Bab 8

4.7K 648 28
                                    

Kemenangan.
Skor bertambah untuk Tristan Alif Waradhana.

Raut wajah syok Chesa adalah kemengan terbesar untuk ku

Setelah berhasil mengalahkan dan memaksa rivalku yang bernama Aldi untuk mundur. Untung saja bocah itu tau diri, pamit pergi dengan alasan mau menjemput mamanya.

Aku kembali menatap Chesa yang sekarang raut wajahnya berubah menjadi raut wajah orang marah

"Siapa yang calon suami?" Bentaknya dengan mata bulatnya yang melotot

"Aku"

Sengaja aku memancing amarahnya.

"Sejak kapan?" Ucapnya tak terima

Aku melihat jam tanganku "sejak 10 menit yang lalu" jawabku santai

"Eh, hantu. Gak ada namanya calon suami. Apalagi kamu yang jadi calon nya. Dihhh! Sorry aja"

Gadis itu berdiri dari kursinya, mengambil semua barangnya yang ada di atas meja, siap untuk meninggalkan salon ini.

Sekarang giliran aku  yang marah.

AKU HANTU???

Aku baru tahu kalau selama ini aku dapat julukan hantu, makhluk astral yang menakutkan.

"Chesa denger ..."

"Shasha, panggil aku Shasha" ucapnya penuh amarah sambil menatapku dengan kilat kebencian.

Dosa masa lalu menghantuiku

"Oke, Shasha denger. Aku nanti bakalan bilang sama keluarga kita kalau aku mau jadi calon suami kamu"

Oke, permainan ini sedikit kekanakan memang. Permainan yang di mainkan Clara dan Maura sejak sepuluh tahun yang lalu. Dan sekarang aku ingin memainkannya dengan Shasha.

Clara dan Maura secara tidak langsung sudah mengontrol diriku, dan aku secara tidak langsung sudah melindungi mereka dari incaran lelaki yang hanya berniat mempermainkan mereka berdua. Seperti simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan.

Dan selama 10 tahun ini, tidak ada lelaki yang mau berusaha lebih untuk mendekati mereka berdua setelah tau sebutan "istri" seorang Tristan, mereka tahu sebutan itu hanya lah permainan. Seharusnya mereka berjuang seandainya mereka memang menginginkan Clara atau pun Maura.
Tapi tidak ada lelaki yang berjuang serius untuk ke dua istriku. Hanya ada Alvin yang mau berjuang untuk Clara.

Aku pun ingin melakukan permainan yang sama untuk Shasha. Walaupun aku tahu niat dia adalah balas dendam untuk sakit hati di masa kecilnya.

"Jangan berani kamu bilang sama mereka!" Ancamnya

"Oke, kita lihat. Niat balas dendam kamu yang menang atau permainan aku yang bakal mengalahkan kamu"

Ucapku sebelum meninggalkan dia yang sedang mencerna setiap kalimat yang aku ucapkan.

Aku harus kuat menahan malu karena tawa kedua orang perempuan yang mengaku istriku. Setelah aku menceritakan semua kejadian di salon tadi, mereka berdua puas mengejek dan menertawaiku.

Maura menghentikan tawanya dan menatapku dengan serius

"Jadi, kamu mau melakukan permainan yang sama ya? Apa gak terlambat, umur kamu kan udah gak masuk katagori anak, tapi kok tingkahmu kekanakan"

Semakin dewasa Maura semakin pintar, kata-katanya selalu bisa membuatku berfikir keras, dan sarannya membuatku berfikir ulang.

"Gak ada kata terlambat, Aku tau niat awal Chesa untuk balas dendam. Jadi sebelum dia membalas dendam, lebih baik aku dulu yang mengikatnya dalam permainan"

Sudut bibir Maura terangkat, senyum sinis miliknya, berarti ada sesuatu.

"Permainan hati" ucapnya singkat.

Benarkan, kata-katanya sanggup membuatku berfikir keras.

Permainan hati.

Apa benar aku sedang bermain dengan hatiku. Chesa adalah adik dari Alvin, saat dia kecil aku menganggapnya sebagai adik ku.
Aku beri dia perhatian lebih, dan ternyata gadis kecil sepertinya menganggap perhatianku adalah perasaan cinta.

"Aku bakalan bilang sama Alvin, kalo kamu sedang ngerencanain sesuatu buat calon adik iparku"

Aku menatap kesal Clara, jadi setelah dia mendapatkan Alvin, dia ingin meninggalkanku dan memihak calon adik iparnya

"Ra, kamu harus jadi orang yang netral, atau kasih loyalitasmu utuk ku. Aku ini masih 'suami' mu"

Gadis itu malah mencebikan bibirnya, kebiasaannya saat sedang kesal.

* * *

Ini baru jam 7 pagi dan aku sudah ada di rumah keluarga Brawijaya. Bukankah aku calon menantu yang baik.
Sebelum masuk ke rumah ini aku bertemu Tiara di depan yang sedang bersiap siap untuk pergi, darinya aku tahu kalau Chesa tidak ada di rumah, pagi-pagi sekali gadis itu sudah pergi pamintan untuk ke rumah Clara

" tumben, pagi-pagi udah nongol disini" Alvin duduk di sampingku. Aku bisa merasakan ada aura ketidak senangannya

"Mau minta sarapan" Aku masih berusaha bersikap wajar walau dalam hati, aku merasa cemas.

"Alasan" ujarnya singkat sebelum posisi duduk santainya berubah serius dan dia memandangku dengan serius juga.

"Shasha pulang kerumah dalam keadaan marah-marah dan penyebabnya sekarang ada disini"

Langsung tembak di tempat memang ciri khas Alvin

"Kamu memang teman saya, tapi Shasha adalah adik saya. She's princess, jadi gak bakalan aku biarin penjahat macem kamu main main sama Shasha"

Ini baru Alvin yang sikapnya sadis gini, gimana kalo Om Nico dan Tante Raya juga sadis gini, haduhh!

"Gimana kalau aku ternyata gak main-main. Aku memang beneran mau jadi suaminya Chesa"

Tristan gak pernah mundur.

"Memangnya Shasha mau jadi istri kamu?"

"Aku bakalan buat dia mau jadi istriku" ucapku tegas dan balik menantangnya dengan tatapanku

"Bagaimana mungin dia mau, kalau liat kamu aja dia sudah seperti melihat hantu" Alvin mengucapkannya dengan nada mengejek.

"Aku bakalan buat dia cinta lagi sama aku, bukannya dia dulu pernah cinta sama aku. Jadi aku bakalan buat perasaan itu kembali"

Itu adalah tekadku.

"Tan, Shasha masih inget dengan jelas perlakuanmu dulu. Kau fikir apa yang bisa membuatnya jadi seperti sekarang kalau bukan karena kejadian dulu"

Kejahatan ku di masa lalu itu lagi.

"Aku bakalan minta maaf"

Aku serius, aku bakalan minta maaf atas perlakuanku dulu.

Alvin tersenyum dan sekarang tatapannya padaku lebih ramah

"Ada yang bisa di maafkan, tapi tidak bisa di lupakan" ucapnya singkat.

Sebelum berdiri dan mengajak ku untuk ke ruang makan menikmati sarapan pagi yang sudah di siapkan, sementara aku mengikutinya dengan masih memikirkan kalimat terakhirnya.

Selamat malam minggu
Sedikit-sedikit gak apa apa ya, yg penting rajin update 😄
Thanks buat vote dan koment nya 😘

She is PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang