Alvin sedang membahas rencana pertunangannya dengan Clara saat adiknya datang dengan raut wajah ketakutan. Pembicaraannya dengan Clara terhenti, pasangan kekasih itu fokus pada Chesa.
"Kamu kenapa Sha?" Clara khawatir melihat calon adik iparnya."aku ga apa-apa" jawabnya singkat. Dia duduk di hadapan pasangan kekasih itu. Minuman milik kakaknya yang tinggal separuh di minumnya sampai habis dengan cepat.
Alvin mengangkat salah satu alisnya "yakin ga apa-apa? kamu kayak habis ngeliat hantu" tanya nya curiga.
Chesa mengangguk tanpa sadar "hantu masa lalu" ucapnya lirih dengan pandangan kosong.
Alvin dan Clara yang mendengar kata-kata Chesa saling pandang, bertukar pemahaman dan kemudian mereka berdua tersenyum
"Tristan" ucap mereka berdua bersamaan dan keduanya tersenyum.
"apa?" tanya Chesa yang tidak begitu mendengar keduanya.
Alvin dan Clara kompak menggeleng.
"kayaknya aku mau balik lagi ke Singapura aja, nanti pas kalian nikah aku baru dateng lagi"
"ya ga bisa gitu dong Sha" protes Clara "kamu kan udah janji sama aku, mau balik dan tinggal lagi di Indonesia"
"aku ga janji mau menetap di sini. Oke, aku memang janji balik kesini, tapi cuma pas acara pertunangan dan nikahan" Chesa menatap calon kakak iparnya "tapi sepertinya, maaf, aku ga bisa nepatin janji"
"kamu ga bisa gitu Princess"
Chesa memotong perkataan Alvin "Shasha please" ujarnya lirih, dia tidak akan sanggup lagi mendengar ada orang yang memanggilnya Princes.
Pandangan Alvin melembut "Shasha" ucapnya menuruti permintaan adiknya "kamu ga bisa menghindari masa lalu, karena sampai kapanpun itu akan selalu ada, kamu harus menghadapinya, bagaimana pun pahitnya masa lalu, masa lalu juga yang membentuk dirimu seperti sekarang ini" Alvin menggerakan tangannya menunjukan tampilan Chesa yang sekarang
"tapi itu menyakitkan kak, memalukan" suaranya bergetar, saat ini dia benar-benar membutuhkan sosok kakak, bukan sosok Alvin.
Tau apa yang di butuhkan adiknya, Alvin mendekat dan membawa adiknya dalam dekapannya.
"kakak tau dek, tapi itu semua bagian dari pendewasaan diri, walaupun itu menurut kamu kejam, tapi itu juga membawa kebaikan buat kamu. Liat diri kamu sekarang, kamu cantik"
"sangat cantik" ujar Clara yang duduk di seberang meja.
"ya, sangat cantik. Ga ada lagi lelaki yang berani menghina kamu. Dan untuk lelaki yang dulu menghina kamu dan menjatuhkan kepercayaan dirimu, dia harus melihat kalau kamu adalah gadis yang luar biasa. Jangan biarkan dia menemukan celah untuk kembali menjatuhkan rasa percaya dirimu".
Chesa mengeratkan pelukannya "Aku benci dia kak" ucapnnya
"kakak tau" Alvin mengelusi rambut adiknya "kalau kamu benci dia kenapa kamu hindari? kamu harus tunjukan dengan dia, siapa kamu sekarang dan bila perlu beri dia pelajaran, karena dulu dia sudah mencela kamu, menjatuhkan rasa percaya dirimu"
Alvin melepas pelukannya, kedua tangannya mengelus pipi adiknya, menghapus air mata yang mengalir
"dengerin kakak" ucapnya tegas, kedua tanngannya menangkup wajah Chesa agar menatapnya.
"kamu ga boleh nangis dan kamu ga boleh menghindar, kamu harus tunjukan siapa Chesa yang sekarang, balas penghinaanmu dulu, balas sakit hatimu dulu. Bukannya sekarang kamu adalah Shasa bukan Chesa apa lagi Princess" ucap Alvin tegas.

KAMU SEDANG MEMBACA
She is Princess
Romance"kalian berdua, tidak ada yang benar-benar mau menjadi istriku kan?" "kenapa kau berkata seperti itu, sejak dulu kami berada di sampingmu, tidak pernah meninggalkanmu" Maura membela dirinya dan juga Clara "ya, dengan tujuan tertentu" jawab Tristan...