareng teman. Tadi lagi di excelso.. eh liat kamu. Makanya aku samperin. Lagi belanja?"
"Hmm... nggak sih. Cuma cuci mata aja..."
"Mo gabung?"
"Nggak!!! Ngak usah Dhan. Aku dah mau pulang kok!" bohongnya. Diandra tak ingin berlama-lama dengan cowok itu. Adhan menatapnya, mata itu masih sama.. mata yang seolah lubang hitam yang menjerat Diandra di dalamnya.
Adhan mengembangkan senyumnya lagi "Ngak senang yah ketemu denganku" Diandra langsung menggeleng.
"Kenapa harus nggak senang? Aku cuma kaget aja ketemu kamu di sini?" Dodol??? Emang apa salahnya ketemu di sini? Inikan tempat umum, bentak Diandra pada dirinya.
"Udah ketemu apa yang kamu cari?" tanya Adhan, Diandra mengerutkan dahinya.
"Sejak tadi kamu kayaknya nyari sesuatu? Kado buat pacar yah? Inikan valentine, hmm pasti kamu lagi nyari kado buat cowok kan?"
"Sudah berapa lama kamu mata-matain aku?" selidik Diandra
"Ngak mata-matain kok, emang dari tadi aku kan di seberang sana" tunjuknya ke arah Excelso "dan kamu sejak tadi mondar-mandir di sini kan?"
"Mau dibantuin nyarinya? Tunggu bentar yah... jangan kemana-mana. Aku cuma mo pamitan dengan teman-temanku Ok!" Adhan segera menjauh, tanpa memberi jeda pada Diandra untuk protes. Belum hilang keterpakuan Diandra, Adhan sudah kembali berdiri di hadapannya.
"Hmm... cowok kamu orangnya kayak gimana?" usiknya lagi. Diandra menghentikan langkahnya, menghujami Adhan dengan tatapan kesal
"Bukan buat pacarku... buat Rere!" semburnya, Adhan sempat menarik tubuhnya mundur menerima semburan Diandra, tapi di detik selanjutnya dia sudah menjajari langkah Diandra. Adhan juga masih belum mengerti mengapa tiap kali disingung soal pacar, reaksi Diandra kadang berlebihan. Apa gadis di sampingnya itu masih trauma dengan kegagalan pernikahannya dulu?
"Hmm.. Dhan, tahu counter jam tangan yang bagus ngak!" suara Diandra mulai melembut.
"Yap... jam tangan kedengarannya OK juga" dan beberapa menit kemudian keduanya asyik memandangi jam tangan berbagai merk.
"Rolex bagus Di?" saran Adhan. Iya emang bagus banget mas.. tapi harganya??? Batin Diandra. He..he..he kok mikirin harga sih, kayak nggak ikhlas banget ngasih kadonya, Diandra tersenyum sendiri.
"Gimana kalo yang ini?" Adhan mengacungkan jam tangan perak yang bertahta di tangannya. Lumayan... tapi..
"Buat Rere kayaknya cocok yang ini deh!" Diandra sudah terpaku menatap jam tangan hitam dari kulit keluaran Rolex juga. Adhan mendekatinya, memperhatikan jam yang dimaksud Diandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jawaban untuk diandra
RomanceDiandra... Seribu pertanyaan sering menghujamnya, mencari jawaban untuk setiap pertanyan. Sampai kapan terus bertanya??? Dimanakah jawaban itu sebenarnya??? Bisakah Diandra menemukan jawaban yang dicarinya?