PART I - First Met

1.6K 135 1
                                    

"Kau masih ingin seperti itu?" Tanya Nara kepada Junho.

Sejak bangun tidur Junho tidak beranjak sedikitpun dari tempat tidurnya. Ia terus memaikan permainan yang ada di ponselnya itu. Terlebih lagi ia tidak memakai baju sehingga dadanya terkespos dihadapan Nara.

"Kenapa?" tanya Junho malas.

"Kau belum mandi Junho, ini sudah jam 11 pagi, sejak bangun tidur kerjaanmu hanya memainkan hp mu saja" tegas Nara.

Nara memasuki kamar adiknya , merebut ponsel milik Junho. Ia memasukannya kedalam saku celananya. Junho yang merasa terganggu akhirnya melepaskan tubuhnya dari tempat tidurnya.

"Noona!" teriak Junho.

"Wae?!" jawab Nara tidak mau kalah.

Junho bersikap nekat terhadap Nara. Ia mulai merampas ponselnya secara kasar. Tangannya terus meraih saku celana Nara yang berisi ponselnya. Namun , Nara tidak diam saja , ia tidak akan membiarkan adiknya memainkan benda itu lagi. Junho sangat pemalas.

"Junho ! Dengar noona !" kata Nara.

Junho berhenti dan melihat wajah Nara yang marah terhadapnya.

"Mandi , nanti aku kembalikan hp mu" kata Nara , kemudian ia langsung keluar dari kamar Junho.

Junho pemalas , kapan ia akan dewasa?. Gerutu Nara dalam hati. Nara kembali ke kamarnya untuk menyelesaikan tugas kuliahnya. Setelah Junho selesai menggunakan kamar mandi, ia akan mandi dan pergi berkerja.

Setelah lulus sma , Nara memfokuskan diri untuk masuk ke universitas yang ia inginkan. Uangnya ia dapatkan dari hasil kerja paruh waktunya sejak sma. Ia tidak tahu bagaimana nasibnya jika dia tidak berkerja paruh waktu. Dan bukan hanya itu , Nara juga berusaha sekuat tenaga meraih beasiswa walaupun tidak sepenuhnya. Seenggaknya bebannya sedikit meringan.

"Noona ! Kembalikan hp ku" tidak lama dari itu Junho memasuki kamar Nara dengan handuk yang melingkar di pinggulnya , menutupi sebagian bawah tubuhnya.

"Yak! Junho! Tidak bisakah kau memakai bajumu dulu?!" omel Nara kepadanya.

Junho yang melihat ponselnya terdiam bebas diatas meja rias kakaknya , segera mengambilnya dan meninggalkan kakaknya yang masih terus memarahinnya.

"Junho!" teriak Nara. "Ish , anak nakal!"

Setelah meredamkan emosinya ia lanjut menyelesaikan tugasnya yang begitu banyak. Kemudian setelah selesai , Nara beranjak dari tempat tidurnya lalu membereskan perkerjaannya dan bersiap-siap untuk pergi kuliah.

***

Kampusnya sudah ramai orang datang dan pergi. Ia terus melangkahkan kakinya di jalan setapak yang akan membawanya ke tempat ia menimba ilmu.

Sesampainya Nara langsung keruang dosen untuk memberikan tugasnya , yang sebenarnya deadline-nya minggu depan. Tapi mengingat Nara yang sibuk , jadi ia harus mengerjakannya dengan cepat.

"Permisi prof?" ucap Nara.

"Masuk" suara itu membebaskan Nara melangkah keruangan sakral dosennya.

Ia melihat dosennya sedang meneliti sebuah buku yang sangat tebal. Dosennya ini memang pencinta buku , dan dia banyak hafal isi setiap buku, mungkin hampir setiap buku dia hafal. Jadi jangan main-main jika kita salah tafsir buku.

"Ini prof , saya ingin memberikan tugas yang minggu kemarin professor kasih" kata Nara sambil menyodorkan jilidan kertas yang begitu banyak.

Ia menurunkan kaca matanya dan melihat Nara sambil tersenyum. "Bagus , terus seperti ini Nara"

"Terima kasih prof, kalau begitu saya permisi"

Nara akhirnya keluar dari ruangan itu. Ia tidak pernah ingin berlama-lama di dalam ruangan itu , meski ia tidak pernah memiliki masalah dengan dosennya , tapi tetap saja, siapa mahasiswa yang ingin lama-lama berada di ruangan sakral itu?.

Nara melanjutkan perjalanannya dan pergi keruang perpustakaan untuk mencari buku yang akan ia pelajari , sebelum jam kuliahnya dimulai.

Sebelum sampai di perpustakaan ada sesuatu yang selalu menarik perhatian Nara.

Ruang musik.

Meski ia sudah tahu lama ruang itu , ia tidak pernah berani memasukinnya , karena keadaannya selalu ramai dan Nara bukanlah salah satu anggota club music.

Namun saat ini ruangan itu terlihat sepi , hingga akhirnya ia memberanikan diri memasuki ruangan itu dan melihat sesuatu alat musik yang selama ini ia rindukan.

Piano.

Ia menghampiri dan mengelilingi piano besar itu. Menekan tuts nya yang malah semakin menarik dirinya untuk menarikan jari-jarinya di atas hitam putih tuts piano.

Kini ia duduk diatas kursi dan mulai memainkan pianonya. Lantunan yang dihasilkan sangat menenangkan hatinya dan juga pikiran Nara yang begitu penuh , sudah lama ia tidak memainkan piano , karena piano yang ia punya sudah ia jual untuk keperluan hidupnya.

Nara tidak menyadari kalau ada orang lain tengah memperhatikannya yang sedang asik menikmati permainan pianonya.

"Permainan yang bagus" suara yang membuat kedua bola mata Nara melebar setelah ia menyudahi permainannya.

"Maaf atas kelancanganku" Nara tahu siapa orang yang sedang ia hadapinya ini, ia langsung bangkit dari kursi tersebut.

Dia Park Chanyeol , ketua club music di kampus ini.

"Tunggu dulu , mau kemana?"

"Kenapa memangnya?" Nara menghentikan langkahnya dan menatapnya.

"Melihat mu memainkan itu.." kata Chanyeol yang berjeda sambil menunjuk kearah piano yang tadi ku mainkan. "Bagaimana kalau kamu gabung bersama kami? Tidak ada di antara kami yang bisa memainkan benda itu"

Tawaran yang bagus , Nara tertarik. Namun setelah dipikir lagi , ia tidak memiliki waktu untuk mengikuti club music ini. Karena sepulang ia kuliah , ia harus pergi ke cafe tempat ia berkerja.

"Maaf aku tidak bisa , terima kasih atas tawarannya" kemudian Nara pergi dari ruangan itu dan membiarkan Chanyeol berdiri sendiri di ruangan itu.

Chanyeol melihat punggung Nara yang dengan cepat keluar dari ruang musik ini, seolah-olah ia mengucap dalam hati, bahwa Chanyeol tidak akan melepaskan Nara begitu saja , Nara lah satu-satunya harapan untuk menjadi pianist klub musiknya. Ia akan terus membujuknya sampai Nara mau.

•••

Aku butuh semangat :(

- alastarka -

Sing For You [CHANYEOL EXO FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang