We meet

603 8 0
                                    

"Tuh kan dibilangin juga apa? Kamu nggak dodol-dodol amat.!" Rere menatap raport Diandra.

"Yah tapikan bagusan kamu?"

Dengan gemas Rere memukul kepala Diandra dengan raport yang ada di tangannya (ini bukan adegan kekerasan, mukul lembut kok!) "Nih anak nggak ada syukurnya. Yah jelaslah aku lebih dari kamu"

"Ih rangking dua aja sombong banget!!!" Diandra menjulurkan lidahnya pada Rere.

"Nggak sombong sih... tapi kenyataan kan!"

"Eh kamu di kelas berapa Re?"

"Yah indeks satu lah!!!" lagi Diandra mencibir.

"Kamu juga?" Diandra mengangguk.

"Wah akhirnya kita sekelas, tapi jangan harap kau bisa nyaingin aku!" GRRRRR!!!! Diandra menghujamkan tatapan kesalnya pada Rere. Cowok itu malah senyum.

"Yang niat nyaingin situ sapa???" Diandra meninggalkan cowok itu. Sesaat ia berhenti, kembali ke tempat makhluk tidak tahu diri itu, dan makhluk itu masih tersenyum. Diandra tak menggubrisnya, di ambilnya raport miliknya yang sejak tadi memang bertahta di tangan cowok itu.

"Diandra... hai!" Tiwi mendekatinya

"Kita nggak sekelas nih!" lanjut gadis manis itu.

"Yap.. tapi tetanggaan kan" Diandra mengedipkan sebelah matanya

"So...masih bisa ngajak kamu cuci mata kan" Cuci mata adalah istilah bagi Diandra dan Tiwi untuk suatu kegiatan yaitu mengamati senior-senior cakep yang lagi pasang aksi di lapangan basket, yang walaupun main basketnya nggak hebat-hebat amat tapi tetap membuat kedua gadis itu kebat-kebit karena tampang senior-senior itu boleh dikategorikan hebat.

"Yap... wajib dong!!!" keduanya terpingkal bersamaan.

^ _ ^

Duh les lagi... malas banget!!!! Oceh diandra dalam hati. Tapi gimana lagi, kalo nggak ikut bisa ketinggalan banget. Akhirnya dengan tenang yang tersisa Diandra mengarahkan dirinya ke ruang kelas yang sudah terdengar riuh. Diamatinya kursi satu persatu, nyaris nggak ada yang kosong. Dan... mutiara hitamnya menangkap bayangan unik yang nyaris membuatnya semaput. Itukan????

"Woi.... sini!!!" Tanpa perasaan Rere telah menyeret Diandra ke satu bangku tepat dibelakang bayangan unik itu. Kini bayangan tadi nyata. Makhluk yang nyata itu malah menelantarkan Diandra ke dunia maya. Cakep... putih.. kiyut...cabby...childish banget!!!, angelllllll.... siang-siang gini turun ke bumi..... mulai deh satelit pengumpul citra cowok-cowok cakep Diandra beraksi. Sejak kapan dia sekolah di sini?

"Re... itu anak baru?" bisik Diandra pada Rere yang sejak tadi matanya sudah fokus 1000 % pada papan tulis

"Siapa?" Dia balik berbisik pada Diandra dengan mata masih mengikuti gerakan tangan pak Bakri.

"Yang itu... di depan kamu!!!" volume makin di kecilkan takut mahkluk itu kembali jadi bayangan. Alias pindah tempat duduk jauh-jauh karena merasa terancam.

"Anak 2-2, Ryan namanya!"

"O.....!" Tapi kok nggak pernah liat ya. Ryan... kok mirip Ady... jangan-jangan nih kutukannya si Ady lagi. Dan waktu berlalu dengan seenaknya, sementara tak satupun kata-kata pak Bakri yang terdampar di otak Diandra.

"Duluan yah!" Rere beranjak meninggalkan kursinya. Diandra masih terpaku, menanti nyata berubah kembali jadi banyangan.

"Nggak pulang???" Ups "nyata" menyapanya

"Hah... yah pulang dong" Diandra sukses kembali ke dunia nyata dan nyata tuh cowok telah berdiri di hadapannya. Menatapnya dengan tanda tanya.

"Anak 2-2 yah. Sekelas ma Tiwi?" si "nyata" mengangguk

Jawaban untuk diandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang