Kali pertama Ria menginjakkan kakinya di negara ini. Tepatnya kota ini. Tempat dimana para perempuan ingin pasangannya membawa mereka ke kota ini. Pusat dimana para designer terkenal berkumpul. Kota yang disebut dengan kota cahaya. Serta sebuah bangunan terkenal dan sangat indah yang disebut menara eiffel.
Apalagi kalau bukan Paris?
Ria memandang kota ini dengan penuh ketakjuban. Jalanannya yang terkesan tua tapi tetap indah, orang-orang fashionable, wajah-wajah ramah, semua terkesan sempurna. Ria sudah mendaftar kerja di sebuah perusahaan fashion di Paris. Ria diterima sebagai asisten manager.
"Permisi, maam. Bisa saya bertemu dengan Mrs. Parrie?" tanya Ria dengan bahasa perancis. "Oh, tentu. Mari ikut saya," kata orang itu lalu menuntun Ria. Ria yang tidak tahu apa-apa hanya mengekor dan melihat tempat kerjanya.
Semua ruangan di tempat kerja itu dibatasi oleh kaca, jadi semua orang bisa melihat apa yang orang lain lakukan. Tidak ada rahasia. Ria memandangi para designer yang sedang bekerja itu, berharap dirinya bisa seperti itu juga.
"Silakan," kata wanita itu. "Thank you..." Ria berusaha mengingat namanya. "Friska," kata orang yang bernama Friska itu. "Yes. Thank you, Friska," kata Ria lalu memasuki ruangan itu. Mrs. Parrie sedang duduk tenang di kursi tempatnya bekerja.
"Kau pasti Andria, bukan?" tanya Mrs. Parrie. "Iya, ma'am," jawab Ria. "Tell me about your life," kata Mrs. Parrie.
"Saya Andria Ranita Tatsono, anak dari Ayunita Tatsono. Saya hidup dengan dua saudara saya, Adrian dan Andrea. Umur saya 25 tahun, menuju 26 tahun sebentar lagi. Saya juga sudah mempunyai suami, tapi saya tidak akan bisa bertemu dengannya lagi," kata Ria.
"Why?" tanya Mrs. Parrie penasaran. "Suami saya berselingkuh di belakang saya. Saat anak angkat saya kecelakaan, saya tidak terima, jadi saya memutuskan untuk kembali ke tempat asal saya. Setelah beberapa hari, saya kembali ke Bali dan mendapati suami saya sedang bersama wanita lain. Makanya saya ke sini," jelas Ria. Air mata yang ditahannya perlahan mengalir.
"Jangan menangis. Apa kau mempunyai anak?" tanya Mrs. Parrie. Ria tersenyum sambil memegang perutnya. "Masih di dalam perut, Mrs. Parrie. Sembilan bulan lagi akan melahirkan," kata Ria sambil tersenyum. "Congratulation for you! Jadi, apa mimpi anda sebelum masuk ke sini?" tanya Mrs. Parrie.
"Mimpi saya ingin menjadi pelukis sekaligus designer terkenal seperti mama saya," kata Ria pasti. "Well, kalau kau mau, kau bisa mendapat training untuk menjadi designer," kata Mrs. Parrie. Mulut Ria seakan ternganga. "Really? I would love to!" kata Ria senang.
"Temui Gerald di depan, sebelah kiri. Terima kasih, Andria. Anda diterima sebagai asisten saya," kata Mrs. Parrie. Ria berdiri lalu menyalami Mrs. Parrie. "Thank you," katanya lalu keluar dari ruangan itu.
Ria mencari pria yang bernama Gerald itu. "Gerald, right?" tanya Ria. Pria itu mengangguk. Pria berperawakan tinggi mungkin 172cm, badan sempurna, tubuh kekar, wajah tampan, rahang kuat, lesung pipi, rambut sedikit mohawk seperti Zayn Malik, oh! Semua gadis pasti akan terpikat padanya.
"Aku Andria. Panggil saja Ria," kata Ria dengan bahasa ingrris pastinya. "Oh, tenang saja. Aku orang Indonesia. Bicaralah dengan bahasa Indonesia," kata Gerald.
"Orang Indonesia juga? Orang mana?" tanya Ria sambil duduk di hadapan Gerald. "Jakarta. Kamu?" tanya Gerald balik. "Sama atuh," jawab Ria. "Mau mulai pelajarannya sekarang?" tanya Gerald. Ria mengangguk.
Pelajaran itu dimulai. Dari pengenalan pada jenis-jenis kain yang sering digunakan oleh merek itu, hingga warna-warna andalan. Ria mempelajarinya dengan cepat.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. "Lunch?" tanya Gerald. Ria mengangguk lalu mengikuti Gerald yang berjalan menuju restoran perancis di depan gedung itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying The Beast
RomanceCopyright © 2013 by daviabelinda Hak Cipta Terlindungi © 2013 oleh daviabelinda _____________________________________________ (Sekuel Married by Accident) "Lo punya satu tahun, Je. Satu tahun, atau lo bakal begini terus selamanya." Terjebak di ruma...