Diandra buru-buru merapikan pakaiannya. Baru kali ini ia memakai rok panjang, setelah kemarin dia dapat ultimatum dari sang senior tuk memakai rok panjang. Jadinya susah banget jalannya..... Tapi dia harus secepat-cepat kalo tidak bisa-bisa senior yang lapar akan memangsanya hidup-hidup. Beginilah nasib junior!
Tujuh nol lima, Diandra tiba dikampus itu, hatinya bergelombang, berharap kali ini dia tidak terlambat.... Lantai empat!!! Duh mana naik tangga lagi, celakanya dengan rok panjang. Diandra mencoba menaklukkan anak-anak tangga itu. Lantai empat... yup tiba juga, nafasnya terengah...
"Cepat masuk!!!!" Teriak cewek manis itu, Diandra kembali meneruskan maratonnya menerobos pintu coklat yang memisahkannya dengan makhluk di dalam ruangan itu. Rupanya teman-temannya sesama maba telah berkumpul dan duduk manis di sana. Diandra menempatkan dirinya di tengah domba-domba itu. Kini dia juga ikut-ikutan jadi domba yang siap di gembala oleh sang senior.
"Telat lagi!!!" Bisik seorang gadis disampingnya. Diandra nyengir bodoh
Lama... semua senyap.. terasa lenyap dan.... tiba-tiba membatas coklat itu terkuak memuntahkan sosok antah berantah yang kini menempatkan dirinya tepat di tengah ruang sunyi itu. Mata kelamnya menatap domba-domba satu persatu....
BRAKKKKK!!!!!
Suara itu kejutkan Diandra, satu kursi terbanting dengan keras mencium lantai. Diandra terperangah
"Dasar anak kecil!!! Manja!!! Kalian pikir selamanya orang tuamu bakalan ada untukmu!!! Kalian cuma anak kecil yang memuakkan...." Suara itu menderu di rongga telinga Diandra. Siapa yang memintamu mengurusi kami. Kami bukan bayi!!!
Braak!!!! Gebrakan lagi buyarkan kebisuan Diandra.
"Aku bosan dengan makhluk tolol seperti kalian. Datang terlambat, nggak disiplin... semaunya!!!! Memang kalian pikir kampus ini punya nenek moyang mu!!! OK, kalian tahu kan hukuman untuk pembangkang. Posisi...3 set!!!!" perintahnya pada semua MABA di ruang itu. Diandra mendengus kesal. Dia tidak mengerti kesalahan apa yang telah mereka perbuat. Diandra terdiam beberapa saat, menyerang sang senior yang entah siapa dengan tatapan penuh tanya.
"Kau...apa kau tidak dengar HAH!!!" mata itu hancurkan keping tanya Diandra. Diandra mengikuti prosesi itu. Lelah kakinya, tercekat semua dunianya. Hatinya mengumpat penuh benci pada sosok yang begitu berkuasanya hari ini. Dia tak pernah menyangka ospek begitu menyiksanya, belum lagi perih yang tersisa dari tamparan tanpa alasan yang baru di dapatkannya kemarin. Baru dua hari melangkah di kampus itu, rasanya sudah beribu tahun. Dia ingin menangis, kembali ke tempatnya dulu. Tempat yang nyaman, berisi kehangatan.
"Yap, hukuman hari ini cukup, Tes adrenalinnya lumayan kan!" suara lembut itu hapuskan semua gundah Diandra. Yah, adrenalin kini penuhi setiap celah selnya. Senyum itu pudarkan lelahnya. Sejak pertama melihatnya dimuntahkan sang pintu coklat, Diandra merasa terhenyak merasakan debar aneh di dadanya. Secepat itukah???
^ _ ^
"Norak benget sih tuh orang!" Umpat Iren ketika makan siang di kantin
"Sok senior banget!!!" Windy menimpali
"Iya... emang dia siapa???" Diandra ikut mengiyakan. Diseruputnya jus jeruknya. Setidaknya jus jeruk itu bisa membasahi kerongkongannya yang kering setelah seharian dijemur sang senior
"Katanya sih wakil ketua BEM" ucap Windy sambil menyuapkan nasi gorengnya
"Baru wakil juga noraknya kayak gitu. Gimana kalo jadi ketua!!!" oceh Diandra kesal
"Hussss!!! Udah jangan banyak ngomong. Bisa-bisa di dengar orang trus kita dilaporin trus dapat hukuman lagi. Mau???" Iren mengingatkan dikiuti gelengan Windy dan Diandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jawaban untuk diandra
RomantizmDiandra... Seribu pertanyaan sering menghujamnya, mencari jawaban untuk setiap pertanyan. Sampai kapan terus bertanya??? Dimanakah jawaban itu sebenarnya??? Bisakah Diandra menemukan jawaban yang dicarinya?