"Ra... coba liat. Kayaknya yang ini cocok banget deh buat kamu!" Bintang menyodorkan gambar sebuah gaun pengantin ke arah Diandra. "Rencananya sih warnanya putih gading, cocok dengan warna kulit kamu. Gimana?"
"OK deh... aku tahu kok sobatku ini pasti ngasih yang terbaik buat aku!" Diandra tersenyum dan memeluk leher Bintang
"Apaan sih kamu, sensitif banget... mentang-mentang mau kawin ..." Bintang melepaskan pelukan Diandra
"Bin..aku harap aku nggak salah ngambil keputusan...." Diandra menatap sketsa yang dibuat Bintang
"Kau jangan macam-macam, Diandra. Jangan kecewaiin Ady lagi..." Bintang berebut sketsa itu dari tangan Diandra, menangkap dagu Diandra, menghadapkan wajah sahabatnya itu tepat dihadapannya.
"He..he..he... nggak kok. Tenang aja... aku nggak bakalan buat Ady kecewa. Kadang-kadang aku pikir kayaknya kamu lebih berpihak ma Ady daripada aku deh Bin?" Kini gantian Bintang yang menjauhkan pandangannya dari Diandra.
"Aku Cuma pengin liat sahabat-sahabatku bahagia.." ucap Bintang akhirnya
"Thanks... " lagi-lagi Diandra memeluk Bintang, entah mengapa sekejap, Diandra menangkap sebersit kesedihan di wajah Bintang. Benarkah keputusan yhang dia ambil... semoga!
^ _ ^
"Diandra, kau yakin???" sergah Windy cepat
"Kok nggak pernah cerita lagi sih Di" Iren memandang Diandra setengah kecewa. Yap...semenjak kelulusannya Diandra memang jarang berbagi lagi dengan kelima sahabatnya itu. Sahabat yang menemaninya meniti jalan menyesakkan selama empat tahun
"Sory... habisnya kalian juga lagi pada sibuk kan?"
"Di... tapi kita selalu punya waktu buat kamu?" Tessa ikut bersuara
"Sudah..nggak usah menghakimi Diandra lagi. Dia ngundang kita ngumpul disini buat bicaraiin pernikahannya kan?" Sury akhirnya menengahi
"Hi..girls...sory aku telat!' Ria kini bergabung mengecup pipi sahabatnya satu persatu lalu mengambil tempat duduk disamping Tessa.
"Hmm... konfrensi persnya dah mulai yah!" senyumnya pada Diandra
"Girls.. thanks dah datang. Aku emang salah.... nggak pernah ceritaain ini ma kalian, tapi sekarang aku butuh dukungan kalian buat ngejalanin ini" desah Diandra putus asa. Dia juga tidak mengerti mengapa semakin dekat hari pernikahannya dai semakin gelisah. Dia hanya butuh dukungan.
"Kau ragu pada calonmu, Diandra?" Windy menyipitkan matanya, seolah menyudutkan Diandra.
"Bukan...aku nggak ragu ma dia. Tapi aku? Aku tidak yakin bisa ngebuat Ady bahagia?"
"Cos what? Dia cinta kamu udah dari zaman batu kan? So.. apa lagi" Tessa meraih milk shake dihadapannya, masih menujukan pandangannya pada Diandra
"Ra... kayaknya kamu cuma kena sindrom pra nikah deh!" Iren menimpali.
"Ra.. kamu berhak bahagia.. jangan pikiran yang ngak-enggak." ujar Ria
"Tapi.. aku..aku nggak tahu apa aku masih bisa mencintai?" Diandra akhirnya mengeluarkan isi hatinya. "Aku nggak bisa, girls... bebek yang terakhir buat aku merasa jatuh cinta!"
"Oh Shit!!!.... Diandra stop! Berhenti dengan obsesi kamu. Remember... bebek udah nikah setahun lalu!!!!! Dan kau bilang nggak ada rasa lagi buat dia!" Windy setengah menjerit saking kesalnya. Dia ingat bagaimana Diandra jatuh bangun cuma karena bebek itu. Padahal dia yakin, Diandra bisa mendapatkan yang jauh lebih baik, dan ini waktunya Diandra menemukan cinta yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jawaban untuk diandra
RomanceDiandra... Seribu pertanyaan sering menghujamnya, mencari jawaban untuk setiap pertanyan. Sampai kapan terus bertanya??? Dimanakah jawaban itu sebenarnya??? Bisakah Diandra menemukan jawaban yang dicarinya?