Part 7

10.2K 306 7
                                    

"Jere, kita mau kemana sih?" tanya Ria geregetan. Mungkin ini sudah kelima kalinya Ria bertanya. Mata Ria ditutup dengan sapu tangan. "Sabar aja sih sayang. Bentar lagi sampe kok!" kata Jeremiah. Jeremiah mengajak Ria ke suatu tempat, tempat yang sudah di persiapkannya untuk hadiah ulang tahun gadis itu.

"Ah.. Ini udah 1 jam kali," kata Ria sambil merenggut. "Macet, cintaku. Sabar dikit kek!" kata Jeremiah. Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di tempat yang ditentukan. Sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta menjadi pilihannya.

Jeremiah memposisikan Ria tepat ditengah mall. Oke, mall ini sudah disewanya selama beberapa jam, jadi hanya beberapa orang yang dipekerjakan Jeremiah yang boleh masuk. "Hitung sampai lima, baru kau boleh membuka penutup mata itu," bisik Jeremiah persis di telinga Ria lalu mengecup pipinya pelan.

Satu...

Dua...

Tiga...

Empat...

Lima...

Ria membuka penutup matanya. Kosong. Itulah yang pertama kali dilihatnya. Sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta kosong melompong tanpa ada siapapun. Bahkan Jeremiah juga tidak ada. Ria menyadari kalau ia sudah berada di atas panggung.

Menunggu beberapa lama, ia melihat sosok seseorang yang datang menghampirinya. Dengan jarak pandang yang begitu jauh, Ria tidak mengenali siapa orang itu. Kemeja hitam dan celana jeans serta sepatu hitam. Setelah sudah lumayan dekat, Ria menyadari kalau orang itu adalah ayahnya sendiri. "Papa!" panggil Ria.

Robert langsung memeluk anak gadisnya itu. Tidak berapa lama kemudian, seorang pria datang lagi. Kemeja putih, dasi merah, celana bahan, dan sepatu hitam. Gitar sudah berada di tangannya. Ria mengenali postur tubuh pria itu, Jeremiah.

Jeremiah membawa gitar. Pria itu berjalan hingga tiba dihadapan Ria dan Robert. Jeremiah memainkan gitarnya dan mulai bernyanyi.

Sir, I'm a bit nervous
'Bout being here today
Still not real sure what I'm going to say
So bare with me please
If I take up too much of your time,
See in this box is a ring for your oldest
She's my everything and all that I know is
It would be such a relief if I knew that we were on the same side
Very soon I'm hoping that I...

Can marry your daughter
And make her my wife
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
And give her the best of me 'till the day that I die, yeah
I'm gonna marry your princess
And make her my queen
She'll be the most beautiful bride that I've ever seen
I can't wait to smile
When she walks down the isle
On the arm of her father
On the day that I marry your daughter

Robert terharu dengan lagu itu. Permintaan ijin untuk menikahi anak tertuanya, Ria. "Can I marry your daughter, sir?" tanya Jeremiah. "If you can take care of her, then yes," kata Robert sambil menepuk pundak Jeremiah.

Jeremiah beralih ke Ria sekarang. Jeremiah berlutut dihadapan Ria dan mengeluarkan sebuah kotak cincin. "Ria, mungkin ini bukan cincin termahal yang pernah ada. Cincin ini mungkin bukan cincin terindah yang pernah kamu lihat. Tapi, yang harus kamu tau, cintaku ke kamu melampaui cincin ini. Cincin ini hanya sebuah simbol, simbol cintaku. Andria Ranita Tatsono, will you marry me?" tanya Jeremiah.

Ria melirik ayahnya. Robert hanya tersenyum. "Yes," kata Ria. Jeremiah mengambil cincin itu dan memasangkannya di jari manis Ria, lalu memeluk gadis itu. "Thank you, Ria," kata Jeremiah.

***

Ria sekarang disibukkan dengan segala macam pernikahan. Dress yang akan dipakai Ria merupakan dress rancangan Nita, sang designer terkenal.

"Ma," kata Ria. "Jangan takut, sayang. Semuanya bakal baik-baik saja," kata Nita menenangkan anaknya. "Emang mama dulu gak kayak gini?" tanya Ria. "Yah, gak gitu juga sih. Orang yang pernah nikah pasti pernah grogi kayak gini juga," jawab Nita.

"10 minutes more," ingat salah satu kerabat Ria. "Ma!" kali ini Ria sudah benar-benar panik. "It's okay, darling," kata Nita menenangkan. Pintu kamar tiba-tiba diketuk. "Are you ready?" tanya Robert. Ria menarik nafas lalu membuangnya. "Ready," jawab Ria.

Jeremiah dengan tuxedo siver, kemeja putih, dan dasi silver, terlihat sangat elegan. Warna silver sengaja dipilih sebagai warna dasar seluruh dekorasi agar terlihat lebih elegan dan anggun. Ria dengan dress putih dan beberapa aksen silver juga membuatnya tampak cantik.

Dengan kekuatan penuh Ria dan Jeremiah mengucapkan janji manis itu. Pendeta memberi sekotak cincin dan menyuruh Jeremiah untuk memasangkan cincin itu di jari Ria. Ria juga melakukan hal sebaliknya.

"You may kiss your bride," kata pendeta itu. Jeremiah, dengan susah hati menahan napsunya untuk mencium Ria itu, akhirnya bisa juga dilakukan. 'My first kiss, would by my wedding kiss'. Begitulah yang diterapkan Ria. Jeremiah hanya bisa menurut pasrah.

"Yang romantis ya!" teriak Rian. Ria langsung menatap adiknya itu dengan tatapan membunuh. Rian hanya tertawa melihat wajah kakaknya yang sudah memerah. "May I?" tanya Jeremiah. Ria mengangguk lalu ia mencium Jeremiah dengan penuh perasaan.

Tepuk tangan yang meriah menghentikan ciuman mereka itu. Setelah acara selesai, Ria harus di tata ulang untuk resepsi pernikahan. Resepsi kali ini di didominasi dengan warna biru, karena mereka suka warna biru. Dasi Jeremiah sudah diganti dengan warna biru, sedangkan Ria mendapat cardigan biru.

Sudah 2 jam mereka berdiri dan bersalaman ria. "Congrats ya Jeremiah," kata Alexandra. "Thanks, Alex," jawab Jeremiah. "Congrats, Ria," kata Alexandra sambil memeluk Ria. "Feeling gue Jeremiah bakal berubah," bisik Alexandra. Ria hanya bingung dan membiarkan gadis itu pergi karena antrian sudah banyak.

"Photoshoot!" kata MC itu. Keluarga Ria dan Jeremiah sudah berkumpul dan berfoto ria. Ria dan Jeremiah tampak sangat bahagia.

"Are you okay?" tanya Jeremiah saat acara sudah selesai. "I think. I'm tired," jawab Ria. "Kita pulang," ajak Jeremiah. Ria hanya mengangguk dan mengikuti Jeremiah.

Entah sudah berapa lama Ria duduk di depan meja rias untuk membersihkan dirinya. Jepitan-jepitan di rambutnya membuat Ria tambah susah. "Jere, bantuin," pinta Ria. Jeremiah yang habis mandi itu langsung membantu istrinya. Istri? Lucu juga ya?

You know what will happen, right? Skip that part (?)

"Morning, baby," kata Jeremiah sambil mengecup puncak kepala Ria. "Morning," jawab Ria malas. "I'm sleepy," kata Ria. "Me too," jawab Jeremiah. Ria mengencangkan pelukannya dan terlelap lagi di dada Jeremiah. "Kita harus pergi, Ria," kata Jeremiah. "Kemana?" tanya Ria bingung. "Honeymoon ke Bali," balas Jeremiah. Ria langsung melompat.

"Aku mandi duluan!" katanya lalu lari ke kamar mandi. Jeremiah hanya bisa tertawa melihatnya.

***

"Jer," panggil Ria. "Hmm," jawab Jeremiah. "Kebayang gak sih kalau kita punya rumah di Bali, abis itu rumah kita ada kolam renang sendiri dan ada akses ke pantai?" tanya Ria. Mereka sekarang sedang berjemur ria di pantai.

"Kamu mau?" tanya Jeremiah tiba-tiba. "Eh?" Ria langsung menatap suaminya itu. "Kalau kamu mau, gampang," jawab Jeremiah. "Terserah kamu aja sih. Kan kamu kepala keluarganya sekarang," kata Ria. "Ya sudah. Mulai hari ini, kita tinggal di Bali," jawab Jeremiah santai. Ria langsung terduduk. "Beneran?" tanya Ria tidak percaya. Jeremiah mengangguk.

"Ahh. Keren banget Jer!" puji Ria. Mereka sekarang beradai di villa Jeremiah. Semua persis dengan gambaran Ria. Bahkan lebih keren! "Kamu suka?" tanya Jeremiah. Ria langsung mengangguk senang. "Ah! Kamu emang orang paling keren yang pernah aku temuin!" kata Ria sambil memeluk Jeremiah. "Kalo gitu ntar malem kita tidur jam 6 pagi ya??" goda Jeremiah. Wajah Ria langsung memerah dan memukul Jeremiah dengan bantalan sofa.

'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''

Cuman bisa nulis gitu! Tragis banget yah? Maafkan diriku kalau pendek saudara-saudara sekalian! Ide mentok banget ditambah kesibukkan anak kelas 9 dengan buku yang bejibun..

Gak menarik yah disini? Maafkan akuu... *nyanyi* Btw, buat lagu di atas itu judulnya 'Marry Your Daughter' ya! Author gak tau penyanyinya siapa ._.

Thanks for reading. Keep voting, keep reading, keep comment! Love you all!

Marrying The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang