PART 4 - Apa mau mu? (2)

1K 79 0
                                    

Nara tidak bisa berpikir jernih saat ini. Baru saja ada seorang rentenir datang menagih hutang ayahnya.

Nara melihat rekening miliknya yang semakin menipis. Ia tidak mungkin membayarkan semua uangnya , kalau begitu bagaimana hidupnya besok , hidup Junho dan Appa-nya. Junho masih membutuhkan uang banyak untuk sekolahnya. Nara tidak menginginkan adiknya itu tidak memiliki pendidikan dan berhenti begitu saja hanya karena uang.

"Aaarrgghhh , aku bisa gila kalau begini" teriak Nara meski tidak benar-benar teriak.

Rasanya Nara ingin menangis tapi setelah dipikir lagi semua itu percuma , air matanya tidak akan mendatangkan uang.

Ia mengambil tas selempangnya dan mencoba menghibur dirinya , hari ini hari Minggu dan tidak ada perkerjaan untuknya hari ini. Nara pergi kembali ke ruang musik itu. Ternyata tidak terkunci sehingga Nara bisa masuk dengan bebas.

Ia ingin menyatu dengan setiap nada yang terdengar indah dari alat musik itu.

"Kau kembali lagi, kau tertarik kan?" Suara itu tiba-tiba menghentikan permainan piano Nara. Lagi-lagi namja itu.

"Iya, aku merasa tenang ketika memainkannya" jawab Nara. Nara tidak bisa berbohong kalau dia sangat membutuhkan alat musik itu.

"Bergabunglah"

"Aku tidak bisa" jawabnya parau.

Chanyeol mengerti kenapa Nara tidak bisa. Mengikutinya beberapa hari ini membuat dia mengerti akan apa yang sedang Nara rasakan.Terkadang Chanyeol melihat ada dua sisi yang berbeda dengan Nara. Nara selalu menampakan keceriaanya kepada semua orang , bahkan bisa jadi semua orang menganggap kalau Nara tidak memiliki beban hidup yang berat. padahal dia sangat hancur dan semakin hari Chanyeol merasa ingin mengetahuinya lebih dalam.

Chanyeol duduk di salah satu kursi dan menatap Nara yang sejak tadi menunduk.

"Lanjutkan" kata Chanyeol.

Mendengarnya, Nara langsung memainkan lagi piano itu. Ia memainkan salah satu instrumen dari seorang pianis terkenal, yiruma-kiss the rain. Nara semakin membaik ketika memainkannya. Ia tidak ingin lagu ini berhenti karena setelahnya pikiran itu akan kembali memenuhi otaknya.

"Kau sedang ada masalah?" Tanya Chanyeol ketika permainannya selesai.

"Tidak , semuanya baik-baik saja"

"I know you aren't"

Nara menghembuskan nafas kasar. "Jangan pedulikan aku"

"Tapi aku mau , gimana?"

Nara terdiam.

"Jangan ragu meminta tolong kepadaku" kata Chanyeol.

Apakah namja ini benar-benar bisa membantuku?

Nara takut berharap lebih kepada orang yang baru saja ia kenal. Tawarannya membuat Nara berpikir tentang rentenir yang datang menagih utang ayahnya itu.

"Terima kasih" jawab Nara.

"Well , btw siapa nama mu?" Tanya Chanyeol

"Shin Nara"

"Okay , Nara"

Chanyeol berdiri dan menghampiri Nara yang sedang menerka apa yang akan Chanyeol lakukan. Chanyeol membungkukan badannya , menatap lekat wajah Nara.

Apa yang namja ini lakukan? Pikir Nara , kini ia mulai salah tingkah akibat perlakuan Chanyeol.

"Kamu ngapain?" Tanya Nara.

"Hmm , aku hanya penasaran saja" jawab Chanyeol dan kini ia kembali ke kursi yang ia duduki tadi.

"Eh.. Penasaran?"

Chanyeol mengangguk.

"Oh iya , sebenarnya aku melarang orang luar masuk ke ruang ini" katanya.

"Lalu kenapa kamu membiarkan aku?"

Chanyeol diam dan berpikir alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Nara.

"Kami butuh pianis" jawab Chanyeol.

Sebenarnya kamu mengingatkanku dengan seseorang. Benak Chanyeol.

"Oh"

Nara melihat jam yang tertempel pada dinding di hadapannya, 3:00 pm.

"Eh aku harus pulang. Makasih sudah mengizinkanku" Nara bangkit dan meninggalkan Chanyeol yang terus memperhatikannya sampai ia menghilang dari pandangannya.

Chanyeol menyenderkan punggungnya sambil memikirkan sesuatu yang terasa aneh pada dirinya.

***

Nara kembali lagi ke rumah yang seharusnya selalu menjadi tempatnya berlindung. Seakan ada sesuatu yang ia lepaskan dari dirinya , seperti sebuah topeng yang selalu ia pasang untuk menutupi kelemahannya. Nara hanya tidak ingin dirinya terlihat lemah dan semua orang akan mengasihaninya, sehingga mereka semua berteman dengan Nara hanya karena merasa kasihan. Nara tahu dirinya memang sangat membutuhkan pundak untuk bersandar tapi ia belum menemukan orang itu.

Nara melihat kamar Junho yang kosong dan sangat berantakan,wajar untuk anak laki-laki seumurannya. Nara memasuki kamar adiknya itu dan membersihkannya. Ia melihat setumpukan kertas dibawah tempat tidurnya dan membacanya satu persatu. Surat itu membuat suasana hati Nara semakin kacau. Banyak surat perintah sekolah yang meminta pihak keluarga Junho agar menemui instansi sekolah untuk membicarakan masalah Junho yang memiliki absen begitu banyak.

Junho apa yang selama ini kamu lakukan?

Nara kembali ke kamarnya,ia tidak lagi mengerti bagaimana perasaannya saat ini. Satu kata untuk mendeskribsikannya , kacau. Ya , Nara sangat kacau dengan perasaanya begitu juga pikirannya.
Tiba-tiba ia mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Nara tidak mengetahui siapa yang memasuki kamarnya karena ia memunggunginya dan menatap lurus ke tembok.

"Noona" panggil Junho. Junho tahu noona-nya telah membaca semua surat itu , ia pun tahu noona-nya sedang kacau saat ini. Maka dari itu Junho datang untuk meminta maaf kepada noona-nya.

"Mianhae.. Jeongmal mianhae" kata Junho.

Nara tetap diam. Kini ia memejamkan matanya karena tidak ingin satu tetes air mata yang kekuar dari matanya.

"Noona, Junho ha-"

"Pergi" Nara memotong kalimat Junho pelan.

"Noona , kumohon-"

"AKU BILANG PERGI!" Teriak Nara membuat Junho sangat takut. Junho keluar dari kamar noona-nya dan membiarkan Nara sendiri untuk beberapa waktu.

Beban ini sangat berat , dan aku takut menyerah. Batin Nara. Kini air mata yang selalu ia sembunyikan mengalir begitu deras. Dirinya terisak kuat , namun tidak menimbulkan suara karena sangat sakit hati yang ia rasakan.

Kenapa semuanya terjadi dalam satu waktu sekaligus?

•••

Alastarka 💕

Sing For You [CHANYEOL EXO FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang