TRIZTAN RILEY

27 1 0
                                    


Disisi lain terjadi kehebohan yang memang akhir- akhir ini sering terjadi. Para murid seangkatan kami , adik-adik kelas bahkan kakak-kakak kelas mengerumuni sesuatu . Suara jeperetan kamera, teriakan gemas para wanita meminta tanda tangan, bahkan meminta foto sungguh memekikkan telinga. Kerumunan itu menghalangi perjalanan kami untuk kembali ke kelas setelah dari kantin. Entah mengapa aku, Rolla dan Sarah tidak tertarik untuk mengetahuinya. Kami hanya ingin berjalan sedamai mungkin agar bisa menghindari kerumunan tersebut.

" Ya ampun Triztan, kau membawa tasku yang tertinggal waktu itu" ucap Emma penuh kegirangan.

Sebagai seorang wanita baik kau memiliki mata yang normal ataupun tidak, kau pasti akan jatuh hati pada sosok pria berambut lurus denga warna rambut yang sungguh hitam pekat ini. Dia adalah Triztan Rilley, tubuhnya yang tinggi serta senyuman yang tulus selalu mewarnai bibirnya yang merah itu. Hidungnya yang mancung itu membuat banyak pesaing pria di JOHNSON SENIOR HIGH SCHOOL tak ada yang mampu menandinginya. Bahkan kulitnya putih seperti orang penyakitan tetap terlihat nice terhadap dirinya.

Emma bertingkah penuh kesenangan karena kedatangan Triztan yang membawa tasnya membuat heboh anak-anak yang sedang memotret, meminta tanda tangan dan berteriak mengagumi kedua icon dari agensi group LUISE itu.

"Sudah kubilang mereka berpacaran" ucap seorang gadis

"Iya lihat saja dia membawa tasnya kak Emma" tambah temannya

"Bukankah itu tas sekolah yang kemarin dipakai kak Emma datang ke sekolah ? ya ampun mereka sungguh berpacaran." Kata yang lainnya

"Iya mereka berpacaran" simpul seorang gadis

Tanpa menatap Emma, Triztan memberikan tas itu kepada Emma, anehnya tatapan Triztan mengarah kepada seseorang . Orang yang dilihat Triztan itu hanya menatapnya sekilas lalu berlalu melewatinya begitu saja.

Arah mata Triztan terus mengikuti sosok tubuh itu sampai menghilang di lorong. Spontan tas yang belum sampai ke tangan Emma itu dijatuhkan Triztan. Triztan lari menerobosi kerumunan untuk mengejar sosok yang dilihatnya tadi.

Sungguh betapa malunya Emma, karena banyak yang menyaksikannya. Wajahnya tiba-tiba putih pasi dan tidak tau harus berbuat apa. "brengsek..." ucapnya pelan dengan tangan yang gemetar lalu dikepal. Tanpa menghitung jeda, Emma pun mengejar Triztan. Seorang penggemar Emma memungut tas yang jatuh itu dan mengikutinya.

Dengan kaki yang panjang Triztan berlari seakan menuju finish. Dan dengan timing yang tepat,tangannya menarik tangan orang yang dikejarnya dan menggenggamnya dengan erat

"Seharusnya kau jadi atlet lari !" ucap Triztan terengah-engah

"Lepaskan" ucapku

"Kau masih tetap saja kasar, Mirzha Hall" ucap Triztan dengan tersenyum puas walaupun dia sedang lelah setengah mati

"kyaaaaaaaaaaaa... Triztan" teriak Rolla selantang pengeras suara

"Hei wanita gila !!! bisa rusak kupingku" marah Sarah tidak kalah dengan suara Rolla

"Hehehe, kalian apa kabar ? apakah sehat-sehat saja ?" sapa Triztan ramah

"Kami baik-baik saja, bagaimana denganmu ?" ucap Sarah setelah tenang

"Luar biasa baik" ucap Triztan sambil tersenyum "apakah kalian tidak lelah menjaga wanita pemarah ini ?" tanya Triztan sambil melirik cepat kearah Mirzha

"Kau mau mati ?" tanyaku

"Aku lelah" ucap Sarah menjawabi pertanyaan Triztan

"Aku luar biasa dan amat sangat menderita" tambah Rolla

Aku hanya dapat menggelangkan kepala, Triztan yang mendengarnya tidak berhenti tertawa

"Ah aku hampir lupa" ucap Triztan sambil mengeluarkan sesuatu dari sakunya

"Ini..." katanya lagi sambil memberikan sebuah envelope berukuran kecil dan berwarna merah kepadaku. Melihat envelope itu aku mengingatnya sewaktu kami kecil hingga sekarang Triztan selalu menulis surat untukku dan selalu diisinya dalam envelope yang berwarna merah

"Ya ampun..." kata Sarah dengan mata melototi envelope merah itu

"Cieeee..." teriak Rolla kegemasan

"Aku juga mau . Aku belum pernah mendapat surat cinta" tambahnya

"Aku juga" ucap Sarah

Triztan menggaruk-garuk pahanya yang sebenarnya tidak gatal dan tersenyum.

"Kenapa kau malu seperti itu ?" tanyaku

"aa.. apa ? tidak. Aku tidak malu" ucapnya terbatah-batah

"Aku mengenalmu. Setiap kali kau malu atau senang, kau selalu menggaruk-garuk pahamu" kataku menangkap pergerakannya.

"Aku tidak" sangkal Triztan cepat

Sarah dan Rolla menatap Triztan tidak percaya karena ternyata dia sedang malu. Mereka tidak tahan dengan tingkah Triztan dan tidak berhenti menertwainya.

"Sungguh aku tidak begitu" kata Triztan untuk kesekian kalinya untuk meyakinkan mereka. Tetap saja mereka tidak mempercayainya. Mereka lebih mempercayaiku, karena aku berteman cukup lama dengan Triztan dan mengenalnya cukup baik.

Emma yang melihatnya dari kejauhan sedang bersembunyi dibalik tiang penyangga gedung sekolah . Dia tampak sedih dan penuh rasa benci

"brengsek... jadi kalian sengaja mempermalukanku" katanya penuh amarah

"Kau menjatuhkan tasku hanya untuk memberikannya surat cinta murahan itu. Kalian akan mendapatkan yang lebih dari ini" tambahnya berbicara sendiri

"Kak Emma sedang apa ?" tanya penggemarnya itu sambil menyentuh bahu Emma

"Tidak" jawab Emma terkejut "Aku sedang menerima telepon dari agensiku, disana sangat ribut aku tidak bisa menjawab teleponku" tambahnya untuk meyakinkan penggemarnya itu

"Jadi kak Emma menelepon disini" kata fansnya untuk menyimpulkan sambil memberikan tas Emma yang tadi ketinggalan. Sungguh penggemar yang setia

"Iya" kata Emma sambil menatap tas itu mengingat tadi Triztan menjatuhkannya "ayo jalan, disini sangat panas" tambah Emma untuk membuyarkan ingatannya. Penggemarnya yang merupakan adik kelas itu mengikutinya dari belakang seperti anak anjing.


****

Hallo guys, thank you for all your votes. Please keep likes, votes and comments. Dan mohon setia menantikan cerita berikutnya :-D ({})

METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang