The Third Day

53 4 0
                                    

HARI 3
"apa ini ?" tanya Sarah tak percaya

"ternyata Rp 840.000 untuk permintaan maaf lebih mudah dari pada ini" kataku seperti orang yang terkena migrain .

Pada akhirnya aku ikut bersama mereka , karena aku merasa bersalah pada Rolla telah membentaknya kemarin

"ini bukan hukuman namanya tapi penyiksaan" kata Rolla mengeluh

"sama saja Bodoh" sambung Junior

"aku tidak percaya kita akan melakukan ini , bagaimana mungkin Kepala Sekolah setega ini ? Tuhan berkatilah kami" doa Zake

"inilah alasannya Kepala Sekolah menyuruh kita memakai seragam olahraga dan mengantar kita dengan bus sekolah .

"Betul-betul udang dibalik batu" tambah Lexy , dan kami semua menggeleng kepala serempak .

Kami semua berdiri di depan sebuah pagar panjang yang bertuliskan MILITER . Dari luar kami bisa langsung melihat lapangan yang luas berhektare-hektare dengan angkatan tentara yang sedang latihan fisik militer

"baiklah teman-teman , mari kita laksanakan kejutan di hari terakhir ini , ayo masuk" kata Henry menengahi kepusingan kami lalu Ia berjalan paling duluan kami mengikutinya dari belakang .

Saat kami masuk banyak orang-orang disekitar kami yang berbisik-bisik tak jelas tapi kami tak menghiraukannya . Disini bukan hanya kami , tetapi perwakilan dari berbagai sekolah-sekolah setingkat SMA . Karena hukuman sialan itu kami harus mewakili sekolah kami untuk kerja sama militer ini .

Saat kami sedang berjalan langkah kami dihentikan oleh seorang pria dan kawanannya . Dia cukup tinggi dan berambut pirang , aku bisa melihatnya dari belakang walaupun tidak keseluruhan wajahnya karena teman-teman memunggungungiku .

"waaaaah jadi ini utusan Johnson Senior High School yah ? Kalian seperti ranting pohon yang rapuh" katanya mengejek , teman-temannya yang berada dibelakang menertawai kami

"permisi kami mau lewat" kata Henry sopan

"hahaha kau mengatakan apa aku tak mengerti ?" tanyanya sinis

"kami mau lewat" kata Henry kali ini tegas , sebagai ketua kelas seperti biasanya dalam kelas

"kau seperti ingin menantangku berkelahi ya ?" tanya si Pirang itu

"dasar bodoh" aku menarik headsetku .
Semua mata tertuju padaku lalu aku berjalan ke depan

"Mi , Mirz..." belum sempat Ia menyelesaikannya
"aaaaaaaaawh" rintihnya kesakitan .
Aku menendang tulang tibianya dan berlalu dari hadapannya .

Semua orang terperangah melihat aksiku lalu aku berbalik ke arah Henry

"ah , Henry ?" panggilku
"jangan lupa menarik telinganya . Itu si Bodoh Richard" kataku mengingatkan Henry

Henry menatapku tidak percaya lalu beralih ke si Pirang itu di tatapnya lekat-lekat wajah si Pirang itu

"waah , beraninya kau menghina dan mengancamku setelah menghilang beberapa bulan ini . Aku sempat tidak mengenalimu karena warna rambut sialanmu itu" kata Henry kesal dan menarik rambut si Pirang itu

"aaaaaaaaaaaauch , sakit" teriaknya

"Kau akan kuberi pelajaran" tambah Henry sambil menarik telinga Richard yang merintih meminta ampun .
Henry seperti Ibu-Ibu yang mencubit telinga anaknya yang nakal dan menggiringnya pulang . Anak-anak yang lain sempat terkejut tak percaya kalau itu Richard . Si pirang itu adalah Richardo Luise teman sekelas kami si Pembuat Onar . Beberapa bulan terakhir ini si Bodoh itu tidak masuk kelas entah Ia menghilang kemana dan sekarang malah mewarnai rambutnya dan hampir kami semua tidak mengenalinya .

METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang