Prolog

2.4K 122 2
                                    

Prank

"Mau sampai kapan kamu seperti ini?!" Suara wanita itu sangat nyaring hingga menusuk telinga.

"Bukan urusanmu" kini suaranya berbeda , tenang dan berat.

"Aku sudah tidak tahan, Aku minta cerai!"

"Iya kita cerai!"

Kini tangisnya mulai pecah , lengkap sudah. Tangannya ingin sekali menusap air mata yang turun terus menerus , namun tidak bisa karena kedua tangannya masih menempel erat pada kedua telinga adiknya yang sedari tadi terus menangis. Dia bahkan belum mengerti apa-apa , tapi melihat dua orang dewasa yang saling bertengkar itu membuat adiknya menangis.

Dia tidak mengerti kenapa orang tua mereka bertindak seperti itu , dirinya sendiri pun belum cukup dewasa untuk hidup tanpa keluarga yang lengkap.

"Noona" panggil lirih adiknya.

Ia melihat wajah adiknya yang begitu amat menyedihkan , matanya sudah cukup lelah untuk menangis karena kedua orang dewasa itu yang tiada usainya bertengkar.

"Ne?" Jawabnya.

"Hentikan eomma dan appa" pinta adiknya.

Benar.

Aku harus mengehentikan mereka , mengingatkan mereka bahwa mereka masih punya dua orang anak yang masih butuh perlindungan. Benaknya.

Kemudian ia bangkit dan memisahkan kedua orang dewasa itu.

"Appa , eomma , cukup!" teriaknya.

"Diam kamu! Masuk kembali ke kamarmu!" suara nyaring wanita itu meneriakinya.

Kapan aku bisa keluar dari mimpi buruk ini?. Pikirnya dalam hati.

***

Hari ini adalah hari yang gadis ini ingin lewatkan dengan cepat. Orang tua nya akan bercerai dan ia akan tinggal bersama Appa-nya dengan Junho sang adik yang masih butuh kasih sayang ibu.

Kenapa eomma-nya tidak mengiginkan kami tinggal bersama dengannya?. Pertanyaan itu selalu terputar diotak gadis bernama Shin Nara itu.

"Jadi kamu sama junho ikut appa" kata lelaki tua yang Nara taklain adalah appa-nya sediri.

"Lalu eomma?" tanya Nara.

Ia melihat eomma-nya yang sudah pergi melewati pintu ruangan peradilan ini. Eomma-nya bahkan tidak mengucapkan salam apapun kepada Nara dan Junho.

Nara melihat Junho yang tengah duduk disalah satu kursi pengunjung atau saksi persindangan, dengan kepala yang menunduk.

"Baiklah appa" kata Nara sebelum ia menghampiri Junho untuk memberinya semangat. Dia masih terlalu muda untuk menerima hal menyedihkan seperti ini.

"Tenanglah , masih ada Noona disini" Nara menepuk pelan pundak adik kecilnya.

Perbedaan usia Nara dan Junho hanyalah 5 tahun. Kini Junho masih menduduki bangku sekolah dasar sedangkan Nara sebentar lagi akan melanjutkan studinya ke jenjang berikutnya , senior high school.

Kata orang SMA adalah hal yang paling indah. Nara selalu menunggu hal indah itu datang dalam kehidupannya. Sudah lama ia merasa dunia ini begitu gelap di matanya , begitu perih di hatinya.

"Noona" panggil Junho setelah lama ia menutup rapat bibirnya.

"Uhm?" sahut Nara sambil tersenyum kepada Junho , seakan semua ini baik-baik saja.

"Jangan pernah tinggalkan Junho" pinta Junho.

Nara melebarkan senyumannya kepada adiknya. Tentu saja ia tidak akan pernah meninggalkan orang yang ia sayang. Nara menyodorkan jari kelingkin kepada Junho.

"Tidak akan pernah, kau juga ya?" kata Nara.

Junho menautkan kelingkingnya dengan bahagia. Noona-nya memanglah perempuan terbaik dalam hidupnya.

Nara menarik tangan Junho dan bangkit dari kursi ini. Ia ingin cepat-cepat pergi dari tempat menyeramkan ini.

"Ayuk kita pulang" kata Nara. Junho mengangguk dan mengikuti Nara serta Appa-nya dari belakang.

Akankah kesedihan ini akan berakhir hari ini?

Aku berharap sekali hari esok adalah lembaran baru yang menutup hitamnya lembaran lama.

Sing For You [CHANYEOL EXO FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang