Part 3

13.7K 402 21
                                    

Seorang Andria tidak pernah main-main dengan kata-katanya. Sehari setelah ia menulis surat itu, Ria mengundurkan diri.

Ria memandang lukisan yang seharusnya diberi untuk Jeremiah. Lukisan itu sudah hampir jadi. Hanya tinggal detil-detil yang harus ditambahkan untuk membuat lukisan itu mempesona. Setelah memandangi gambar itu, Ria akhirnya bertujuan untuk menyelesaikannya.

Setelah beberapa jam, Ria puas mengamati hasilnya. Setelah catnya kering sempurna, Ria mengambil pen putih lalu menuliskan sesuatu di pojok kanan gambar tersebut. Ria mengukir inisial namanya, A.R.T., lalu membubuhkan tanda tangannya menandakan bahwa barang itu resmi miliknya. Di samping kanvas tersebut, dengan tinta hitam agar terlihat sedikit samar, dituliskannyalah kepada siapa lukisan itu seharusnya, Jeremiah.

Ia mengambil smartphonenya, lalu mengambil foto gambar tersebut. Ria menulis sebuah surat, karena ia tidak memiliki nomor Jeremiah. Kanvas dan surat itu dimasukkan kedalam kardus, lalu dikirim kepada Jeremiah.

*

"Siapa bisa yang bantu gue sekarang?!" kata Jeremiah frustasi.

Jeremiah memutuskan untuk menelepon ayahnya. "Apa, sayang?" tanya Timmy. "Dad, aku boleh pindah rumah kan dad?" pinta Jeremiah. "Emang kenapa, Jer? Kamu mau kabur dari Andria?" tanya Timmy. "Bukan begitu, dad. Mending daddy liat kondisi Jere deh. Ini parah banget," kata Jeremiah. "Kirim foto aja. Daddy sibuk," kata Timmy. Jeremiah mengambil gambar wajahnya dan mengirim gambar tersebut pada ayahnya.

"Jeremiah, kamu jangan main-main!" kata Timmy. "Aku gak main-main, dad," jawab Jeremiah. "Please dad!" pinta Jeremiah lagi. "Fine. Ada satu rumah, tapi letaknya dipinggir kota. Kamu bisa pakai itu," kata Timmy. "Thanks dad!" kata Jeremiah lalu mematikan teleponnya. Waktunya beberes!

Baru Jeremiah mengeluarkan kopernya, pintunya sudah diketuk oleh mbok Sum. "Tuan, ini ada kiriman," kata mbok Sum. Jeremiah membuka pintu lalu mengambil kiriman itu dan membuka kiriman tersebut. Sebuah gambar sunset yang memukau dan disisi kirinya terdapat siluet sepasang kekasih yang sedang berciuman. Jeremiah merasa mengenali lukisan ini, tapi ia tidak dapat mengingatnya.

3 huruf yang berada di pojok kanan bawah gambar itu sedikit mengganggu. A.R.T. Maksudnya apa? Apakah itu nama? Tapi nama siapa? tanya Jeremiah dalam hati. Jeremiah menemukan surat dibalik kanvas tersebut. Jeremiah membukanya.

From: Someone you know

Hope you like it.

Hanya itu isi surat tersebut. Jeremiah tidak ada pikiran siapa pengirim gambar tersebut. Temannya banyak! Akhirnya Jeremiah memutuskan untuk menyimpannya karena gambar itu bagus. Mungkin bisa dijadikan pajangan untuk rumah barunya.

Jeremiah membereskan kamarnya itu. Sebuah surat dibungkus dengan amplop putih ada di meja. Alexandra meninggalkan amplop itu sebelum ia pergi meninggalkan kamarnya. 

To: Jeremiah

Ingat mawar merah yang ada di ruang kerjamu? Mawar itu memiliki 24 kelopak. Waktumu hanya satu tahun, Je. Setiap bulan, dua kelopak dari mawar itu akan jatuh. Kau tidak perlu merawatnya lagi, karena mawar itu sudah abadi. Good luck, Jeremiah. Maaf aku tidak bisa membantumu lagi.

From, Alexandra. 

Jeremiah beranjak dari kamarnya menuju ruang kerjanya. Ia melihat mawar utuh itu dan menghitung kelopaknya, pas 24. Kata-kata Alexandra benar. 

"Mbok Sum mau ikut?" tanya Jeremiah. "Mbok mau ikut tuan aja, daripada mbok gak ada kerjaan, kan?" tanya mbok Sum sambil tersenyum. "Ya udah, mbok. Ayo!" ajak Jeremiah lalu mereka pergi menuju rumah barunya itu.

Marrying The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang