Part 14

11.2K 304 4
                                    

Ria masih memikirkan perkataan Jeremiah. Cerai? Haruskah? Ria tidak ingin bercerai, tapi ia juga tidak ingin disakiti lagi. Ria mencari nama seseorang di handphonenya dan langsung menelepon orang itu. "Adrian Tranita Tatsono, gue butuh bantuan lo," kata Ria di telepon.

"Harus sekarang kak? Gue lagi honeymoon ini! Ya masa diganggu! Kayak lo gak pernah honeymoon aja sih," gerutu Rian. "Harus. Emergency ini! SOS!" jawab Ria. "Apa cepetan?" tanya Rian tidak sabar. "Jeremiah," baru satu kata, Rian sudah langsung menjawab dengan cepat. "Kenapa?" tanyanya.

Ria menceritakan semuanya, dari pertemuan di pesta Rian, hingga surat itu. "Gue gak tahu harus cerai dari dia atau engga!" kata Ria. Rian menghela nafasnya berat. "Kalau itu kemauan lo, ya cerai aja," jawab Rian malas.

"Tapi-" kata-kata Ria langsung dihentikan oleh Rian. "Sekarang lo tarik nafas, habis itu buang. Lo pikirin matang-matang keputusan lo, jangan sampai nanti lo nyesel," kata Rian. "Menurut lo gimana?" tanya Ria. Rian menghela nafasnya berat. 

"Lo itu cocok berdua. Menurut gue, lo batalin perceraian itu," kata Rian. "See ya," kata Ria lalu langsung menutup teleponnya. "Vina, Vino, sini sebentar," panggil Ria. Dua anak kecil itu langsung berhambur mendekati Ria.

"Yes, mom?" jawab Vina. "Duduk di samping mommy, sini," suruh Ria. Zhes mengangguk dan melaksanakan perintah Ria. "Vino sama Vina tahu daddy kalian siapa?" tanyanya Zhes. Zhes menggeleng berbarengan.

"Kalian ingat om yang waktu itu kalian temuin di pesta itu?" tanya Ria lagi. Mereka mengangguk. "Om itu namanya siapa?" tanya Ria. "Jeremiah! Namanya Jeremiah!" jawab Vina semangat. "Nama belakangnya kalian tahu?" tanya Ria lagi. "Omnya gak kasih tau," jawab Vino.

Ria menghela nafasnya berat. "Nama om itu, Jeremiah James Nugraha. Dan nama kalian juga punya Nugraha," jawab Ria. "Jadi om Jeremiah itu..." Vina menggantung kalimatnya ragu. "Iya. Om Jeremiah itu ayah kalian," jawab Ria.

***

Tiga hari sudah cukup untuk Jeremiah mengurus surat cerai itu. Hanya perlu tanda tangan dari Ria. Hari ini hari dimana nasibnya ditentukan. Jeremiah memakai pakaian lengkapnya dan membawa surat itu di dalam amplop cokelat. Jeremiah siap menerima segalanya.

Pikiran Ria sudah matang. Well, dia akan mendatangi tempat itu. Ria memakai dress putih selutut karya isengnya. Dress lengan pendek dengan warna putih polos, tanpa warna lain. Ria memakai heels 5cmnya yang sewarna dengan dress itu. Ria siap.

Jeremiah sudah sampai di tempat itu duluan. Jam baru menunjukkan pukul 5 sore. Oh, damn it! Jeremiah lupa memberi jam janjiannya! 

Ria memandangi gedung itu. Gedung dimana tempat kenangan indah itu terjadi. Vina dan Vino sudah ada di samping kiri dan kanannya. Mereka sudah siap. Ria menaiki lift dan memencet tombol lantai tertinggi gedung itu. Tapi lantai ini bukan yang tertinggi.

Ria dan Zhes keluar dari lift itu dan menaiki tangga khusus, tangga dimana orang bisa mencapai atap bangunan itu. Pukul setengah 6 sore. Ria berasa ini waktu yang tepat.

Dengan susah payah Ria mendorong pintu itu. Angin dingin langsung menyerbu ketiga manusia itu. Ria menemukan sebuah sosok pria dengan pakaian serba hitam. Jas hitam, celana bahan hitam, dan sebagainya. 

Pria itu sedang menatap entah kemana. Di hadapannya tersaji pemandangan yang dulu Ria rindukan. Indahnya kota Jakarta di malam hari. Pria itu memegang gitar. Bukan. Pria itu juga memainkannya.

"A Thousand Years," gumam Ria tanpa sadar. Pria itu menengok. Zhes langsung berteriak. "Daddy!" teriak mereka dan berlari memeluk Jeremiah. Jeremiah memeluk kedua anaknya itu dengan haru. Ia tidak pernah menyangka.

Awalnya Jeremiah bahagia. Bahagia melihat Ria, bahagia melihat Vino dan Vina Tapi semua kebahagiaannya itu hilang saat ia tahu apa yang akan dilakukan Ria. Ria mendatangi tempat ini untuk menceraikannya.

"Kamu tahu dari mana?" tanya Jeremiah. Ria tersadar. "Insting dan kenangan," jawab Ria yang hampir terdengar seperti bisikan. "Di sini. Tempat dimana semua hubungan percintaan kita berawal," kata Jeremiah. Ria membenarkan dalam hati.

"Dan disini juga, hubungan kita akan berakhir," sambung Jeremiah. Ria menunduk. Seakan ia ragu dengan keputusannya. Tapi satu hal, sesuatu menguatkan keputusan yang sudah dipilihnya.

"Daddy sama mommy kenapa?" tanya Vina. Jeremiah memandang Vina pilu. "Daddy sama mommy sudah gak bisa bersama lagi, sayang," jawab Jeremiah. "Terus nanti Vino sama Vina gak punya daddy dong?" tanya Vino.

"Daddy yakin, kalian pasti bisa dapat daddy yang lebih baik lagi," jawab Jeremiah. "Kayak ayah?" tanya Vina. Jeremiah memandang Ria. "Ayah?" tanyanya. Ria terdiam sebentar, lalu ia menjawab dengan sakit.

"Gerald. Temen aku di Paris," jawab Ria. Jeremiah menatao Ria, minta pengertian lebih lagi. "Cuman temen," sambung Ria. Jeremiah mengangguk lalu menatap Zhes.

"Vino, Vina, kalau daddy pergi, kalian gimana?" tanya Jeremiah. "Gak tahu," jawab Vino. "Vino, kalau daddy pergi, kamu harus jaga Vina, okay? Daddy gak mungkin jaga Vina lagi," ucap Jeremiah. "Pasti, daddy! Vino bakal jaga Vina," jawab Vino.

Jeremiah bangkit berdiri dan mendekati Ria. "Aku tahu kamu sekarang pasti benci banget sama aku. Aku tau kalau kamu marah. Aku tau. Tapi satu hal yang aku gak tau. Aku gak tau perasaan aku ke kamu sekarang kayak gimana," kata Jeremiah. Jeremiah sekarang memegang tangan Ria.

"Ingat waktu kita pertama kali bertemu dulu? Di supermarket. Troli kamu nabrak mobil aku, habis itu kamu jadi pembantu aku. Kalau kamu tau, masakan kamu itu enak banget, makanya aku minta kamu supaya tinggal di rumah aku. Waktu pertama kali aku liat mata kamu, aku seakan dihipnotis," kata Jeremiah. Ria hanya tersenyum mendengarnya.

"Semua kenangan indah kita, kenangan sakit kita, dan segalanya. Aku rindu semuanya, Ria," gumam Jeremiah sambil menunduk. "Mana kertas itu?" tanya Ria. Jeremiah langsung mengangkat kepalanya. "Mana?" tanya Ria lagi.

Jeremiah melepaskan genggaman tangannya dan mengambil amplop cokelat itu. Jeremiah membuka amplop itu dan mengeluarkan selembar kertas putih dan bolpoin lalu ia menyerahkannya pada Ria.

Ria mengambil kertas itu dan memandangnya. Belum ada tanda tangan Jeremiah. Belum ada tanda tangan siapa-siapa. Kalau Ria menandatangani surat ini, berarti Jeremiah juga akan menandatanganinya.

Ria berjalan ke pinggir bangunan itu. Ia berjongkok di tempat itu.

Srrreeettt...

Surat itu disobek secara perlahan dan menimbulkan sebuah bunyi yang kencang. "Ria?" Jeremiah memanggil panik. Surat perceraian itu, DI SOBEK?

Ria menulikan telinganya. Keputusannya sudah bulat. Ria terus menyobek surat itu menjadi 16 potong. "You see it?" tanya Ria sambil menunjukkan segenggam kertas yang sudah di sobeknya itu. "Now, it's gone," sambung Ria sambil membuka kepalannya.

Potongan-potongan surat itu perlahan tertiup angin dan terbang mengikutinya. "Tapi ak-," Jeremiah hendak bicara, tapi Ria sudah bicara duluan. "Keputusanku sudah bulat, Jeremiah," kata Ria sambil tersenyum. Air mata sudah mendesak untuk keluar dari ujung mata Jeremiah.

Jeremiah berlari lalu ia memeluk Ria. "I love you, Andria Ranita Nugraha," kata Jeremiah. Air mata bahagia dibiarkannyalah mengalir di pipinya. "I love you too, Jeremiah James Nugraha," jawab Ria sambil membalas pelukan Ria.

"Kok mom sama daddy nangis?" tanya Vina. Ria dan Jeremiah langsung menengok ke arah kedua anak kecil itu lalu pergi memeluknya. "Mom nangis karena mom sama daddy gak jadi pisah, sayang," ucap Ria sambil memeluk Vino dan Vina.

"Jadi sekarang Vino dan Vina punya daddy?" tanya Vina pada Jeremiah. Jeremiah mengangguk. "I love you daddy!" kata Vina lalu mencium pipi Jeremiah. "I love you too, Vina," jawab Jeremiah.

'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''

Yehh.. Pasti abis ini author dimarahin karena gak seru *kabur dari readers*. Ini udah end? jawabannya iya T^T 

buat yang nanya bakal ada epilog atau engga, jawabannya ada. Epilognya udah selesai dari jauh-jauh hari, jadi mungkin nanti malam bakal di update, soalnya author bikin epilognya di komputer yang berbeda. Secepatnya deh XD

makasih semuanya yang udah kasih komen, vote, kritik, saran, dan sebagainya! It means a lot to me! I love you all!

Marrying The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang