Part 9 - Go out

906 71 0
                                    

Nara berdiam diri di tepi tempat tidurnya. Pikirannya berputar terus menerus. Ia hanya tidak mengerti bagaimana cara mengakhiri semua ini dan hidup dengan normal seperti sebelumnya.

Lima ratus juta won.

Sebuah angka yang sedang memutari dan memenuhi otak Nara. Bagaimana caranya ia akan melunasi hutang ayahnya yang begitu banyak. Jika dikumpulkan bertahun-tahun gaji yang ia peroleh pun tidak akan mampu melunasinya. Belum lagi ia harus membayar kuliahnya karena tidak sepenuhnya ia mendapatkan beasiswa. Lalu bagaimana dengan kelangsungan hidup Junho? Bagaimana dengan masa depannya?.

Kapan? Kapan ini semua akan berakhir?.

Air matanya tak kunjung berhenti begitu juga isakannya, meski tidak terlalu bersuara. Dari luar Junho dapat mendengarnya. Ia langsung memasuki kamar sang kakak dan melihat kakaknya yang kini terlihat begitu menyedihkan. Dalam hati ia mengutuk dirinya sendiri karena membiarkan kakaknya menangis seperti ini.

"Noona" panggi Junho pelan. Ia berjalan mendekati Nara dan duduk tepat disampingnya.

Melihat kehadiran Junho, Nara segera menghapus air matanya kemudian tersenyum kepadanya.

"Mwo? Apa yang membuatmu kemari?" tanya Nara dengan penuh kasih sayang. Sebenarnya Junho sudah tidak lagi sanggup melihat dan membiarkan kakaknya selalu menangis setiap malam kemudian berpura-pura terlihat baik-baik saja.

"Uljima" kata Junho.

"Ne" jawab Nara sambil mengelus puncak kepala Junho.

Junho terdiam dan menunduk. Ada sesuatu yang ingin ia sampaikan tapi terlalu berat untuk diutarakan.

"Noona" panggil Junho lagi.

Nara menatapnya menandakan bahwa ia mempersilahkan Junho berbicara kepadanya.

"Junho bukan lagi anak kecil yang tidak mengerti apa-apa" kata Junho memulai percakapan.

Senyum Nara memudar saat mendengarnya.

"Apapun yang kau rasakan akan selalu kurasakan. Jangan berpikir kalau Junho tidak penah tau apa yang noona rasakan." lanjut Junho. Kini kedua tangannya memegang bahu sang kakak. Junho mengangkat kepalanya dan menatap lekat mata kakaknya. Mereka sama-sama menjatuhkan air mata mereka.

"Noona, berikan aku beban yang ada dipundak mu. Biarkan aku juga membawanya. Kemudian kita hapus beban ini bersama-sama. Jangan menangis sendiri. Jangan marah sendiri. Jangan lakukan semuanya sendiri." ungkap Junho. Air mata Nara tidak lagi sanggup ia tahan. Semuanya jatuh sudah. Ia menarik Junho kedalam pelukannya. Mereka berdua menangis bersama.

"Gomawo" ucap Nara.

•••

Nara melewati ruang musik yang kini sedang dipenuhi oleh alunan berbagai jenis alat musik. Nara menghirup napasnya berat lalu melewati ruangan itu dengan langkah yang berat karena sejujurnya dia ingin sekali menyatukan simponi yang ia mainkan.

"Nara-ssi" panggil Chanyeol Tiba-tiba.

"Ne?" jawab Nara.

"Masuk lah" ajak Chanyeol. Sebelum Nara menjawab Chanyeol sudah menarik tangannya masuk kedalam ruang musik yang ramai dengan anggota klub musik.

"Teman-teman kita memiliki pianis baru" kata Chanyeol sontak membuat mata Nara membulat.

"Apa-apaan dia? Aku tidak pernah menyetujuinya" batin Nara. Nara menatap tajam Chanyeol yang sedang menunjukan cengiran tidak berdosanya. Mau tidak mau Nara harus bergabung ke dalam klub musik ini karena sudah terlanjur.

Sing For You [CHANYEOL EXO FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang