SETTINGAN

45 2 0
                                    

Paginya seperti biasa 15 menit sebelum kelas dimulai aku sudah sampai di sekolah saat sampai di pintu kelas aku berpapasan dengan Emma

"Good morning , Mirzha Hall" sapanya padaku .

Seperti biasa aku hanya menatapnya , mengabaikannya dan masuk ke kelas .

Tiba-tiba seluruh pasang mata mengarah pada kami . Mereka saling berbisik satu dengan yang lain .
Yang lainnya memegang handphone sambil berbisik pula .
Aku sempat bingung dengan situasi ini

Tiba-tiba Prilly , Hana dan Brenda berlari ke arah kami

"apakah gosip itu benar ?" tanya Prilly

"tentang kau yang berpacaran dengan Triztan" jelas Hana

"semuanya heboh karena foto-foto romantis kalian" tambah Brenda sambil menunjukkan handphonenya pada Emma .

Emma tersenyum . Dia kelihatannya sangat senang karena kali ini bukan dikerumuni fansnya tapi dikerumuni sejumlah pertanyaan yang sangat dia sukai

"seperti itulah aku dan Triztan..." jeda Emma lalu menatap ke arahku

"terlihat serasi kan Mirzha ? bagaimana menurutmu ? apakah ini fakta atau hanya sebuah opini ?" tanyanya sambil tersenyum meremehkan ke arahku .

"pertanyaan menjebak" kata Sarah sambil menggigit kukunya .

Mereka semua dari tempat duduk masing-masing melihat untuk meneliti perbincangan Emma denganku

"benar sekali" ucap Lissa menyetujui Sarah

"apa maksud kalian ?" tanya Rolla bingung

"bukankah sudah jelas , jika Mirzha mengatakan itu fakta berarti dia mengakui Emma dan Triztan berpacaran sama artinya mengakui Emma berhasil menjatuhkannya" jelas Henry

"dan jika Mirzha mengatakan itu opini berarti dia mengakui bahwa dirinya cemburu terhadap kedekatan Emma dan Triztan" jelas Zake menambahi Henry

"sedangkan Mirzha memang orang yang paling dekat dengan Triztan . Mirzha dan Triztan terlihat seperti pacaran tapi bukan pacaran dan bukan pacaran tapi terlihat seperti pacaran . Pada akhirnya mereka tidak memiliki status hubungan apa-apa" tambah Junior

"Mirzha harus berhati-hati menjawab . Jika tidak maka dia seperti menggaling lubang untuk kuburannya sendiri" ucap Lexy mengingatkan

"mempermalukan diri sendiri" kata Richard menyimpulkan

"hei , sejak kapan kau disitu ?" tanya Rolla kaget

"aku memang sudah disini dari tadi" jawab Richard polos

"jadi kau juga ikut menonton yah ?" tanya Henry

"kalian tahu , ini lebih seru daripada sebuah sinetron" jawab Richard

Mereka hanya menatap Richard tak percaya lalu beralih lagi ke arah aku dan Emma .

Mendengar pertanyaan Emma membuatku sedikit lucu
"entahlah" jawabku sambil tersenyum pada Emma

"para model bergaya dan berfoto karena konsep yang diatur sang fotografer" kataku

"tapi..." aku sengaja menggantung kalimatku

"aku tidak . Hidupku bukan settingan orang lain" tambahku sambil mengedipkan sebelah mata ke arahnya sebelum pergi ke tempat dudukku .

Sekarang aku benar-benar mencium bau kemarahan Emma . Tentu saja ini bukan kesalahanku , dia yang memulainya .

"Daripada dikatakan hubungan Emma dan Triztan fakta atau opini lebih tepatnya sebuah settingan fotografer" ucap Lissa menyimpulkan

"Waaaah... Mirzha benar-benar ahli dalam mengatakannya" ucap Richard sambil mengangguk

"2 | 0" ucap Henry memberi skors

"apa maksudmu ?" tanya Richard

"mereka seperti ini dari kemarin" jelas Henry sambil mengarahkan jarinya ke tempatku dan tempatnya Emma

"makanya masuk sekolah" ucap Sarah menyindir

"aiiiisssssh... aku ketinggalan 1 episode" sesal Richard

"kau benar-benar menganggap ini sinetron ?" tanya Rolla tak percaya pada Richard
"kau memang bodoh" Rolla menjawab pertanyaannya sendiri .

Seperti biasanya Emma sangat marah tapi apa yang bisa dia lakukan ? Menarik rambutku ? Memukulku ? Atau memasukkan aku ke penjara ? Tak ada satu pun . Dia hanya bisa membanting tasnya di atas meja .

Dia hanya membuang tenaga di pagi hari , begitulah pikirku .

***
Hello readers ?
Kalian menyukai ceritaku ?
Jangan lupa votes , comments dan yang paling penting suggestionsnya .
Nantikan terus cerita selanjutnya yah...

Thank you ({})

METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang