Yang mau punya cerita Tristan waktu masih jadi anak kesayangannya Anin, bisa ikut PO kedua sama eryu ya (WA: 085732379791)
Apa pun yang dilakukannya tidak dapat menghibur perasaannya yang sedang kesal. Kesal dengan satu orang yang selalu mengganggu ketenangan hidupnya dan mengganggu ketenangan perasaannya.
Dia membenci lelaki itu
Tetapi sekarang lelaki itu datang untuk mengacau kan perasaannya, mengumumkan pada semua orang kalau dia adalah calon istrinya.
Yang benar saja!
Rasa bencinya belum hilang walaupun waktu berlalu sudah beberapa tahun yang lalu. Rasanya dia menyesal untuk pulang kembali ke lingkungan keluarganya kalau pada akhirnya dia harus kembali bertemu dengan hantu masa lalu nya.
"Jangan difikirin. Aku sengaja ngajak kamu nonton supaya kamu bisa senyum bukan manyun" Aldi berbisik di sampingnya, karena takut mengganggu penonton lain
Chesa berterimakasih pada Aldi yang sudah berbaik hati untuk menghiburnya dengan mengajaknya nonton film karena itu dia kembali fokus untuk menonton adegan yang tampil dilayar yang ada dihadapannya.
Sudah menjadi kebiasaan Chesa untuk makan setelah menonton film, dua jam di dalam ruangan bioskop membuatnya laparan dan setelah perutnya terisi kenyang dia melanjutkan lagi perjalanannya menjelajahi mall. Hari ini dia benar-benar ingin membangun kembali suasana hatinya dan memikirkan strategi untuk mengalahakan Tristan dan membuat lelaki itu menjauh. Karena menghindar nampaknya tidak cukup berhasil jadi dia akan mengikuti ide Mas Alvin nya untuk balas dendam.
"Makasih ya Al, kamu udah nemenin aku hari ini, aku seneng walaupun belum seneng banget" ucapnya
Aldi menanggapinya dengan tawa. Mereka masih berada di dalam mobil di depan rumah Chesa. Gadis itu enggan untuk turun dari mobil begitu melihat ada mobil milik Tristan di depan rumahnya
"Beneran gak mau turun? Kalau gak mau turun, aku puter balik lagi ni. Kamu nginep di rumah aku aja, ranjangku cukup kok untuk kita berdua"
Chesa mendaratkan satu cubitan di lengan Aldi yang bisa di jangkaunya, kesal karena candaan lelaki itu. Sementara Aldi walaupun merasa sakit dan harus mengusap lengannya yang dicubit Chesa untuk meredakan rasa sakit dia masih tetap tertawa karena berhasil menggoda gadis itu.
"Ya udah aku turun, nanti kelamaan berdua sama kamu, kamu makin gila" omel Chesa yang dengan cekatan merapikan tampilannya.
"Tetep mau terlihat cantik ya, walaupun sebel sama orangnya"
Chesa mengangguk pasti "Iya dong, dia yang harus kalah dan kalau bisa dia yang semakin menjadi gila karena suka sama aku. Dengan kata lain, selamat berjuang Tristan Alif Waradhana" ucapnya dengan pasti dan tekad yang berapi-api. Kali ini tekadnya sudah bulat untuk membuat hidup Tristan menderita dan semua usahanya sia-sia. Semangatnya untuk balas dendam kembali, jadi sekarang dia tidak akan menghindari lelaki itu.
"Kamu tau kan Sha, aku mulai suka sama kamu"
"Aku tau, dan kamu gak perlu berubah karena kehadiran Tristan" ucapnya meyakinkan lelaki itu kalau dia tidak perlu menghilangkan rasa suka nya karena kedatangan Tristan. "Aku masuk dulu ya, terimaksih untuk hari ini" kali ini senyum yang diberikan Chesa untuk Aldi adalah senyum yang begitu manis karena itu Aldi tidak bisa menahan jemarinya untuk mengusap lembut pipi gadis itu. Chesa masih tersenyum saat dia menangkap jemari tangan Aldi yang mengelus pipinya, di genggamnya jemari itu "Terimakasih Aldi"
***
"Baru pulang Sha?" tegur suara itu yang membuat langkah Chesa untuk menaiki tangga terhenti. Tristan entah sejak kapan berdiri tidak jauh dari tangga yang akan di laluinya.
"Seperti yang terlihat" jawabnya cuek dan mulai untuk menapakan kakinya menaiki anak tangga, Chesa bisa merasakan Tristan yang mengikuti langkahnya
"Sama siapa? Pacar baru?"
"Aku gak punya pacar" jawabnya ketus sambil mempercepat lagkahnya menuju kamarnya yang pintunya sudah terlihat dari ujung tangga.
"Tapi kamu harus inget kalau kamu udah punya calon tunangan"
Chesa berhenti tepat di depan pintu kamarnya dan berbalik memandang Tristan yang mengikutinya
"Ini" Chesa menunjukan jemarinya yang polos tanpa cincin tepat dihadapan Tristan "Kamu lihat ini kan, tidak ada cincin tunangan dan itu artinya aku perempuan single yang bebas berkencan dengan siapa pun" jelasnya sebelum masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu kamar tepat dihadapan Tristan yang masih berdiri di depannya.
***
Tristan tidak bisa mengikuti kemana arah pembicaraan Maura, yang ada difikirannya sekarang adalah Chesa. Gadis itu senang sekali membuatnya bekerja keras dan berfikir keras. Duh, dan jangan lupa kan sesuatu yang juga akan keras hanya dengan melihat leher jenjangnya.
"Kamu gak dengerin aku kan?" Tanya Maura dan Tristan masih diam dengan tatapan kosong. Karena kesal Maura menarik rambut Tristan dengan kuat dan sukses membuat Tristan meng-aduh kesakitan
"Makanya kalau ada orang ngomong di dengerin" omel Maura
"Tapi gak harus narik rambut kayak anak kecil kan Ra" Terkadang tingkah Maura sering membuatnya kesal, menarik rambut, mencubit atau bahkan memukulnya, anggota tubuh manapun yang bisa dijangkaunya saat gadis itu sedang kesal. Tidak perduli dimanapun mereka berada. Walaupun sudah terbiasa dan tidak pernah marah tapi kalau sudah sebesar ini dan kebiasaannya belum hilang juga, sepertinya Maura harus segera diperingatkan
"Ngapain ngajak ketemu?" Gadis ini menelponnya dan meminta untuk bertemu di apartemennya dan tidak mungkin hanya untuk mendengar keluh kesahnya tentang kerepotan persiapan pernikahan Alvin dan Clara yang membebaninya.
"Aku hamil"
Ya Tuhan!
Tristan langsung berdiri dari tempat duduknya dan menatap horor Maura setelah pernyataannya itu. Maura merasakan amarah Tristan akan meledak setelah mendengar pengakuannya, tapi mau bagaimana lagi. Tristan adalah suaminya yang berhak untuk tahu.

KAMU SEDANG MEMBACA
She is Princess
Romance"kalian berdua, tidak ada yang benar-benar mau menjadi istriku kan?" "kenapa kau berkata seperti itu, sejak dulu kami berada di sampingmu, tidak pernah meninggalkanmu" Maura membela dirinya dan juga Clara "ya, dengan tujuan tertentu" jawab Tristan...