Tell Me Why

18.4K 949 12
                                    

Hari ini aku berada dikelasnya, kelas seminar akuntansi.
Ia tampak cool dengan kemeja biru tuanya. Bekas kissmark kemarin terlihat di lehernya. Sepertinya ia tak dapat menyembunyikannya. Aku tersenyum iseng. Pulang kuliah aku mengunjungi ruangannya. Aku ingin mengabarinya soal Dadong.
"Ya dia hidup kembali dalam diri Isna. Citraku yang dulu persis sekali dengannya. Itu kenapa aku memilih dia. Ya, aku merasa cintaku pada Citra kini bangkit kembali." Aku mendengar percakapan Rico sengan sekretarisnya.
Jadi dia menganggap bahwa aku adalah Citra? Selama ini dia belum move on dari almarhum istrinya?
Hatiku perih mendengar semua pernyataan Rico. Ia melihat aku yang berbalik dari ruangannya dan mengejarku. Aku berlari menuju mobilku dan dengan cepat melaju meninggalkan Rico, Dosenku yang juga kekasihku.
Tak kusangka ternyata ia hanya menganggapku sebagai almarhum istrinya. Ia tak benar-benar mencintaiku. Ia cuma ingin melihatku sebagai Citra. Betapa bodohnya aku begitu saja percaya padanya. Aku menangis sejadi-jadinya. Sakit sekali rasanya. Setlah kau membuatku melambung tinggi, sekarang kau menjatuhkanku ke lubang yang terdalam.

Aku memacu mobilku dan pulang kerumah. Sebelumnya aku tidak pernah merasakan patah hati yang sesakit ini. Aku tiba dirumah dengan wajah yang tak karuan. Berlari menuju kamarku dan mengurung diri.
Kubenamkan wajahku di bantal. Bulir air mata berderai deras diwajahku. Sulit mencerna hal yang terjadi barusan. Aku, hanya pengobat rindunya pada istrinya. Kupikir ia benar-benar mencintaiku. Apa yang harus kulakukan? Papaku pasti semakin kesal padanya, dadong juga jadi tidak percaya padaku..Entah aku harus menyembunyikannya, atau menceritakannya. Tapi aku butuh orang yang bisa mendengar kesedihanku..
Kubuka smartphoneku, tak ada satu pesan atau panggilan tak terjawab yang masuk. Artinya Rico sudah berhenti mengejarku. Mungkin ia merasa bersyukur aku sudah tahu semuanya tanpa perlu repot-repot ia jelaskan. Ya baiklah, mungkin aku harus menata hidupku kembali. Well memang tidak mudah, tapi akan kucoba.

Sore hari aku kembali melakukan rutinitasku, menyiram bunga-bungaku. Tak ada seorangpun yang tahu apa yang terjadi padaku. Aku menyembunyikan tangisku dan berusaha terlihat biasa saja pada orang rumah. Syukurnya hanya ada dadong dan bibi dirumah. Aku bernyanyi-nyanyi kecil untuk meredakan gemuruh yang ada dihatiku. Kupetik daun-daun dan bunga yang telah layu setelah itu kuberi vitamin pada anggrek dan mawarku.

Tiba-tiba sebuah mobil HR-V putih yang sepertinya milik Pak Rico berhenti didepan rumahku. Dengan kaget kuhentikan kegiatanku dan mencoba berlari kedalam, namun tangannya lebih sigap menangkap tubuhku. "Isna, mau kemana? jangan pergi dulu. Biar aku jelaskan semuanya." Rico memegang kuat tanganku.
"Aww sakit! Lepas! Mau apa kamu kesini? Mau ketemu Citra? Citra sudah mati! Hantunyapun sudah tak ada"
Tatapan sendunya kini berubah tajam. "Ya aku tahu Citraku sudah mati. Tak usah kau menyebutnya seperti itu. Apa kau tak pernah diajarkan sopan santun?" Ekspresinya berubah dingin. Sepertinya ia marah sekali. " Apa kamu tak pernah diajarkan logika juga oleh orang tuamu bahwa tak ada satu manusiapun di dunia yang sama? Jangan pernah kamu samakan aku dengan orang yang udah mati. Aku bukan Citramu! Pergi sana!" Ia melepas cengkramannya dan pergi meninggalkanku. Air mata yang sedaritadi kubendung tak dapat kutahan lagi. Aku berlari kekamarku dan kembali mengurung diriku. "An***g kamu Rico! b*ng**t!" Aku melempar seluruh fotonya yang terpajang dikamarku. Bi Nyoman menghampiriku.
"Astagaaa Gek Isna... Ada apa Ini? Kenapa?" Bi nyoman memelukku. Kemudian dadong datang menghampiri kami. "Gek ngujang-ngujangan ne?* Kok semua dilempar gini?"

I Love You Oom !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang