Bab 5

10.2K 1K 50
                                    

Kilauan perhiasan yang ada tidak bisa mengalihkan pandanganku dari kilauan kecantikan gadis yang ada di hadapanku. Walaupun wajah cantiknya terlihat kesal, aku tidak perduli. Lebih dari 7 tahun aku tidak pernah mendengar kabar tentangnya, tak ada satu pun foto yang aku lihat di rumah keluarga Brawijaya yang menggambarkan perubahannya, hanya ada fotonya dengan pipi tembamnya dulu.

Semua orang berhenti membicarakannya setelah kejadian itu, kejadian dimana dia menangis karena kelakuan bodoh ku yang ingin memulai masa dewasaku dengan meninggalkan masa remajaku dan menyakiti hatinya dalam prosesnya.

"Vin, Princ. . "

"Shaha" Alvin memotong kata-kataku

"Dia bukan Princess yang dulu, sekarang dia Shasha" Alvin menatapku sejenak dan kemudian mengalihkan tatapanya pada adiknya "Dia sudah berusia 19 tahun lebih, Tristan. Dia bukan lagi adik kecilku yang manja, dia gadis yang sudah bisa mematahkan hati laki-laki"

Tentu saja, gadis secantik dia sanggup mematahkan hati puluhan lelaki.

"Dia pulang untuk pertunanganmu atau selamanya?"

Alvin mengangkat bahunya "aku ga tahu, tahun ini dady memintanya untuk kuliah, satu tahun cukup untuknya bersenang-senang"

"besenang-senang?"

Alvin tersenyum melihat wajah penasaranku "iya bersenang-senang. Belanja, liburan, dan pacaran" jawabnya

Satu tahun di habiskannya hanya untuk bersenang-senang, yang benar saja!

"Memangnya Om Nico ga ngelarang dia, lagi pula sebagai kakak seharusnya kau juga melarangnya"

"kenapa aku harus melarangnya. Shasha tahu batasannya dan kami percaya padanya, lagi pula ada eyang dan kak Rei yang menjaganya disana. Jadi kami tidak perlu khawatir"

Tidak perlu khawatir katanya. Bagaimana mungkin keluarga mereka membiarkan gadis seperti Ches. . ckck! Shasha, sendirian di negeri orang.

Pantas saja tingkah lakunya berubah, dia sudah terlalu lama hidup dengan kebebasannya.

Alvin berjalan mendahuluiku "Mereka sudah selesai, ayo pulang!" ajaknya

Aku mengikutinya menuju kasir dimana ketiga perempuan itu sedang asik mengobrol.

"nanti Maura kamu yang anter pulangnya" pesan Alvin sebelum mempercepat langkahnya meninggalkanku di belakang.

* * *

Peresmian restauran baru milik tante Citra adalah acara ke empat yang kuhadari dan aku tidak pernah melihat Shasha sebelumnya, walaupun semua anggota keluarganya ada disini.

Di acara sebelumnya aku selalu berharap kalau dia datang terlambat, tapi harapanku itu berakhir saat acara usai dan dia tidak juga hadir.

"mamiiii" panggilan khususnya untuk tante Citra dan suara ceria nya mengalihkan perhatian kami semua dari makanan yang sudah di sajikan

"maaf mi, aku telat" Dengan segera gadis itu menghampiri tante Citra dan mengecup kedua pipinya dan menyerahkan paperbag yang di bawanya.

Kursi yang kosong adalah kursi yang ada di samping tante Raya dan tepat di hadapanku "makanan aku mana" tanyanya

"ga sopan, belum nyapa udah minta makan" protes gadis tomboy yang ada di sampingku.
Shasha mencebikan bibirnya untuk membalas gadis itu "selamat siang semua, hallo Tiara, mas Alvin, mbak Clara, mbak Maura, Om Dimas, Papi mami, mommy, daddy. . . hallo Tristan" ucapnya lantang, menyapa satu persatu orang yang ada di meja ini dan namaku ada dalam urutan terakhir!

She is PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang