PART 7 - whr r u?

823 75 0
                                    

Chanyeol POV

"Bayinya lucu sekali" kata Nara dengan wajah yang menggemaskan seperti bayi. Aku tersenyum melihatnya.

Setelah sedikit berbincang dengan keluargaku aku mengajak Nara untuk pergi mencari minuman atau makanan. Namun rasa ingin ke toilet tiba-tiba menyentuh tubuhku. Aku menuntun Nara untuk duduk di salah satu kursi pengunjung.

"Duduk sini , aku mau ke toilet sebentar" kataku dan dia mengangguk.

•••

Keluar dari toilet aku segera menghampiri Nara , aku takut dia menunggu terlalu lama. Tapi saat aku melihat ke kursi yang diduduki Nara telah diduduki orang lain.

Mungkin aku lupa. Batinku. Aku menelusuri setiap sudut ruangan ini. Tapi aku tidak menemukannya. Kemana Nara?

Aku menghampiri orang terdekatku dan menanyakan kepada mereka apakah mereka melihat yeoja yang datang denganku.

"Eomma" panggilku kepada ibuku. Ia melihatku dengan senyum khasnya yang tipis tapi menenangkan.

"Eomma lihat Nara?" tanyaku. Ibuku terlihat seperti berpikir tapi tidak lama kemudian dia menjawab.

"Nara pergi entah kemana setelah ia menyapa istri rekan abeoji mu. Dia memanggilnya eomma , tapi setelah itu ia pergi" jelas ibuku. Kejadian lampau seperti berputar di otakku. Kejadian dimana Nara mengejar seorang wanita tua dengan sebutan eomma.

Aku berlari keluar hotel , aku yakin Nara pergi keluar sana. Tapi dimana ia berada? Ini sudah sangat malam dan jadwal bus terakhir sudah lewat. Aku berlari menyusuri setiap sudut. Nara pasti belum jauh , tapi dimana? Dimana Nara berada.

"EOMMAAAAAAAAA!!!" teriak seorang wanita yang sedang ku cari. Ia berada di tengah taman yang tidak jauh dari hotel.

Rambutnya sudah tidak beraturan. Make up nya pun luntur karena tangisnya. Aku melihat tubuhnya berguncang dan isakan tangisnya begitu keras. Entah kenapa aku yang melihatnya merasa sesak di dada. Seakan ada yang menekannya.

"Dulu eomma bilang Nara segalanya, tapi sekarang.." gumam Nara di sela tangisannya.

"Eomma , Nara lelah hadapin semua ini. Nara ingin memeluk eomma, tapi eomma malah mengabaikan Nara" aku mulai mendekatinya. Entah keberanian dari mana aku merengkuh tubuhnya yang lemah dan mendekapnya di dalam pelukanku. Nara menangis semakin jadi. Aku mengelus-elus punggungnya untuk menyalurkan sedikit ketenangan.

"Menangislah, sampai kau puas" kataku.

Nara terhanyut dalam tangisnya sampai ia lelah dan tidak sanggup lagi menangis. Aku melepaskan pelukan dan menatap wajahnya yang sembab. Tanganku menghapus air matanya yang masih membasahi pipiny.

"Gomawo" kata Nara pelan. Aku tersenyum kearahnya.

"Jangan menangis lagi, dan aku tidak akan membiarkan kamu menangis lagi. Mulai saat ini aku akan selalu ada di samping kamu kapanpun itu" kataku yang aku harapkan dapat menghibur hati Nara.

•••

Aku mengantarkan Nara pulang kerumahnya. Ia tertidur dengan kepala yang menyender di kaca mobil. Ia lelah karena menangis begitu hebat.

Hatiku merasa tenang melihat wajah NRa yang tertidur pulas. Dulu aku sering melihatnya di kampus. Ia selalu menebarkan senyumnya. Setiap orang menyukai dirinya, karena kebaikannya. Tapi saat aku mengetahuinya lebih dalam, ia tidak seperti yang aku kira. Ia begitu hancur.

Tidak lama kemudian mobilku sampai didepan rumah Nara. Nara masih tidur pulas, aku tidak tega untuk membangunkannya. Aku menatap wajahnya yang begitu damai. Tanganku terulur menyentuh pipinya, menyinkirkan helaian rambut yang menutupi wajahnya dan menyelipkannya dibelakang telinganya.

Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang janggal ketika sebuah mobil jeep berhenti tepat di depan mobilku. Segerombolan orang keluar dari sana. Mereka tidak seperti orang baik-baik, karena penampilannya seperti preman.

Dan dugaanku benar, ia mulai mengetuk pintu Nara dengan keras berkali-kali. Lalu keluarlah seorang pria bertubuh jangkung menatap bingung segerombolan orang itu. Aku melirik Nara yang masih tidur.

Bagaimana cara membangunkannya?. Pikirku.

"TOLONG! TOLONG!" teriak anak laki-laki itu yang sedang diserer oleh segerombolan orang itu. Aku segera melepas seat beltku dan keluar dari mobil menghampiri mereka.

"Lepaskan dia" kataku sambil berjalan kearah mereka. Mereka terdiam dan menatapku dengan takut. Aku menatap mereka malas. Karena segerombolan orang ini adalah preman suruhan abeoji-ku. Mereka semua bertingkah gelagapan.

"Hah, rupanya suruhan abeoji" gumamku pelan, tapi mereka mendengarnya.

"Lepaskan dia" kataku dengan tegas.

"JUNHO!!!" teriak Nara ia berlari kearah anak laki-laki itu. "Jebal, lepaskan dia" kata Nara lagi. Nara kembali menurunkan air matanya dan membuat hatiku kembali sakit.

"Tidak bisa tuan, ini perintah" kata salah satu dari suruhan abeoji-ku.

"Biarkan saja saya yang membawa mereka" kataku dengan pelan tapi berwibawa. "Kalian cepat pergi dari sini"

Mereka terpaku tidak tahu harus melakukan apa. Membuatku sangat geram melihatnya walau aku tahu mereka sedang tidak tahu harus memilih apa. Tapi bukankah tindakanku dapat menolong mereka? Kenapa harus bingung?.

"CEPAT PERGI" aku mempertegas mereka kembali dengan meneriakinya. Mereka mulai memasuki mobilnya dengan cepat.

Aku menghampiri Nara dengan anak laki-laki yang bernama Junho itu.

"Gwenchanna?" tanyaku. Nara mengangguk. Aku membantu mereka berdiri dan mengantarkannya kedepan pintu rumahnya.

"Gomawo , untuk yang ke sekian kalinya" kata Nara. "Ini adikku Junho"

Aku tersenyum kepada Junho dan mengulurkan tanganku yang langsung diraihnya. "Park Chanyeol"

"Shin Junho imnida" katanya kemudian kami langsung melepaskan jabatan tangan kami.

"Baiklah, aku langsung pulang. Tenang, aku janji mereka tidak akan menganggumu lagi" kataku sebelum meninggalkan mereka.

Aku menatap Nara sambil tersenyum saat aku sudah siap berada di dalam mobilku sebelum aku menginjak gasnya. Nara membalas senyumku dan melambaikan tangannya.

"Hati-hati" katanya.

Aku mulai menancapkan gas dan mobil berjalan. Kaca mobilku perlahan tertutup. Dari kaca spion aku dapat melihat Nara yang masih setia menungguku di depan rumahnya.

Aku harus bertemu abeoji besok. Benakku.

Sing For You [CHANYEOL EXO FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang