Part 10

8.3K 232 12
                                    

WARNING!!! siap-siap mabok!!XD

'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''

"Kayak biasa," pinta Jeremiah pada bartender itu. Sudah lima hari Ria tidak kembali. Jeremiah masih tidak mengerti. Bukannya lebih tenang apabila ada seseorang disampingnya? Kenapa dia masih memilih untuk menyendiri?

Bartender itu menyodorkan segelas tequila. Jeremiah meminumnya dalam sekali tegak. "One more," pintanya. Bee datang mendekat. Pakaiannya masih sama-sama saja. Sama-sama minim! Tapi entah kenapa Jeremiah tidak tertarik sama sekali, dan Bee menyukai sifatnya itu.

"Ada kabar?" tanya Bee. Selama Ria pergi, Bee selalu menjadi tempat curhat Jeremiah. Tidak ada kebohongan diantara mereka, tapi Bee tidak pernah bertanya lebih. Bee masih tau aturan dan tata krama.

Jeremiah menjawab hanya dengan gelengan kepala. "Aku udah gak kuat, Bee. Semuanya tuh sakit banget. Sakit!" kata Jeremiah sambil menunjuk dadanya sendiri. "Aku tau, Je. Semua orang juga sakit kok," kata Bee menenangkan. Air mata Jeremiah mengalir pelan. Ia tidak pernah se sakit ini. Ia tidak pernah secengeng ini.

"Kamu yang sabar yah," kata Bee sambil tersenyum manis yang membuat Jeremiah ikut tersenyum juga.

***

"Kak, ayo makan," kata Rian sambil menyodorkan sesendok bubur untuk Ria. Ria menutup mulutnya lalu menggeleng. Sejak kepulangannya dari Bali, Ria tidak mau makan. Paling makan hanya satu kali sehari.

"Kak, ntar maag lo kambuh gimana?" tanya Rian yang khawatir akan kakaknya itu. "Gue gak mau makan, Rian," kata Ria berusaha bersabar. "Please, kak. Buat gue, buat Rea, buat mama papa," pinta Rian. Ria tetap menggeleng. "Udah gue bilang, gue gak mau makan. Gue gak laper," jawab Ria.

"Kak, please kak! Lo udah 24 jam gak makan," kata Rian memelas. Wajah Ria memang sudah pucat entah kenapa. "Gue bilang, gue gak mau ma-akh!" kata-katanya terpotong. Ria berteriak sambil memegang perutnya yang kesakitan.

"Kan. Udah gue bilangin, lo malah gak mau nurut," tergur Rian sambil mengambil air untuk Ria. "Gue mau ke toilet," kata Ria. Rian membantu Ria untuk masuk ke dalam toilet. Setelah sekitar 5 menit muntah angin dan air, Ria membuka pintunya.

Tepat saat ia membuka pintu itu, pandangannya menjadi gelap.

Rian yang panik langsung membawa Ria pergi ke rumah sakit. Penyakit maag Ria yang parah itu bisa menyebabkan kematian. Aneh bukan?

*

Ria tersadar dari pingsannya. "Ah. Terima kasih dok," sayup-sayup Ria bisa mendengar perkataan Rian itu. "Saya permisi dulu," kata dokter itu lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Rian memutar badannya untuk mengecek Ria.

"Eh, lo udah bangun," kata Rian sambil tersenyum. Ria membalas senyuman Rian. "Lo udah denger apa aja?" tanya Rian. "Gak ada. Gue cuman denger tuh dokter ijin keluar," balas Ria sambil membenarkan posisinya.

Rian menghela nafasnya lalu menarik kursi untuk duduk di dekat Ria. Rian memandangi perut Ria, lalu mengelusnya. Ria tersontak kaget dengan kelakuan Rian. Langsung dipukulnya tangan pria itu untuk menyingkir dari perutnya.

"Apa-apaan sih lo! Gak ngomong apa-apa maen megang-megang perut orang. Gue tau perut gue langsing, tapi gak usah digituin juga!" bentak Ria. Rian hanya tertawa mendengarnya. "Sekarang lo boleh langsing kak. Tapi sembilan bulan kedepan? Jangan harap!" kata Rian sambil tertawa.

Ria menatap Rian bingung. Kenapa harus sembilan bulan lagi? "Maksud lo?" tanya Ria bingung. Rian menghentikan tawanya. "Tadi dokter Rudi bilang, lo cuman maag biasa, dan lo kecapekan," kata Rian. Ria ber'o' ria. "Terus apa hubungannya sama langsing ato engga?" tanya Ria bingung.

Marrying The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang