Chapter 2

3.5K 190 7
                                    

[Harry Styles]

“Har we’re on five!” teriak Mac dari balik tirai backstage.

Aku, maksudku kami – One Direction – sedang berada diacara ‘The Late Night’ bersama Jimmy Kimmiel dan saat ini kami sudah dipenghujung acara, dimana kami hanya perlu bernyanyi satu lagu penutup lalu acara tersebut selesai.

Kulihat jam didinding menunjukan pukul satu pagi, pikiranku melayang memikirkan Clay yang mungkin saat ini sudah tertidur. Ya, semenjak kepergian Darcy sikap Clay berubah 180 derajat kalau biasanya dia akan menunggu kepulanganku dari bekerja diruang tengah sambil menonton,membaca buku atau bermain bersama Darcy namun sekarang dia lebih memilih untuk tidur dan menyimpan tenaganya untuk bekerja sebagai relawan bencana Alam.

“Har, C’mon!” panggilan Zayn membuyarkan lamunanku, entah darimana datangnya pria ini sudah berada dihadapanku sembari membawa Mic bertuliskan namaku diUjungnya..

“yeah,Mate” balasku sembari mengambil Mic milikku dari tangannya lalu segera mengekor dibelakang Zayn yang berjalan menuju Panggung. Karena interview kali ini Live jadi kami sebisa mungkin harus tepat waktu,minimal sudah siap sebelum On-Air . Niall,Liam dan Louis sudah berdiri diatas panggung sembari membenarkan Headshet yang terpasang ditelinga masing-masing.

“3.. 2..1!” Aba-aba dari petugas televisi terdengar menandakan bahwa kami sudah On-Air dan acara sudah berjalan.

“it was so nice to talk with you guys, and everysingle one of you who watching us right now in television. So here’s for you! One Direction with their brand new single ‘little things’!” Jimmy segera membuka sekaligus berpamitan kepada seluruh audience yang hadir dan kepada Audience yang menonton dari rumah.

Liam segera menjawab pertanyaan dan juga salam perpisahan dari Jimmy,Liam memang juru bicara kami mala mini karena cara berpikirnya yang dewasa membuat Management mempercayakan keselamatan kami padanya dan juga memberinya tanggung jawab untuk mengkoordinasi kami berempat. 

Intro Little Things mulai terdengar kami mulai bernyanyi mengikuti instrument yang terdengar diHeadshet kami hingga selesai, tepukan tangan memenuhi Studio The Late Night. Kami segera turun dari panggung dan berjalan menuju ruang berpakaian, menemukan Lou Teasdale dan Lux tengah tertidur disofa. Kasihan Lux semestinya ia tak perlu mengikuti ibunya bekerja andai saja Tom tidak menceraikan Lou beberapa bulan yang lalu.

“Lou, ayo pulang” ucapku sembari mengguncang tubuhnya pelan. Ia segera bangun dan merapikan alat make upnya yang berantakan dimeja. “Lou, easy..” tegur Zayn sambil membantu Lou yang tengah sibuk memasukan alat-alat make up tersebut kedalam Box secara asal-asalan. Kurasa ia masih setengah sadar.

“aku balik duluan yah” pamitku setelah berganti pakaian, kuraih Coat hitam milikku yang tergantung disamping pintu kemudian berjalan keluar ruangan. Masih ada Liam didalam kurasa ia sedang menunggu Lou berkemas, kami memang menyusun kerja piket untuk membantu Lou semenjak ia bercerai dengan Tom. Biar bagaimanapun Lou adalah keluarga kami berlima, dan kerja piket itupun hanya kami yang mengetahuinya.

Sesampainya dirumah kudapati pintu rumah dalam keadaan tidak terkunci, astaga Clay pasti lupa menguncinya. Bagimana jika ada orang jahat yang masuk lalu mencuri  atau mungkin membunuhnya atau yang lebih buruk menidurinya?! Dasar bodoh!

Believe Me // H.s [END]Where stories live. Discover now