THE SECRET

8K 426 18
                                    

Hello semuanya hihihi asik viewersnya nambah 1 K.

Makasih ya udah sudi membaca tulisan aku ini, tapi harap commentnya untuk memajukan tulisan ini jadi lebih baik.

Part ini aku juga ga tau nih feel nya dapet ato ngga. Saya harap kalian suka.

Kalo ada typo maap-maap ya nanti di perbaiki lagi.

Enjoy.


"OH MY GOD, Brian, gue ga lagi berhalusinasikan? Hahahaha." Aku bertanya pada Brian, aku ngerasa ga yakin dengan apa yang barusan aku liat.

"Gue udah sering sih liat mereka, keluar hotel bareng, cuma untuk live action baru barusan gue liat. Hahahaha." Brian menjawab sambil cekikikan.

"Kok jadi gue yang malu sendiri ya liat mereka kaya gitu?" aku ikutan cekikikan juga.

"Lo ga marah kalo mereka akhirnya bersama?" Tanya Brian serius.

"Hmm.. nggalah buat apa marah? Justru gue bahagia akhirnya gue punya keluarga yang lengkap." Kataku sambil tersenyum, dengan membayangkannya saja sudah membuatku bahagia apalagi hal itu menjadi kenyataan. Aku akan mempunyai seorang ibu.

"Gue mau minta maaf sama sikap gue belakangan ini." Tiba-tiba Brian mengubah pembicaraan. Memang cepat atau lambat masalah diantara kami harus segera dibicarakan agar tidak menimbulkan perselisihan yang berkepanjangan.

"Kita harus bicarain ini serius dan gue mohon untuk ga ada hal yang lo tutup-tutupin lagi." Aku duduk di tepian kasur dan Brian duduk di kursi meja belajarku.

"Oke." Katanya tegas.

"Siapa yang sebenarnya Jason bunuh?" kataku to the poin.

"Wow, sebegitu ingin taunya lo tentang dia?" kata Brian sambil tersenyum mengejek.

"Gue sama dia udah END, ga ada hubungan apa-apa lagi Brian. Please. Gue hanya pengen tau kebenarannya." Aku sedikit berteriak kepadanya terpancing emosi.

"Kamu ingat gadis kecil berusia 5 tahun yang pendiam ketika di panti? Yang berambut hitam dan bermata bulat besar?" tanyanya kepadaku. Aku berusaha mengingat-ingat dan sepertinya aku sedikit mengingatnya.

"Hmmm... yang sering berdiam diri di atas ayunan?" tanyaku sedikit ga yakin sama ingatanku. Brian mengangguk lemah mengiyakan. Lalu dia terdiam cukup lama.

"Dia adalah adikku. Adik kandungku. Britanny Hervey." Dia menjawab dengan lemah dan ekspresi mukanya tidak dapat terbaca.

"Apa?" aku sedikit tidak percaya dengan apa yang Brian ucapkan, tetapi dia hanya mengangguk mengiyakan.

"Dia di adopsi oleh keluarga kaya, Keluarga Robbins. Dia tumbuh menjadi putri tunggal keluarga Robbins. Gue ga terlalu mencemaskan dia, karena sudah pasti dia tidak kekurangan sesuatu apapun, sampai gue bertemu dengannya beberapa bulan yang lalu." Aku menatap Brian sedikit prihatin dan jujur baru kali ini dia menceritakan hal ini, selama ini yang aku tau dia tinggal sebatang kara orang tua dan adiknya tewas dalam kecelakaan mobil.

"What happen?" tanyaku penasaran.

Brian terdiam seperti sedang merangkai kata-kata yang tak sanggup dia ucapkan. "Kehidupannya berantakan bahkan sepertinya hidupnya jauh dari kata bahagia, gue nyesel ngebiarin dia pergi, andai saja waktu itu gue dapat melindunginya." Aku melihat sorot mata Brian yang menggelap, menahan amarah tapi diakhiri dengan keluarnya air mata. Seumur hidup aku mengenal Brian, ini baru pertama kali aku melihat dia menangis. Sepertinya dia menangis karena teringat kembali akan luka lama yang kini terkuak kembali. Aku menghampiri Brian, lalu aku memeluknya mencoba untuk merasakan kepedihan yang saat ini dia rasakan.

Just MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang