Clay Parker Face The Pain

4.1K 151 0
                                    

Clay William Parker face the Pain.

Clay terisak ketika kedua kakinya memaksa dirinya untuk masuk kekamar itu lagi, kamar yang bernuansa merah muda dengan banyak animasi kartun disetiap furniture-nya. Semua kenangan masa lalu kembali terputar dikepalanya layaknya film lama yang diputar kembali.

“momy” panggilan itu kembali mengingatkannya akan senyum manis Darcy, enam bulan setelah kepergian gadis kecil tersebut suasana dirumah berubah drastis. Seringkali Clay menemukan Harry pulang kerumah dalam keadaan tak sadarkan diri akibat Alkhohol yang diminumnya.

“everything has changed since you’re gone baby” gumam Clay sembari memeluk foto Darcy yang ia simpan, satu-satunya benda yang tersisa dari Darcy yang berada diruangan tersebut.

“I will love you for a thousand years,more” Clay tak kuasa menahan beban tubuhnya lebih lama lagi. Kedua lututnya bertemu dengan dinginya lantai kamar Darcy, isakan tangis kembali memenuhi ruangan tersebut. Beruntung rumah sedang dalam keadaan sepi sehingga Clay mampu mengeluarkan semua tangisnya,sendirian. Kedua tangannya memeluk foto Darcy.

“I miss you”

Clay memandang foto Darcy, sesekali mengusapnya dengan kedua tangannya. bayangan pertengkaran antara dirinya dengan Harry kembali terputar dikepalanya,dulu ketika mereka mulai berargumentasi Darcy akan selalu melerai dan menyatukan mereka kembali namun sekarang ? tak ada yang melerai, jika tak ada yang mau mengalah maka pertengkaran tersebut bisa menjadi sengit.

“Harry berhenti menggerutul!”

 

“aku tidak menggerutu”

 

“grumpy”

 

“sudahlah aku tidak mau berdebat”

 

“yeah.. yeah.. sana pergi, berfoto dengan puluhan atau mungkin ratusan model cantik nan seksi diluar sana”

 

“Clay, aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Rosie,Kara atau bahkan Jesslyn! Kau pikir aku sudah cukup gila untuk melakukan hal seperti itu”

 

“Oh..”

 

“im leaving!”

 

“Go Away!”

Setiap hari kedua manusia tersebut harus menahan diri untuk tidak menghajar paparazzi dan juga infotaiment yang membuat berita negative tentang keluarga mereka. Dihujat, dikatai bahkan dituduh melakukan Asusila hampir menjadi santapan mereka berdua selama enam bulan terakhir, seolah olah kehidupan mereka yang hancur tersebut adalah sasaran empuk media untuk diliput dan dimasukan kedalam majalah,situs web dan diabadikan untuk menaikan citra perusahaan mereka, transaksional.

“aku lelah” ujar Harry.

“aku juga”

“we need to fix this”

“somehow..”

**

Believe Me // H.s [END]Where stories live. Discover now