Lagi lagi planet asing

483 5 0
                                    

Satu Juli 2003

Diandra nyaris tak mampu memejamkan matanya. Besok hari yang di tunggunya, pengumuman SPMB. Gimana kalo dia nggak lulus. Duh malu banget, masa sih mesti ngulang setahun. Berulang kalu Diandra membolak-balik badannya diatas tempat tidur, gelisah menghujamnya. Apalagi sekarang sepertinya dia merasa begitu sendirian. Gimana nggak, Rere mantan cowok yang dinaksirnya ribuan tahun silam malah berangkat ke Singapura demi mengejar mimpinya. Duh sedihnya hati Diandra kala itu. Bagaimanapun Rere telah menemaninya di tempat asing selama tiga tahun. Bagi Diandra Rere bukan saja teman tapi sudah kayak sodara yang jelas aja aneh kalo dicintai dengan perasaan lain.

"Jangan sedih, sekarangkan sudah Hi-tech. Nggak masalah aku ada dimana. Kau bisa nelpon kapan aja, e-mail kapan aja, kirim surat apalagi. Terserah kau!" kata Rere saat itu

"Iya tahu... tapi kan percuma kalo nggak liat muka kamu. Setidaknya kalo lagi kesal bisa nimpuk muka kamu!" Balas Diandra

"Eh dasar!!! Eh titip si Manis yah!"

"Untungnya apa??? Nggak penting banget! Lagian kamu kan bisa nyari cewek lain!"

"Nggak bisa Ra, aku kan tipe cowok setia"

"Selingkuh Tiada Akhir!" Rere tergelak mendengar Diandra

"Kan sama ma kamu, sebelum nemu yang tepat, ngumpulin pilihan nggak ada larangannya kan!" Diandra mencibir.

"Sipppp, tapi aku titip cowok cakep made in Singapur yah!!!!" Keduanya tertawa.

"Si Manis mana? Emang nggak nganter!" Diandra mencari-cari kucing piaraan Rere ups... maksudnya cewek Rere.

"Tadi malam dah pamitan kok, katanya dia nggak tega nganter ke Bandara. Takut nggak rela ngeliat aku pergi!" Diandra mencibir lagi mendengar kata-kata Rere. Ih sok romantis banget tuh cewek. Apa iya kalo ditinggal orang yang kita sayangin bakal sedih, tapi kan ini juga cuma ke singapur nggak ampe pindah dunia. Ups!!!!! Jangan sampe deh!!!! Diandra menepis angan konyolnya. Dia juga nggak rela benget Rere pergi, tapi demi cita-cita cowok sinting itu yah terpaksa deh direlain aja, mudah-mudahan pulang bawa cowok cakep, he...he...he (Bukan berarti Rere jadi ke sambet gay, maksudnya Rere bawa pulang cowok tulen yang dihadiahkan untuk Diandra! Semoga!!!!)

"Kenapa senyam-senyum! Kesambet jin yah!!!!" Tangan Rere kini menempel di dahi Diandra, dengan cepat Diandra menepisnya.

"Sana gih, pergi... mama kamu dah manggil tuh!"

"OK deh. Aku pergi dulu yah, Aku harap nanti saat ngejemput aku, kamu dah punya cowok!!!" Diandra hanya mengepalkan tinjunya pada Rere. Sialan! Umpatnya dalam hati.

Diandra meninggalkan bandara denga perasaan campur aduk, senang tapi sedih. BUG! Tubuh Diandra seketika oleng. Susah payah ia pertahankan keseimbangannya, nyaris terjatuh kalau saja tak ada tangan kukuh yang meraihnya.

"Sori! Ngak papakan"

"Apanya yang nggak papa! Gimana sih!!! Kalo jalan tuh hati-hati!" bentak Diandra kesal pada makhluk di hadapannya itu. Dengan mendengus kesal, Diandra meninggalkan orang itu. Yang ditinggal hanya mengernyitkan dahi, menatap gadis itu pergi menjauh.

"Diandra bangunnnn!!!!" suara itu menyentakkan Diandra, spontan dia kembali ke alam nyata. Mamanya kini berdiri tepat di ujung tempat tidurnya.

"Mama..." Diandra mencoba bangkit sambil menggosok matanya yang masih terasa berat.

"Nih sayang.. pengumumannya udah ada!" Mamanya menyerahkan Koran pagi pada Diandra. Diandra menelan ludah... karena Koran ini semalaman dia gelisah. Perlahan dibukanya Koran itu. Sebenarnya sih dia bisa tahu pengumuman lewat internet tadi subuh tapi malas banget bangun pagi-pagi buat ngedonwload.

"Gimana sayang!!!" Mamanya juga terlihat cemas.

"Alhamdulillah ma. Rara lulus kok. Cuman....." Diandra menggantung kalimatnya, dia setengah gembira setengah sedih

"Cuma apa?"

"Bukan pilihan pertama, Cuma pilihan kedua!" Diandra mendesah panjang. Mamanya mendudukkan tubuhnya dipinggir tempat tidur. Mendekati Diandra, dan mengusap rambut putrinya lembut.

"Nggak papa kan, mungkin ini yang terbaik buat kamu"

"Yap!!!!" Diandra kembali bersemangat. Bukankah terkadang pilihan terbaik belum tentu terbaik buat diri kita.

^ _ ^

Diandra mendengus kesal, bayangin aja gimana betenya kalo semua teman-temanmu dulu dengan wajah sumringah memamerkan keberhasilannya menaklukkan SPMB. Mereka seolah makhluk kelas satu dan....

"Eh Ra, katanya kamu nggak lulus di efka ya" So??? Diandra memandang orang itu sambil mengangguk

"Tapi pilihan kedua kamu kan ok juga!" kata orang itu lagi "Sayang banget yah!" Diandra cuma tersenyum setengah dipaksa

"Padahal sobat kamu tuh si Rere, gila aja ampe nembus Singapura" Emang kenapa kalo Rere ke Singapura, aku harus ngebuntutin dia, gitu?

"Selamat ya, Ra!"

"Sama-sama" dan sejak saat itu Diandra seolah mengecil, bayangin aja kalo semua diulang SEMUA teman sekelasmu masuk fakultas favorit atau paling keren lagi mereka sukses nembus Luar Negeri sedangkan dia jadi makhluk kelas dua karena cuma bisa lulus di pilihan kedua yang jelas aja predikatnya cuma biasa-biasa aja. Ego Diandra tak sanggup menerima itu. Hatinya tidak terima, walaupun berkali-kali logikanya bilang sudah sewajarnya dia di pilihan kedua habisnya usahanya emang kelas dua. Dan itulah yang terbaik bagi Diandra. Sesaat frustasi seakan menghimpitnya.

^ _ ^

Welcome to the other planet... begitu Diandra menyebut kampus barunya. Baginya memasuki kampus bagai terpental ke dunia lain..planet lain yang entah dimana letaknya dalam sistem tata surya.

"Anak baru yah..." Diandra cuma mengangguk

"Naik aja ke lantai empat. Kau sudah terlambat. Lari sana!!!!" Diandra mengikuti instruksi cewek itu, entah siapa dia. Mungkin senior...

"Misi kak..." Diandra akhirnya mencapai ruangan itu, perlahan dimajukannya tubuhnya ketempat sang senior sedang berdiri tegap dihadapan aak-anak baru.

"Masuk!!!" tegas dalam vibrasi datar

"Kenapa terlambat....! Cowok itu menatapnya, meminta jawaban segera

"Nggak tahu jalan kak.... Tadi muter-muter dulu!" otak Diandra bergerak secepat kilat merangkai kebohongan

"Duduk sana!!!! Habis ini kau menghadap aku lagi. Ngerti!!!! Lain kali jangan terlambat Siapa namamu??"

"Diandra!" Cowok itu menarikan penanya diatas kertas putih, mencatat nama Diandra

Lama...waktu terasa enggan bergeser dengan normal. Diandra letih di dunia asing. Benar-benar asing. Disini ia hanya sendiri tanpa teman seorang pun....

Jawaban untuk diandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang