AUTHOR'S POV:
Sudah dua minggu semenjak rahasia milik Revan terbongkar. Dan sampai saat ini, tepatnya hari terakhir pekan UKK, tidak ada salah satu mereka yang berusaha untuk mencairkan suasana. Revan maupun Naya hanya bisa bungkam dan berpura-pura tidak mengenal satu sama lain.
"Nay ayo ke Inter Cafe! Kan kita udah selesai UAS," ajak Alya.
"Ayo ayo, sekalian gue mau cerita sesuatu," balas Naya.
"Sesuatu? Sesuatu apaan Nay?" tanya Alya bingung.
"Nanti gue ceritain," balas Naya dengan tersenyum.
Tanpa menunggu lama, Naya dan Alya pun berjalan menuju gerbang sekolah. Namun tiba-tiba, ada seseorang yang mencekal pergelangan tangan Naya.
"Gue minta maaf," ucap seseorang tersebut.
Naya yang melihatnya, lantas langsung menarik tangannya. "Buat apa?" tanya Naya.
"Buat apa yang gue ucapkan," balas seseorang tersebut.
"Udahlah dav. Gue males. Gue udah bilang untuk jangan ngebahas Revan di depan gue, tetapi lo malah terus mengoceh tentang Revan. Gue capek dav!" bentak Naya.
"Maaf nay, bukan maksud gue buat bikin lo tambah sedih tapi gu-"
"STOP DAV! GUE CAPEK! SEKARANG LO PERGI, PERGI!" bentak Naya kembali.
Tanpa disuruh lagi, Davian langsung meninggalkan Naya.
"Udah nay, tenangin diri lo," ucap Alya sambil mengelus punggung sahabatnya.
"Dia bikin gue bete Al, gue males," balas Naya.
Dan akhirnya, Naya kembali mengingat peristiwa dimana ia dan Davian menjadi bertengkar.
Naya berangkat sekolah dengan wajah yang murung, sama seperti hari-hari yang lalu. Ia berusaha untuk mengembalikan moodnya tetapi lagi-lagi ia mengingat peristiwa antara dia dan Revan.
Naya masih tidak percaya, bahwa Revan memperlakukan ia seperti itu karena ingin balas dendam. Dan parahnya balas dendam itu berdasarkan masa lalu yang tidak ia ketahui kebenarannya. Naya benar-benar tidak percaya, kenapa bisa ada lelaki seperti itu.
Seringkali Naya memarahi siapapun yang menyebut nama Revan didepannya, tak terkecuali keluarganya, Alya, dan Davian. Semua orang memahami perasaan Naya, namun tidak dengan Davian. Davian selalu bertanya tentang apa yang terjadi padanya dan Revan pada hari itu.
Terus membahas Revan tanpa henti walau Naya sudah memarahi nya berulang kali. Hingga pada akhirnya, kesabaran Naya sudah benar-benar dipuncak. Naya membentak Davian dan mendiami lelaki tersebut, hingga saat ini.
Naya yang mengingat peristiwa tadi lantas langsung menggeleng-gelengkan kepala, berusaha mengusir pikiran tersebut. Sudah muak dia dengan sesuatu yang berhubungan dengan Revan.
Setelah itu mereka langsung melanjutkan niat mereka untuk pergi ke gerbang sekolah, tetapi lagi-lagi datang seseorang yang menghentikan aktivitas mereka.
"Naya aku minta maaf," ucap seseorang tersebut penuh rasa bersalah.
"Maafin aku yang kayak gini cuma gara-gara mau buat kamu ngerasain hal yang sama. Padahal kamu gak ada niat sama sekali, maafin aku nay, maaf," ucap seseorang itu lirih.
Tanpa ditebak lagi, orang itu jelas-jelas Revan.
Naya hanya menatap datar Revan, berusaha memancarkan aura dingin dalam dirinya. Kalau memang dulu Revan membuat ia merasakan hal yang sama, kali ini Naya yang akan membuat Revan merasakan hal yang sama pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Done
Teen FictionKamu adalah sumber dari rasa sakitku. Kamu datang memberi harapan, namun pergi meninggalkan sejuta rasa sakit yang ku rasa. Aku mencintaimu, tetapi mengapa kau lukai aku? Aku selalu berjuang untukmu, tetapi kau selalu pergi dengan masa bodoh. Aku se...