6 tahun kemudian...
"Vina! Vino! Ayo sarapan! Udah telat nih!" teriak Ria dari dapur. "Yes, mom!" Jawab mereka berdua. Hidup di Paris sebagain single parent itu cukup sulit. Apalagi dengan dua anak kembar. Semuanya begitu sulit, hingga Gerald datang menolongnya.
Pria itu seakan sebagai sosok ayah bagi Zhes. Semenjak Zhes dilahirkan, Gerald selalu berada di samping Ria. Gerald terus mendukung Ria untuk kuat sebagai single parent. Dari kerja keras itulah Ria bisa seperti sekarang ini.Ting tong!
Bel rumah Ria berbunyi. Ria yang tadinya sedang menyiapkan pancake itu, langsng membuka pintunya. "Good morning!" sapa Gerald. Well, setiap hari Gerald akan mengantar Zhes ke sekolah, setelah itu pergi ke kantor bersama Ria.
"Good morning, Ge!" sapa Ria sambil mencium pipi Gerald kilat, kebiasaan orang Paris.. "Papa!" teriak Vino dan Vina saat mereka turun dari tangga. Gerald langsung memeluk Zhes dengan erat. "Ayo, kita udah telat," ajak Gerald. "Ayo Ria," sambungnya.
Ria berlari kedalam rumah, mengambil tas kerjanya, lalu mengunci pintu. "Let's go!" katanya sambil tersenyum bahagia.
***
Ria memasuki kantornya. Yap! Tidak ada pekerjaan serius hari ini. Sudah 6 tahun Ria tidak berganti jabatan. Entah kenapa, harapan yang dulu pernah ada dipikirannya seakan sirnah begitu saja. Hopeless, maybe.
Ria menyalakan skypenya. Setelah mengetik username dan password, Ria melihat daftar orang yang sedang online.
Adrian0Rian - online
Tanpa basa-basi, Ria langsung memencet nomor itu dan menekan video call. Setelah menunggu, pada deringan ke lima telepon Ria diangkat. Munculah wajah Rian, adiknya itu.
"Demi apapun juga, gue bosen banget," lapor Ria. 6 tahun belakangan ini, Ria tidak pernah pulang ke rumah. Sekalipun tidak. Terlalu banyak kenangan di tempat itu. Alhasil, Ria dan keluarganya hanya berhubungan lewat skype saja. Tapi semua hubungan itu di sembunyikan dari Jeremiah, sesuai permintaan Ria.
Rian terdiam. Rian menundukkan kepalanya. "Sorry banget, kak. Gue udah salah banget sama lo," kata Rian. "Lo kenapa? Tumben lo minta maaf," kata Ria bingung. "Gue udah ngelakuin yang mungkin bikin lo marah, kak. Sorry banget yah," kata Rian masih dengan kepala tertunduk.
"Rian, jangan bilang lo hamilin anak orang," kata Ria dengan tatapan curiga. "Gue gak segila itu buat ngehamilin anak orang, kak Ri," kata Rian. "Terus apa?" tanya Ria. Rian perlahan menitikkan air mata.
"Rian, cepetan bilang! Lo udah 24 tahun! Cowok gak boleh nangis, woy!" kata Ria. Rian kali ini melihat ke arah kamera. "Gue udah ngelamar Maria, kak. Dan kita udah tunangan," kata Rian sambil tersenyum.
"Rian, demi apapun juga. Kalo lo mau ngerjain gue, ini bener-bener gak lucu banget, Ri," kata Ria. "Sumpah! Gue udah tunangan!" jawab Rian. "Mana buktinya? Mana?" tanya Ria. "Lo cari noh di FB gue! Baru gue upload tuh foto disono," kata Rian.
"Males, pake banget. Mana bukti lainnya?" tanya Ria penasaran. Rian terlihat bingung. "Bukti apa lagi?" tanya Rian. "Rian! Lo ini otaknya belom di refresh ato apa sih! Lemot banget mikirnya! Ya cincin tunangan lo lah!" teriak Ria frustasi.
Rian terlihat tersadar, lalu nyengir lebar, selebar dunia *lebay ah*. Rian menunjukkan tangan kirinya. Cincin simple sudah bertengger di jari manisnya. Ria langsung menutup mulutnya yang ternganga lebar.
"Ya ampun! Adik gue yang gak laku-laku ternyata laku juga! Itu Maria salah liat ato apa yah? Tapi gak apa-apa deh! Daripada ade gue gak laku!" jerit Ria. Rian cemberut di ujung sana. "Jahat banget sih lo kak! Gue gak trima diginiin," kata Rian.
Ria tertawa. "Gue kasih kado pernikahan apa yah?" tanya Ria. "Gimana kalo dress rancangan lo?" tanya Rian penuh semangat. "Maria ngefans banget sama lo! Dia mau lo yang rancangin dress pernikahannya," sambung Rian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying The Beast
RomantikCopyright © 2013 by daviabelinda Hak Cipta Terlindungi © 2013 oleh daviabelinda _____________________________________________ (Sekuel Married by Accident) "Lo punya satu tahun, Je. Satu tahun, atau lo bakal begini terus selamanya." Terjebak di ruma...