Part 8

10.3K 272 5
                                        

"Semuanya udah siap?" tanya Ria sambil membetulkan dasi Jeremiah. "Udah," jawab Jeremiah. "Good luck yah buat interviewnya," kata Ria sambil mengecup pipi Jeremiah. "Thank you," jawab Jeremiah sambil memeluk Ria. "Udah sana!" kata Ria sambil mendorong Jeremiah untuk keluar rumah.

Jeremiah dan Ria sudah seminggu tinggal di Bali. Karena sudah tinggal sendiri, Jeremiah berencana untuk mencari kerja di Bali. Ria sibuk bekerja dirumah. Dengan tidak adanya pembantu, Ria harus mengerjakan semuanya seorang diri.

Ria tinggal di villa milik Jeremiah yang jauh dari kepadatan penduduk. Jauh, tapi tidak terlalu jauh. Hanya memakan waktu 15 menit untuk sampai ke pusat kota apabila pergi dengan mobil. Tidak terlalu jauh, bukan? 

Villa itu terkesan kecil dan simple. Villa dua lantai dengan model casual tapi elegan. Kolam berenang dengan kedalaman 3 meter berada di depan villa itu. Beberapa kursi pantai di taruh di sekitar kolam berenang untuk berjemur. Sebuah meja makan 6 kursi dengan bahan rotan ditaruh untuk makan makan santai. 

Villa itu memiliki 4 kamar dan 1 kamar utama, 2 kamar mandi luar dan 3 kamar mandi dalam, dapur, ruang keluarga, dan perpustakaan. Semua kamar yang berada di villa itu menghadap ke laut luas dengan balkon kamar di setiap kamarnya. Perpustakaan juga menghadap ke arah laut. 

Villa itu memiliki akses laut khusus dan private, jadi Ria dan Jeremiah bisa ke pantai sepuasnya. Ria mengambil sapu dan mulai menyapu ruang keluarga. Saat sedang asik-asik menyapu, telepon rumah tiba-tiba berbunyi.

"Halo?" tanya Ria saat ia sudah mengangkat teleponnya.

"Aku diterima," kata suara dari seberang sana. Ria sudah tahu itu suara siapa, Jeremiah.

"Yang bener? Jadi apa?" tanya Ria senang.

"Asisten Manager. Lumayan, kan?" tanya Jeremiah yang tidak kalah senang. Ria mengangguk walaupun Jeremiah tidak bisa melihatnya.

"Hari ini aku sudah mulai kerja. Jadi aku pulang sore ya. Sampai jumpa sayang!" kata Jeremiah.

"Sampai jumpa," jawab Ria lalu menutup telepon itu.

Ria kembali menyapu rumah barunya itu. Setelah menyapu, ia memasak lalu membereskan barang-barang yang belum sempat di bereskan tempo hari.

Ting Tong!

Ria melirik ke arah jam. Setengah 6. Harusnya Jeremiah yang pulang. Ria berlari ke depan pintu dan membukanya.

"Malam sayang! Makanan udah si mpffhh!!" kata-kata Ria terhenti karena seseorang menarik Ria keluar dari rumah dan menutup pintu dibelakangnya. Mulut Ria sudah tertahan dengan tangan pria itu. Pria itu menarik Ria hingga ke belakang villa, membuat mereka sekarang berada di pantai. Ria memberontak sekuat mungkin, tapi percuma. Tenaga pria itu lebih besar dari Ria.

Pria itu tetap menutup mulut Ria dan menariknya hingga ke tempat yang tidak terjangkau oleh pandangan mata apabila dilihat dari villa. Pria itu mengecek keadaan sekeliling. Setelah dilihat keadaan aman, pria itu membuka tutupan tangannya dari mulut Ria.

Ria langsung menatap pria itu dengan tatapan membunuh. Ria diajarkan untuk tidak berbuat lemah dari kecil. "Mau apa kau?" tanya Ria. Iya berusaha mengencangkan suaranya sekencang mungkin, sukur-sukur ada yang dengar.

"Shhttt! Jangan kencang-kencang!" kata pria itu sambil berbisik. Pria itu menjulurkan tangannya. "Aku Nathan Prattaya," kata orang yang bernama Nathan itu sambil menjulurkan tangannya. Ria menjabat balik tangan Nathan itu. "Andria Renita," jawab Ria.

"Mau apa?" tanya Ria lagi. "Aku cuman mau peringatin kamu doang. Di daerah sini, ada orang jahat yang suka berlaku semena-mena," kata Nathan. "Eh! Kalau orang yang mau berlaku semena-mena itu, harusnya kamu! Kalau mau ngomong begitu, kenapa gak ngomong di rumah aja?" bentak Ria.

Marrying The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang