DRAMA

5.9K 388 46
                                    

Happy Reading All.



Sial handphoneku mati, Jasmine kemana? Apakah dia pulang? Dengan siapa? Arggh... kenapa gadis itu tidak pernah mengikuti perintahku dengan benar. Aku mengkhawatirkannya. Tapi aku tidak bisa mencarinya sekarang, keadaan mami jauh lebih penting, aku takut terjadi hal yang buruk kepadanya. Tuhan, sehatkanlah dia, aku tau aku bukan orang yang taat kepadamu, bahkan aku akui diriku penuh dengan dosa tapi aku mohon kabulkanlah permintaanku ini. Semoga mami baik-baik saja. Sesampainya di rumah sakit, aku segera menghampiri ruang rawat mami. Aku melihat mami terbaring ditempat tidurnya dengan selang oksigen melekat dihidungnya dan juga selang infusan di tangan kirinya. Balutan kain kasa dikepalanya menandakan terdapatnya benturan dikepala. Ya Tuhan semoga mami baik-baik saja.

"Gimana keadaan mami, pi?" Aku melihat papi yang duduk tenang di sisi mami, tetapi aku yakin hati papi hancur ketika melihat mami tergolek tidak berdaya seperti ini.

"Mami masih belum sadar, cuma masa kritisnya sudah lewat." kata papi sambil memandang sedih ke arah mami.

"Mi, cepet sembuh ya. I love you." kataku berbisik di telinga mami lalu mengecup kening mami. Aku yang biasanya malas dengan segala dramanya mami, sekarang aku sangat merindukan tingkah lakunya itu. Aku sedih melihatnya seperti ini.

"Ada apa ini sebenarnya pi?" tanyaku kepada papi.

"Kita bicara diluar." kata papi dengan tegas keluar ruangan, sebelum keluar papi mengecup lembut punggung tangan mami. Kami berdua keluar dari luar ruang perawatan mami. Duduk diruang tamu, lalu tidak lama kemudian Daniel datang.

"Ini buktinya pi." kata Daniel memberikan amplop coklat kepada papi. Papi mengambilnya dan melihat-lihat isinya.

"Aku akan pastikan dia akan mendapat balasannya, tapi tidak sekarang. Kita harus fokus dulu sama kesehatan mami, sementara kalian berdua harus lebih waspada dan lebih berhati-hati." papi berkata dengan tegas tetapi penuh dengan peringatan dan ancaman. Tidak banyak yang papi katakan. Aku tau pikiran papi sedang kalut tetapi papi tidak ingin bertindak gegabah. Papi meninggalkan kami di ruangan ini karena papi kembali menemani mami, dia tidak mau sekalipun meninggalkan mami terlalu lama.

"Apa udah ada kabar dari Jasmine?" kataku kepada Daniel. Dia menggeleng pelan.

"Gadis itu, tidak bisakah tidak membuatku khawatir walau sekali saja." aku mendesis kesal.

"Entahlah. Di apartement ga ada. Di rumahnya pun kosong, aku nyoba kontak ke Han sama Brian belum ada jawaban. Apa kalian bertengkar?" Daniel menatapku penuh curiga.

"Tidak. Kenapa kamu berkata seperti itu?" tanyaku heran.

"Dia memang tidak begitu suka diatur Jason, tetapi pasti ada penyebabnya dia tiba-tiba menghilang." spekulasi Daniel membuatku takut, aku takut jika terjadi sesuatu pada Jasmine. Aku takut dia diserang oleh Franco.

"Maksud lo dia diculik Franco?" aku menggeram marah, tidak sanggup membayangkan sesuatu terjadi pada Jasmine .

"Ngga. Ga mungkin itu sepertinya Franco belum tau tentang Jasmine. Jangan terlalu khawatir, kayanya Jasmine bukan cewe lemah. Lo pasti lebih tau dari gue." Jawaban Daniel sedikit menenangkanku. Tapi apa yang menyebabkan Jasmine tiba-tiba menghilang. Apa dia cemburu dengan Laura? Argg.. yang bisa aku lakukan kini hanya menunggu kabar darinya. 

**

Selesai naik biang lala, aku dan Alex pergi untuk membeli kaos dan celana ganti untukku. Lalu kami berdua makan direstoran cepat saji di dekat situ. Meskipun suasana terasa canggung tapi aku merasakan kehangatan seorang pria dari diri Alex. Bukan dalam artian suka sama cowo gitu cuma perhatian kecil yang diberikannya membuatku merasa disayang oleh kakak, seperti yang Brian sering lakukan kepadaku.

Just MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang