Dua minggu sudah aku dan Isna tidak saling bertemu. Selain karena perkuliahan sudah berakhir, kampus minggu ini mengadakan ujian akhir semester. Mungkin dia sedang sibuk. Atau bisa jadi ia sengaja menghindariku.
Entah mengapa aku merindukannya. Aku ingin melihat sosoknya walau dari kejauhan.
Kubuka laptopku dan kulihat jadwal ujian minggu ini. Barangkali ia ada jadwal ujian hari ini.
Aku menggila. Dengan tak sabar aku mencari data ruangan ujiannya. Dan voila! Aku mememukannya! Hari ini ia ujian pukul 11.10 sampai 12.40. Aku melirik jam tanganku. Masih sepuluh menit lagi. Aku bergegas menuju ruang ujiannya. Karna jabatanku aku memiliki akses penuh memasuki ruang ujian. Apalagi mata kuliah ini memang aku yang membuat soal. Pengawas ujian hanya tersenyum mempersilakan aku duduk dan meninggalkanku keluar ruangan.
Isna terkejut melihatku masuk dan buru-buru menunduk seolah tak melihatku datang memasuki kelasnya. Lama-lama ia sepertinya gusar dengan keberadaanku. Kulihat posisi duduknya yang semula tenang jadi berubah-ubah setiap menit. Tak tega juga membuat konsentrasinya buyar saat ujian akhir seperti ini. Namun rasa rindu ini mengalahkan semua logikaku. Senang rasanya dapat bebas memandangnya seperti ini.Isna's POV
Baru saja aku bisa menghapus kegelisahanku dari kejadian dua minggu yang lalu, kini orang itu sudah hadir dihadapanku. Otakku tak bisa berfikir jernih. Soal ujian yang awalnya kuanggap mudah kini tak bisa kucerna. Syukur saja tinggal nomor terakhir yang belum kujawab. Tapi itu berpengaruh besar terhadap harapanku mendapat nilai A.
Tatapan tajamnya serasa menghujam jantungku. Perasaan aneh ini muncul lagi. Aku tak bisa mengendalikan diriku. Wajahnya selalu terbayang dipikiranku sejak hari itu. Kufokuskan pikiran ke kertas ujian yang ada dihadapku, berharap ia berhenti menatapku. Rasanya tak nyaman. Kucondongkan tubuhku ke kanan, kekiri, menunduk, arrghh apa-apaan ini Isna! Fokuslah! Ini ujian akhir semestermu!Kutulis dengan cepat jawabanku dilembar jawaban. Aku harus segera meninggalkan ruangan ini agar tak perlu berlama-lama melihat tatapan itu. Aku benar-benar merasa ini sudah salah dari awal. Dia dosenku! Tak mungkin aku menyukaianya. Aku tak mau terlibar affair dengan dosenku sendiri. Itu pastinya akan merusak reputasi kami berdua. Berbeda dengan lelaki dewasa diluaran sana. Aku tak perlu mempertaruhkan reputasi atau apapun itu karena ia tak ada sangkut pautnya dengan pendidikanku.
Setelah menulis nama, nim, dan tandatangan aku keluar dari kelas. Kupercepat langkahku menuju parkiran. Tiba-tiba lenganku ditarik, dan sedetik kemudian aku sudah ada dipelukan lelaki itu. Ya, Pak Rico memelukku dengan erat. Hatiku berdesir seketika rasa nyaman menyelimuti sekujur tubuhku. Semua kegelisahanku luruh didekapnya. Aneh! Padahal dialah yang berhari-hari membuatku gusar.
"Lepas pak! Ini kampus!"
"Gak. Sebelum kamu maafin saya!"
"Pak nanti diliat orang ! Saya mau pulang..." Aku melepas pelukannya sekuat tenaga dan berlari menuju mobilku. Tiba-tiba dari samping Pak Rico ikut masuk kedalam mobilku. Berhubung parkir sudah mulai ramai terpaksa kupacu mobilku keluar kampus. Sukur saja kaca mobilku cukup gelap sehingga saat melewati kerumunan mahasiswa tak terlihat bahwa Pak Rico juga ada dalam mobilku.
Sepanjang perjalanan aku hanya diam dan fokus pada kemudiku. Ia juga diam. Aku bingung harus kubawa kemana dosenku ini.
Ya, kami butuh bicara. Jadi aku harus mencari tempat yang tenang agar kita bisa leluasa mengungkapkan apa yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Oom !
RomanceFreak? Mungkin itu yang mereka katakan padaku. Yeahh aku memang menyukai laki-laki yang usianya jauh lebih tua dariku. Aku adalah tipkial wanita manja yang merindukan sosok pendamping yang bijaksana, kharismatik, dan tentu saja tampan! Kemapananpun...