THE BEGINNING OF DISASTER

6.6K 432 32
                                    

Kalian sungguh RUAR BIASA. Hahaha. Aku ga berpikir akan secepat ini 100 vote. Hanya membutuhkan 1 hari saja. Wow. Terimakasih banyak atas apresiasi kalian semua. 

Love you all.

Kali ini aku minta 150 vote ya, biar ga keteteran aku nulisnya. Biar ga kecepatan juga updatenya. Hahaha. #Ditimpukreaders.

Happy Reading.


Enjoy.


"Laura." batinku memanggil-manggil namanya. Terasa baru kemarin dia meninggalkanku, rasa sakit yang dia torehkan muncul kembali.Dadaku terasa semakin sesak ketika melihat wajahnya yang sendu muncul kembali dihadapanku. Tidak. Tidak. Kali ini aku tidak boleh goyah, dia adalah masa laluku. Masa lalu yang ingin aku lupakan. Kini dipelukkanku sudah ada seorang gadis manis dengan sejuta pesonanya. Yang harus aku lakukan hanya melupakannya, karena Jasmine adalah masa depanku sedangkan Laura adalah masa laluku.

"Aku rasa kamu diajarkan etika dan sopan santun, sebelum masuk ke ruangan orang harusnya terlebih dahulu mengetuk pintu." Aku membuka percakapan diantara kami, aku semakin gugup sehingga aku mempererat pelukkanku kepada Jasmine.

"Tadi diluar aku mendengar suara tawamu, aku merasa tidak yakin kalau itu adalah suaramu, sungguh sangat jarang bisa mendengar kamu tertawa lepas seperti itu." Ya Tuhan, kuatkanlah hatiku dan ampunilah aku karena sejujurnya aku sangat merindukan mata itu yang kini sedang menatapku.

"Jadi, apa yang membawamu kemari? Sebaiknya cepat katakan aku sedang sibuk." Aku berusaha untuk tegas karena aku tidak ingin melihat dia lagi, semakin lama bersamanya akan membuat kesehatan mentalku terganggu.

"Aku... aku membutuhkanmu dan aku ingin menagih janjimu." katanya dengan terbata-bata dan suara yang pelan. Terdengar suaranya sedikit putus asa terlihat dari binar matanya yang sedih dan sayu.

"Kamu bisa mengatakannya sekarang." Jasmine bergerak gelisah, aku tau ini situasi yang kurang nyaman untuknya.

"Aku ingin bicara empat mata." ucapnya tegas. Sekilas aku melirik ke Jasmine meminta persetujuan tanpa berkata-kata tetapi sepertinya dia mengerti akan maksudku dan akhirnya dia mengangguk mengalah. Aku harus menjelaskan semuanya nanti setibanya di rumah, agar tidak terjadi kesalahpahaman diantara kita. Jasmine bangkit dari pangkuanku dia berjalan keluar ruangan dengan langkah yang gontai.

"Baby." kataku memanggilnya lalu dia berbalik menatapku sebelum keluar ruangan. "Tunggu aku di ruang tunggu bersama Gladys, kalau tidak boleh ke cafetaria tetapi harus bersama Gladys. Ingat ga boleh sendirian harus ditemani Gladys. Tunggu aku sampai selesai." Aku memperingatkannya dia tersenyum dan mengangguk mengiyakan lalu berlalu dari ruanganku menyisakan aku dan Laura yang saling memandang satu sama lain. Aku tau senyumannya itu dipaksakan karena raut wajahnya sangat terbaca dia pasti ingin tau apa yang terjadi antara aku dan Laura.

"Apa dia kekasihmu?" tanya Laura kepadaku.

"Bukan urusanmu." jawabku ketus. "Jadi apa yang mau kamu bicarakan?" tanyaku to the poin malas berbasa-basi.

"Jadi dia salah satu wanita jalangmu, sungguh sangat berlebihan mengaturnya seperti itu." katanya dengan nada yang meremehkan.

"Aku tidak suka kamu berkata seperti itu tentang dia, bahkan dia beribu-ribu kali lebih baik dila dibandingkan denganmu." Aku melihat dia sedikit terkejut dengan jawabanku.

"Jadi seleramu sekarang yang seperti itu? Apakah kamu senang berfantasi sekarang?" dia tersenyum meremehkan.

"Apa maksudmu?" aku berusaha untuk tenang walaupun suaraku sudah mulai bergetar mulai menahan amarah yang ingin meledak.

Just MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang