Part 15 - Epilog

16.4K 363 22
                                    

Hari pertama memasuki sekolah dengan seragam putih abu membuat Ria dan Jeremiah bangga dengan Vina dan Vino. Zhes sudah melewati masa-masa MOSnya, dan ini hari pertama mereka belajar.

“Vino pergi dulu!” teriak Vino. “Ehh! Anterin gue! Apa-apaan lo main ninggalin gue!” balas Vina. “Kan lo udah punya jemputan lo. Si siapa itu namanya? Hari?” tanya Vino.

“Harry, dasar pelupa. Satu lagi, dia bukan sopir gue. Dia sahabat gue!” kata Vina. “Nah, itu si Harry. Udah lo sama dia aja sono!” suruh Vino. “Gak mau! Gue maunya sama lo!” bantah Vina. “Aduh. Ini ada apaan sih pagi-pagi udah berisik?” tanya Jeremiah sambil turun dari tangga.

“Itu, pa! Vina mau nebeng sama Vino!” kata Vino dengan wajah bete. “Tinggal dianterin aja, susah banget,” jawab Ria yang baru keluar dari dapur sambil membawa dua gelas susu.

“Mom!” teriak Zhes berbarengan saat gelas susu itu disodorkan ke mereka. “Mom, stop kasih kita susu! Vina sama Vino bukan anak kecil lagi!” kata Vina. “Susu itu baik. Udah cepet sana! Nanti telat aja,” kata Ria.

“Vina, mom!” rengek Vino. “Kenapa? Kamu mau tebar pesona sama cewek-cewek, iya?” tanya Jeremiah. Vino langsung senyum selebar dunia. “Dasar bocah. Masih kecil! Belom waktunya pacaran!” kata Jeremiah.

“Itu Vina udah punya!” bantah Vino. “Apaan? Udah gue bilang berkali-kali, Harry sahabat gue. SAHABAT GUE!” kata Vina sambil menekankan kata-katanya. “What ever,” jawab Vino.

“Udah sana! Udah jam 6 lewat 10 tuh! 20 menit lagi masuk kelas,” kata Ria. Zhes langsung panik dan mencium pipi kedua orang tuanya. “Bye mom, bye dad! We love you!” kata Vina lalu pergi keluar dan memasuki mobil Vino.

“ABG,” kata Jeremiah sambil tersenyum. “Kayak dulu gak gitu aja,” kata Ria sambil menggandeng tangan Jeremiah. “Apaan! Aku dulu gak kayak gitu yah. Aku itu anaknya alim. Selalu nebeng Manu setiap sekolah,” kata Jeremiah sambil tertawa. “Yeh! Apa bedannya!” kata Ria sambil mencubit perut Jeremiah.

“Kamu juga kan? Di tebengin terus sama Rian?” tanya Jeremiah balik. Ria hanya tersenyum. “Kita sama. Berarti kita jodoh,” kata Jeremiah sambil memandang Ria. Ria juga balas memandang Jeremiah.

Ria perlahan mendekati wajah Jeremiah. Tepat 1cm di depan mulut Jeremiah, Ria menghentikan gerakannya. “You wish!” kata Ria lalu berlari dari pelukan Jeremiah sambil tertawa. Jeremiah mengejar Ria sambil tertawa juga.

***

Vino dan Vina memasuki gerbang sekolah dengan terburu-buru. Nyaris! Nyaris banget! Nyaris banget ditutup tuh gerbang. Vino dan Vina mencari kelas mereka. Dan oh, well. Mereka beda kelas. Great!

Vino memasuki kelas X-3, sedangkan Vina memasuki X-1. Vino memasuki kelasnya, dan guru di kelas itu sudah datang. Hari pertama, sudah telat…

“Maaf, pak, saya terlambat,” kata Vino sambil berdiri disamping guru itu. “Duduk sana. Lain kali, kamu tidak boleh terlambat lagi,” kata guru itu. “Baik, pak,” kata Vino lalu duduk di barisan tengah kelas itu.

Vino sebangku dengan seorang perempuan. Rambut panjang berwarna hitam pekat yang dikuncir satu miring ke kanan bawah, wajah mulus, hidung tidak terlalu mancung, standar Indonesia. Tapi perempuan ini terlihat manis.

Pelajaran pertama mereka adalah fisika. Vino mencari buku fisika itu di tasnya. Damn it! Buku itu tertinggal di rumah. Vino tersenyum pada gadis di sampingnya itu. “Boleh pinjem bukunya gak?” tanya Vino. Gadis itu tersenyum lalu menaruh bukunya ditengah mereka.

“Terima kasih,” kata Vino. Gadis itu hanya membalasnya dengan anggukan dan tersenyum lagi.

Pernah mendengar tentang love at first right, kan? Nah! Itu dia yang lagi dirasakan Vino sekarang. Entahlah. Gadis tanpa nama itu telah mengalihkan perhatian Vino seharian itu hanya dengan senyumannya.

*

Vina membuka pintu kelas dengan terburu-buru. Ia lupa mengetuk pintu! Semua mata langsung memandang ke arah Vina. “Eh, maaf bu!” kata Vina lalu keluar kelas lagi.

Vina mengulangi kegiatannya. Kali ini, ia mengetuk pintu terlebih dahulu. “Permisi, bu. Maaf saya terlambat,” kata Vina. Guru itu hanya menghela nafas berat. “Kali ini saya maafkan. Tapi lain kali? Tidak ada ampun,” kata guru itu. Vina mengangguk mengerti dan menduduki satu-satunya kursi yang kosong.

Oh no! Vina sebangku dengan, well, nerd! Pria dengan kacamata super tebal, rambut culun, serta baju yang culun juga.

“Untuk pelajaran musik kali ini, kalian ditugaskan untuk membuat sebuah lagu dengan teman sebangku kalian,” kata bu Ajeng. Vina langsung melongo. Harus sebangku dengan nerd ini? No to the way!!

'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''

hai-hai *perasaan baru update kurang dari setengah jam yang lalu.*

Oke! Marrying The Beast tamat! T^T mohon maaf kalo ada typo bertebaran diseluruh part cerita ini. mohon maaf kalau epilognya gak seru. emang. gak seru banget. mohon maaf kalau ada kata-kata yang menyinggung para readers sekalia!

siapa karakter yang paling reader sukain?

thanks for reading.. thanks buat yang udah ngikutin dari awal sampai akhir cerita MTB.. author terharu banget T^T

sampai jumpa di cerita lain! \ ( ^ - ^ ) /

Marrying The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang