BAB 15

5.2K 541 25
                                    

Chesa ke kiri, Tristan beralih ke kiri. Chesa ke kanan, Tristan turut ke kanan.

"Bisa minggir gak sih!" ingin rasanya Chesa memukul Tristan dengan vas bunga yang di bawa nya. Semua orang sedang sibuk menata kediaman Waradhana mempersiapkan pernikahan Maura dan Dimas, sementara Tristan sejak tadi sibuk mengganggunya

"Nih, ambil" Chesa menyodorkan vas bunga yang dibawanya ke Tristan, di paksakannya tangan lelaki itu untuk menerima vas bunga itu. Dan setelahnya dia dengan santai melengagang menghampiri Aldi yang sedang membantu Tiara menyiapkan meja hidangan.

Sebenarnya Chesa tidak mau ikut membantu dicara pernikahan ini, lagi-lagi acara dengan tema keluarga, yang memanfaatkan seluruh tenaga dan kemampuan anggota keluarga. Dia bukan anggota keluaraga Waradhana, tapi karena Mommy nya yang berteman akrab dengan Mama Tristan, Catering milik keluarga Tiara yang di pakai, jadi mau tidak mau dia harus turun membantu persiapan pernikahan, dan bertemu dengan hantu masa lalunya yang tidak tahu diri itu.

Walaupun sudah jelas dia datang dengan Aldi, tetapi hantu masa lalunya itu tetap saja menganggunya dan dengan tidak tahu dirinya terus mendekatinya tanpa memperdulikan Aldi yang ada disana

"Kenapa Sha" Tiara langsung bertanya begitu melihat kedatangan Chesa dengan wajah cemberut

"Paling soal Tristan" Aldi yang sepertinya sudah paham apa yang membuat pacarnya itu cemberut

"Hantu nyebelin itu, gangguin melulu"

"Dia belum bisa move on Sha" Tiara tersenyum, dia masih suka menggodanya

Chesa tidak peduli, bagaimana pun dia sekarang sedang berusaha untuk melakukan hal yang benar, belajar mencintai Aldi. Aldi yang perhatian. Aldi yang bisa terima kehadiran Tristan sebagai hantu nyata dalam hubungan mereka dan Aldi dengan sabar mau membantunya. Chesa tidak ingin mengecewakan Aldi. Tapi kalau Tristan terus menerus datang dan mengganggu hidupnya, kapan hantu itu benar-benar bisa pergi dari hatinya. Chesa tidak bisa membohongi perasaannya, Tristan masih punya tempat tersendiri di hatinya.

***

Chesa memilih untuk membantu persiapan pengantin perempuan saja, setidaknya hantu masa lalunya tidak akan masuk ke kamar perempuan kan.

"Kamu masih bisa mundur kok, kalau kamu ragu" Clara masih berusaha untuk mengubah keputusan Maura, baginya menikah dengan Dimas bukanlah solusi dari permasalahannya.

"Dia tidak bisa mundur, ini sudah konsekuensi dari kesalahannya" Tante Rima cepat-cepat memperingati anaknya, tidak ada toleransi untuk kesalahan Maura dan Dimas, mereka berdua harus bertanggung jawab dengan menikah. Chesa jadi kasihan melihat Maura, dengan riasan wajah yang cantik dan gaun yang indah, tapi kenapa aura nya tidak terlihat bahagia seperti pengantin lainnya.

Kejadian ini menjadi pelajaran tersendiri untuk Chesa, sebagai perempuan dia harus bisa menjaga dirinya dengan lebih baik, karena dia tidak ingin pernikahan indah tanpa kebahagian seperti ini. Tapi Chesa tetap mendoakan Maura dan Dimas menemukan kebahagiaannya dalam perjalanan rumah tangga mereka.

"Semuanya sudah siap, penganti perempuan di tunggu di bawah" Tiara datang dengan informasinya. Chesa membantu memegang ujung gaun Maura, kebaya moderen berwarna putih gading dengan ekor yang menjuntai panjang.

Dimas dengan setelan jas berwarna senada dengan gaun Maura sudah menunggu dengan gagahnya di depan meja akad, berhadapan dengan ayah Maura dan penghulu yang sudah siap menikahkan mereka. Clara yang membantu memasangkan kerudung Maura, sementara Chesa memilih untuk duduk bersama kedua orang tuanya melihat sakralnya prosesi akad nikah mereka.

"Apakah semuanya sudah siap?"

Chesa bisa melihat kedua pengantin menganggukan kepala begitu juga para saksi dan ayah Maura menjawab pertanyaan penghulu, dengan begitu proses pernikahan Dimas dan Maura berlangsung.

Chesa melihat senyum tulus Dimas saatmenyematkan cincin di jari Maura, dan senyum tersipu malu Maura saat Dimas mengecup keningnya. Chesa terpesona melihat pemandangan itu, menurutnya melihat adegan itu adalah sebuah harapan kalau hubungan mereka berdua akan membaik.

"Kamu mau menikah dengan tema seperti ini juga?"

"Ya, aku mau yang dateng sedikit saja, keluarga dan sahabat tapi aku mau garden party, dengan dominan warna putih" Chesa membayangkan pernikahan impiannya tanpa perduli siapa yang bertanya.

"Oke"

Chesa merasakan kehadiran orang lain disampingnya "Jadi kapan kamu mau menikah denganku" Tristan dengan santainya bertanya

"Dalam mimpimu" Jawab Chesa kesal dan langsung meninggalkannya, dan berjalan penuh hentakan kesal. Sementara semua keluarga Brawijaya termasuk orang tua Chesa, tertawa melihat tingkah mereka berdua. Tristan melancarkan aksinya untuk mendekati calon mertuanya. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

She is PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang