JEALOUS?

6.3K 436 54
                                    

Happy Reading.

Enjoy.


Aku berjalan menjauh, karena aku ga sanggup melihat sorot mata khawatir Jason kepada wanita itu. Terlihat jelas dimatanya bahwa Jason masih mencintainya. Hatiku terasa sakit, mencoba untuk mensugesti diri bahwa semuanya baik-baik saja, tetapi sepertinya tidak bisa. Ini pertama kalinya dalam hidupku merasakan hatiku terasa sangat sakit, terasa sangat sesak di dada ini. Jadi inikah yang disebut terluka karena cinta? Aku takut kehilangannya, kehilangan cintanya, kehilangan perhatiannya, kehilangan kelembutannya dan bahkan aku baru menyadari saat ini kalau aku takut kehilangan sifat posesifnya yang suka mengaturku ini dan itu. Aku terus berjalan lurus tidak tau arah tujuan melangkah, sampai tanpa aku sadari aku menabrak seseorang di depanku. Aku berjalan sambil menunduk otomatis dengan seketika aku mengangkat kepalaku meminta maaf pada orang yang ada di depanku.

"Maaf ga sengaja." kataku lemas.

"Jasmine?" tanyanya heran sambil mengerutkan kening seakan-akan tidak percaya dengan penglihatannya sekarang.

"Alex?" akupun merasa berhalusinasi saat ini, kenapa setiap perasaanku sedih orang ini selalu muncul didepanku.

"Hey, lo ga apa-apa kan? Kenapa muka lo pucat gitu? Sakit?" tanyanya khawatir sedangkan aku masih diam terpaku menatap wajahnya sibuk dengan pikiranku sendiri. "Lo kenapa nangis?" tanyanya lagi kali ini dia menangkap kepalaku, menempatkan kedua telapak tangannya di pipiku sedangkan ibu jarinya dengan lincah menghapus butiran air mata yang membasahi pipiku.

"Eh..? Ngga apa-apa ko cuma kecolok poni tadi." kataku berusaha tersenyum di depannya. Dia mengernyit merasa tidak puas dengan jawabanku tapi syukurlah dia tidak melanjutkan kekepoannya. "Lo sendiri ngapain disini?" tanyaku balik. Sekarang aku yang kepo hahaha.

"Oh.. Gue jenguk ade gue disini." Jawabnya santai.

"Ade lo sakit? Boleh gue ikut jenguk?" kataku sedikit memaksa.

"Tentu aja boleh. Ayo." Alex menarik tanganku agar mengikutinya. Akupun mengikutinya tanpa membantah.

Aku masuk disebuah ruangan VIP khusus anak. Banyak anak-anak kecil yang sedang bermain walau selang infusan tersemat di kulit tangannya, ada juga yang sedang terbaring di kamarnya masing-masing. Aku celingak-celinguk kesana kemari melihat-lihat. Sungguh aku harus merasa bersyukur karena diberi kesehatan, sedangkan mereka masih kecil sepertinya sudah berjuang untuk menghadapi penyakitnya. Sesampainya diruangan di ujung lorong, Alex masuk duluan lalu aku mengikuti berjalan di belakangnya. Aku melihat gadis berumur sekitar 14 tahunan sedang cemberut di atas tempat tidurnya. Dia terlihat sedikit tertarik kepadaku karena dari kedatanganku dia terus saja memandangiku tanpa berkedip menghiraukan orang-orang yang ada disekitarnya.

"Hai." Sapaku kepadanya.

"Siapa dia?" tanyanya ke Alex seolah-olah dia tidak suka kepadaku.

"Dia Jasmine, teman kakak." Kata Alex sambil mencium lembut punggung tangan anak itu yang aku yakini sebagai adiknya.

"Oh iya mam, kenalkan ini temanku Jasmine, tadi kami tidak sengaja bertabrakan di lorong, jadi sekalian aku bawa kemari untuk menjenguk my princess." kata Alex memperkenalkanku kepada wanita yang sedang duduk disamping tempat tidur adiknya, dia terlihat cantik diumurnya yang sudah beranjak tua, dikepalanya sudah terlihat tumbuh rambut putih yang mulai keluar di balik rambut hitamnya tetapi wajahnya tidak nampak keriput sama sekali. Matanya bulat dan bercahaya, pembawaannya tenang dan ramah.

"Kenalkan aku Julie, mamanya Alex. Senang bertemu denganmu Jasmine. Ini pertama kalinya Alex mengenalkanku dengan temannya." dia menjabat tanganku sambil tersenyum penuh kelembutan.

Just MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang