CINDERELLA MODERN

58 1 0
                                    

Hari berikut untuk latihan drama, dan drama ini sangat menguras tenagaku. Aku duduk sambil menghafalkan setiap kata-kata dan peran Ella dalam naskah Cinderella ini. Dan yang lebih melelahkan lagi adalah Richard. Dari antara semua pria di kelas ini yang memiliki hidung, mata, rambut, telinga, kaki dan tangan, kenapa harus dia ? Hanya melihat tampangnya yang sedang memakan pisang sambil menghafalkan bagiannya saja membuatku lelah. Baiklah sudah terlambat untuk menyesalinya, begitulah pikirku.

"okay get ready, ACTION !" teriak Miss Sania

Sekarang aku sedang duduk menghadap meja yang diatasnya terdapat banyak sekali kain yang harus aku jahit untuk ke pesta dansa nantinya dan apa yang sedang aku jahit pun tidak aku ketahui. Dan masalah yang sedang kuhadapi sekarang ialah kenapa jarumnya tidak menembusi kain ini padahal telah kutusuk sekuat tenaga.

Sarah dan Rolla memperhatikan kebingunganku. Mereka menggunakan bahasa tubuh lebih tepatnya gerakan bibir dan jari yang mengatakan bahwa jarum yang kutusuk itu terbalik, yang kugunakan adalah bagian tumpul dimana terdapat benangnya. Pantas saja tidak menembusi kainnya, pikirku.

Dan dibawah meja ini Rico, Lexy, Ian dan Jordy sedang berperan sebagai tikus-tikus Ella yang membantu Ella membuat baju pestanya dan sepatu. Tapi, jika kuperhatikan lagi mereka bukan membantu melainkan sedang menggigit kain dan bahan dasar sepatu. Mereka pasti sangat berpengalaman menjadi para tikus.

"Miss ? Bukankah di jaman Ella sudah ada mesin jahit ?" tanyaku tiba-tiba

"CUT" teriak Miss Sania dengan muka yang putus asa tetapi berusaha untuk tersenyum

"Miss Hall yang kusayangi, adegan di naskah dan yang di film tersebut menyatakan bahwa Ella sedang menjahit menggunakan jarum dan benang. Bisakah kau hanya mengikuti alurnya saja ?" pinta miss Sania

Aku hanya mengangguk pertanda mengiyakan. Miss Sania mengarahkanku, Rolla, Sarah dan Lissa ke take berikutnya. Kami pun bersiap-siap

"okay get ready, ACTION !" teriak Miss Sania bersemangat

Adegan ini adalah adegan dimana Ella sudah menggunakan baju yang dijahitnya dan Lady Tremaine beserta kedua anaknya Anastasia dan Drizella menatap Ella dengan hina karena Ella yang ingin sekali ikut bersama mereka ke pasta dansa.

"Justru aku mencemaskan Raja. Sebuah penghinaan bagi keluarga kerajaan untuk membawamu ke istana dengan gaun lusuh itu ?" ucap Lissa

"Lusuh ? Ini punya ibuku" kataku berpura-pura sedih mendalami peran Ella

"Aku menyesal harus mengatakan ini tapi selera ibumu sungguh buruk. Gaun ini sungguh kuno sekali dan sudah rusak" kata Lissa lalu merobek lengan gaun yang sedang aku kenakan diikuti Rolla dan Sarah yang berpura-pura kaget.

"Bisakah kau menggunakan sesuatu yang lebih bagus dari gaun ini, Mirzha ? Kau terlihat seperti seorang Ella yang berumur 50-an" gerutu Rolla ditengah akting

"CUT" teriak Miss Sania sambil menggaruk kepalanya pertanda sungguh putus asa

"Miss Rinzy, adegan di naskah dan yang di film tersebut menyatakan bahwa Ella sedang mengenakan gaun berwarna pink milik mendiang ibunya. Bisakah kau tulus menerima Mirzha menggunakannya ?" pinta miss Sania seakan memohon pada Rolla

Rolla hanya mengangguk pertanda mengiyakan seperti aku sebelumnya. Miss Sania mengarahkan kami ke take berikutny dan kami pun bersiap-siap

Adegan yang akan aku perankan kali ini adalah bersama Emma. Emma terlihat sangat tidak nyaman dan aku pun tak pernah meminta untuk beradegan seperti ini bersamanya untunglah ada Rico, Lexy, Ian, Jordy, Robbie, Alfred dan Alan yang meramaikan suasana

"Tikus.. tikus itu mereka. Abrakadabra !" kata Emma yang bereperan sebagai Ibu Peri "empat kuda putih" tambahnya seolah-olah mengagumi Rico, Lexy, Ian, Jordy yang telah berubah dari 4 ekor tikus menjadi 4 ekor kuda

"Gus-Gus, kau terlihat gagah ! Tapi bagaimana kau--?" tanyaku takjub versi Ella yang pastinya

"Sampai di mana tadi ? Ada kereta, kuda, pelayan. Ah iya pelayan !" ucap Emma seolah-olah berpikir mengenai mencari sosok pelayan. Dengan tongkat ibu perinya yang diarahkan Robbie dan Alfred sambil berkata "Halo, Tn Kadal. Abrakadabra !"seketika merubah mereka dari 2 ekor kadal yang merayap di tanah menjadi pelayan yang memiliki dua kaki yang menginjak tanah.

"Hallo, kau memanggil ?" ucap Robbie seakan senang menjadi manusia

"aku butuh kusir" tambah Emma

"kusir ?" tanyaku

"aku bilang 'kusir' ? Maksudku 'angsa'" Emma berpura-pura sebaik Ibu Peri dan melayangkan tongkat ajaibnya itu merubah Alan menjadi Kusir. Sungguh ajaib.

"Aku tidak bisa mengemudi. Aku ini angsa" kata Alan sambil mengangkat kedua tangannya dan memang sesungguhnya Alan seorang pengemudi yang buruk.

Tahun lalu awal masuk sekolah, seingatku Alan pernah mengendarai sepeda sambil membonceng seorang wanita dan berakhir menabrak tiang. Bayangkan saja betapa malu wanita itu sampai berlari meninggalkan Alan. Banyak yang menertawainya ketika dia mendapat peran sebagai seorang Kusir mengingat kejadian itu

"apakah kalian yakin di cerita Cinderella mereka sudah menggunakan jam tangan bermerek seperti itu?" tanya Alan menunjuk ke arah pergelangan tangan Emma

KACAU, itulah yang terbesit dikepalaku

"Kalian benar-benar Cinderella dan krunya yang modern !" Miss Sania mengucapkannya dengan nada yang lelah

Beginilah kami, terlalu banyak mengahadapi kenyataan hidup sehingga lupa bagaimana caranya berpura-pura atau berakting. Kami lelah, Miss Sania pun lebih lelah daripada kami.

"Tak bisakah kami memerankan Frozen, Kung Fu Panda atau semacamnya bu ?" tanya Henry terlihat sama putus asanya dengan Miss Sania

"Anak-anak Frozen memiliki hati yang beku kalian terlalu hangat untuk memerankannya" kata Miss Sania. Spontan mereka langsung melirikku

"apa ?" tanyaku kesal

"tidak" jawab Sarah dan Junior bersamaan

"kau pantas menjadi Elsa" kata Rolla pasti

"auuuuh sakit Sarah" rintih Rolla sambil menyentuh lengannya yang dicubit Sarah. Sarah memelototkan matanya ke arah Rolla, seolah ingin memperingatkan dia.

"Apa ? Dia memang pantas memerankannya sikap dinginnya sempurna seperti Elsa" ucap Rolla terang-terangan sedangkan aku masih berada di sampingnya.

Aku menatap Rolla dan kali ini dia mengedipkan matanya dan menggelengkan kepala

"Maksudku, Mirzha yang lain" katanya berusaha mencari alasan. Alasan yang tidak masuk diakal. Aku hanya menghembuskan napas saja

"Sedangkan Kung Fu Panda , itu terlalu berbahaya anak-anak banyak unsur kekerasannya" lanjut Miss Sania.

Lagi-lagi mereka melirikku, situasi ini sangat tidak nyaman bagiku

"Apa lagi ?" tanyaku betul-betul kesal kali ini

"Tidak" jawab Sarah dan Junior bersamaan tapi kali ini ditambah dengan Rolla

"Kau ahli dalam melakukannya" Richard mengucapkannya sambil memberiku satu jempol

Aku memukul kepalanya dengan tongkat Ibu Peri yang berada di atas meja yang ditinggalkan Emma " kau mau mati ?" ancamku

Dia merintih kesakitan dan tidak mau melawanku lagi

"baru saja beberapa detik yang lalu aku katakan , dandia melakukannya dengan baik" kata Richard lalu lari menghindar sebelum aku dapat memukulnya lagi.

*****
Halo readers ? Aku harap kalian menyukai ceritaku ini. Mohon saran dan komentar yang membangunnya dari kalian. Please keep votes my story and comments😊😊
Love you guys({})

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang