PART 18 - AKU PERGI

776 56 0
                                    

⚠️ belum dikoreksi. Typo atau kata tidak efektif bertebaran.

Hope you enjoy it!
~~~

Setelah berminggu-minggu memikirkan apa yang akan Nara lakukan selanjutnya. Nara memutuskan untuk pergi meninggalkan tanah kelahirannya dan melanjutkan studi di negara dengan julukan Paman Sam, Amerika.

Nara mendapatkan izin, bahkan restu dari kedua orang tuanya. Ia sudah tidak peduli lagi dengan Ayah tirinya, dan Nara melepas perjanjian demi kebahagian orang yang ia cintai. Meski ia akan sangat sulit bertemu dengan ibunya, namun hal ini juga menjadi pilihan Ibunya.

Kini Nara tengah mengemas segala keperluannya karena tanpa menunggu lama, besok ia sudah harus berangkat ke Amerika.

Semoga ini menjadi keputusan yang terbaik.

Ia hanya menunggu waktu berjalan hingga besok pagi menyambutnya dan memberi salam perpisahan. Nara membaringkan tubuhnya diatas kasur miliknya lalu teringat dengan adik laki-lakinya, Junho. Ia pun bangkit dan bergegas menuju kamar Junho.

"Junho-yaa" panggil Nara seraya memutar kenop pintu kamarnya dan masuk dengan perlahan. Ia melihat Junho yang tidak biasanya hanya berbaring seperti itu. Tanpa video game malam ini.

"Junho?" Panggil Nara lagi karena meraskan keanehan pada adiknya ini.

"Hmm?" Sahut Junho tanpa membalikan badannya dan melihat Nara. Nara berjalan mendekatinya dan berbaring di samping Junho.

"Kamu takut kehilangan aku ya?" Tanya Nara kepada Junho dengan rasa percaya diri yang tinggi.

"Hmm" jawab singkat Junho yang sukses membuat Nara terkejut. Tidak biasanya Junho menjawab pertanyaannya dengan begitu jujur seperti ini. Junho selalu mengelak dan memiliki gengsi yang tinggi.

"Gwenchanna, aku tidak akan meninggalkan dunia hahaha, hanya meninggalkan Seoul" ujar Nara dengan sedikit terkekeh. Nara berbaring dan menarik pundak Junho agar lebih dekat dengan dirinya kemudian berbisik tepat ditelinga Junho.

"Tidak biasanya kau jujur sekali seperti ini" ledek Nara kepada Junho. Namun ia hanya diam saja dan kembali memunggungi Nara.

Keheningan memenuhi seisi ruang kamar Junho dan suara jarum jam berdetak pun mampu memecahkan keheningan. Nara tahu benar apa yang sedang dipikirkan adiknya.

"Maafkan aku" dua kata itu berhasil terlepas dari lidah Nara yang semakin kelu. Junho hanya diam saja dan tidak menanggapinya. Junho sudah besar, ia tidak mungkin menangis meski rasanya ia ingin.

"Kau tahu, aku juga kehilangan apapun yang aku miliki" ujar Nara berusaha mencoba membentuk senyuman yang sangat kaku untuk dibentuk.

"Aku kehilangan ibu, kehilangan Jaerim, kemudian kehilangan........." ia terhenti saat ingin menyebut sebuah nama. Rasanya seperti tersangkut di tenggorokan. "Chanyeol"

"Kita sama-sama kehilangan, tapi aku ingin pergi Junho........." ujar Nara mulai melirih, senyum yang tadi ia usahakan kini pudar sudah. "Aku ingin melupakan semua yang terus menyakitiku"

Junho tetap bergeming, ia mengeratkan pelukannya dengan guling yang sejak tadi ia peluk. Nara pun ikut kembali bergeming dengan segelintir air mata yang mulai mengalir membasahi matanya.

"Noona" panggil Junho yang terdengar tersekat. Apakah Junho menangis?. "Jika ini keinginanmu, aku akan berusaha untuk hidup dengan baik" Junho melanjutkan kata-katanya dengan bergetar.

Nara menatap punggung lebarnya dengan sendu. Atmosfir di ruangan ini kini berubah menggelap dan menikam. Punggung Junho bergetar. Junho menangis. Dia sudah besar dan ini kali pertama aku melihatnya menangis lagi setelah bertahun-tahun. Setelah sidang final perceraian kedua orang tuanya.

Kini Nara merasa sangat bodoh. Ia terlalu egois mementingkan masalahnya sendiri dan melupakan janjinya untu terus bersama Junho. Kita sama-sama mengalami hal-hal terberat dalam hidup.

"Hey Junho, apakah kamu punya kekasih?" Tanya Nara berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Nara bangkit dari tempat tidur dan meraih ponsel Junho yang terletak di nakas sebelah tempat tidurnya.

"Ah mari kita lihat. Dimana kamu biasa menggunakan chatmu?" Tanya Nara seraya jari-jarinya meluncur di layar sentuh ponsel milik Junho.

"Ah! Siapa nih? Yoojungie? Hmm" ujarnya lagi kemudian menyentuh chat Junho dengan gadis bernama Yoojung itu. Nara membacanya seksama lalu tersenyum-senyum sendiri.

"NOONAAA!!!" Junho yang dengan sigap bangkit kemudian merebut ponsel miliknya dari tangan Nara. Bahkan ia pun tidak mengelap air matanya. Nara tertawa geli melihat mata Junho yang masih basah ditambah wajahnya yang menekuk sebal.

"Hahahahaha, ketampananmu kini pudar sudah" ujar Nara kemudian mengeluarkan ponselnya dan mengabadikan wajah Junho yang super duper jelek itu.

Cekrek.

"Noona? Apa kamu barusan mengambil gambarku?" Tanya Junho dengan nada menikam. Tapi hal itu tidak membuat Nara takut dan malah semakin tertawa geli.

Nara dengan cepat memasukan kembali ponselnya kedalam saku celananya dan pergi meninggalkan kamar adiknya secepat mungkin.

"YAK! NOONAA!!!!!!" Teriak kesal Junho yang menggema keseluruh ruangan. Derap kakinya terasa kalau Junho kini tengah mengejar Nara. Dan Nara dengan tubuh rampingnya berhasil dengan cepat masuk kedalam kamarnya kemudian mengunci pintunya.

DUG DUG DUG!!

"NOONA! CEPAT BERIKAN PONSELMU KEPADAKU!" Teriak Junho dengan mengetuk-ketuk dengan kencang pintu kamar Nara. Nara tidak henti-hentinya tertawa geli.

"TIDAK MAU!" Sahut Nara dari dalam kamarnya. "Wajahmu yang seperti ini harus diabadikan!" Tambahnya.

Junho mengacak-acak kasar rambutnya. "Aarrggghhh!! Baiklah, kamu boleh menyimpannya, tapi kumohon, jangan disebar" ujar Junho dari luar sana.

"Ah baru saja aku ingin meng-uploadnya ke social media. Baiklah, untuk saat ini tidak" jawab Nara.

"Untuk saat yang nanti juga!!" Ujar Junho dengan frustasi.

"Kalau itu aku pikir-pikir dulu" Tanggap Nara.

"Aaarrgghhh" geram Junho yang semakin membuat Nara tertawa geli. "Terserah dirimu saja!" Ujarnya frustasi.

Nara membuka pintu kamarnya dan menghampiri Junho yang tengah berjalan dengan punggung yang melemas. Ia berlari kecil lalu merangkul tubuh jangkung adiknya itu.

"Hey Junho, ayo kita pergi keluar, aku ingin makan tteobbokki bersamamu" ujar Nara lalu menyengir lebar disamping wajah Junho. "Mau tidak mau....."

"Kamu harus mau, baiklah" Lanjut Junho seakan kalimat itu sudah sangat sering ia terima. Bukan seakan, memang benar.

"Hehehehe" kekeh Nara.

Sudah lama Nara tidak seperti ini dengan Junho. Kesibukannya telah membuatnya lupa akan kebahagiaan bersama sang adik. Ia terlalu memusingkan masalahnya padahal di sampingnya ada kebahagiaan sederhana. Yaitu menghabiskan waktu bersama adiknya.

Nara menatap Junho dengan senyum mirisnya. 'Maafkan aku Junho, aku harus pergi' benaknya.

•••

Alastarka.

Sing For You [CHANYEOL EXO FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang