Rico's POVAda perasaan tak enak berkecamuk dipikiranku. Aku sedikit merasa berasalah atas apa yang terjadi denganku dan Isna. Setelah kupikir-pikir memang Isna san Citra adalah sosok yang jauh berbeda. Aku hanya memaksakan pikiranku bahwa mereka adalah orang yang sama. Realitanya Isna jauh lebih berkesan dibanding Citra yang cenderung pendiam. Matanya yang bulat dan bersinar selalu membuatku ingin menatapnya. Bibir mungilnya, senyumnya, perhatiannya, tawanya, hm.. Aku merindukannya!
Kutatap walpaper smartphoneku, tampak wajahnya dengan ekspresi lucu saat aku mencium pipinya. Momen itu terabadikan saat kami berada di bungallow.. Aku tersenyum kecil mengingat momen itu. Ya.. kusadari ini berbeda, aku mencintainya... Benar-benar mencintainya!
Apa aku masih punya kesempatan lagi untuk memilikinya? Aku tahu ia pasti merasa sakit karna kata-kataku kemarin. Bagaimana caranya meminta maaf padanya? Apa aku harus menemui Isna dirumahnya? Ahh ini sudah cukup larut untuk bertamu. Lebih baik aku datang esok pagi.Kepalaku terasa pening. Sepertinya aku butuh sedikit alkohol dan keringat agar aku bisa tidur malam ini.
Aku menuju ke sebuah night club, tempat ini cukup cozy dan nyaman. Saat aku datang orang-orang sudah asik menari di dance floor. Aku memesan sepaket tequila. Saat menenggak sloki keduaku, tak sengaja aku melihat ke sudut dance floor. Kulihat seorang bule dengan wanita sexy sedang berciuman panas disebuah sofa. "Wahh, menang banyak tuh bule." Kataku pada bartender yang sedang mengangkat gelas kosongku. "Iya, tu bule baru kenalan tadi. Ceweknya kayaknya mabok deh. Mesen minuman banyak banget. Minum tequila sampe empat pack. Belum lagi Long Island sama beer sebelumnya.
Aku penasaran dengan wanita itu. Hebat juga dia bisa minum empat pack tapi belum hangover. Satu pack berisi empat sloki tequila, jadi ia menghabiskan enam belas sloki ditambah beer dan Long Island. Pantas saja ia bisa ciuman sehot itu tanpa berfikir ia dimana.
Kupicingkan mataku, posisinya memunggungiku dan berada dipangkuan lelakinya. Kulitnya putih langsat. Rambut coklatnya sekilas mirip dengan milik Isna. Saat bule itu mencium lehernya kulihat kepalanya yang menengadah. Mata itu! Aku mulai mendekati mereka. Dan bingo! Coba tebak apa yang kulihat! Gadisku sedang digerayangi oleh seorang bule dan ia menikmatinya!
Aku menghampiri mereka dan menarik Isna dengan kasar. "Hey man, what you doing? She's mine!" Aku menggendong Isna secara bridal. "she's my wife. Don't touch her!" Aku hampir saja memukul pria bule itu. "Well sorry brother. I don't know. Please keep your fucking sexy wife if you won't loss her." Ia mengangkat tangan tanda menyerah.
"Eh Pak Rico, ngapain kesini? Kenapa gak nyari ibu Citra? Apaan sih gendong-gendong aku? Kamu bikan pacar aku lagi." Isna terus meracau. Kucari kunci mobil ditasnya. "Kita pulang." Aku mengikatkan seat belt ke tubuhnya. "Pulaang? Aku baru saja bilang ke Bandung sama dadong. Aku kabur dari rumah biar gak ketemu kamu!! Dasar Om be*o, d*dol, ga tau diuntung! Gue udah nerima status lo yang duda, sampe nentang bokap gue, ternyata lo cuma boongin gue! T*ik lo!" Isna tak berhenti mengumpatku. Air mata mengalir deras membuat maskaranya luntur Ia tampak berantakan.
Kuhidupkan gps milik Isna dan melacak history perjalanannya. Aku mencatat koorndinatnya dan mencari tempat apa lokasi tersebut. Setelah terlacak ternyata itu adalah sebuah villa. Kutelfon villa tersebut untuk memastikan apa benar Isna merental villa tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Oom !
RomansaFreak? Mungkin itu yang mereka katakan padaku. Yeahh aku memang menyukai laki-laki yang usianya jauh lebih tua dariku. Aku adalah tipkial wanita manja yang merindukan sosok pendamping yang bijaksana, kharismatik, dan tentu saja tampan! Kemapananpun...