EVERYTHING IS GONNA BE OKAY

6.4K 384 38
                                    

Hello teman-teman readers.

Maafkan aku yaa.. updatenya lama >_< lagi banyak kerjaan soalnya.

Ini aku update tapi cuma dikit aja hehehe.

Lumayanlah ya biar ngobatin sedikit kangenny sama Jason dan Jasmine.



Happy Reading.


Enjoy




Rasanya tidak sabar untuk segera melihat langit padam. Beberapa jam lagi malam akan segera tiba. Aku hanya bisa berharap dapat melihat wajahnya walaupun dari jauh. Bahkan hanya beberapa detik saja itu sangat berharga untukku. Memastikan dia baik-baik saja karena aku sangat merindukannya. Rasanya menggila seminggu ini tidak melihatnya, ditambah lagi aku harus berpura-pura baik dengan ratu medusa ini. Ya Tuhan ratu medusa ini tidak ada henti-hentinya untuk menggodaku, membuatku merasa jengah dan sangat risih. Jika aku memiliki pilihan lain, tentunya aku akan melemparkan wanita ini ke luar dari mobilku saat ini karena dia setiap saat bermanja-manjaan dan melemparkan senyuman penuh kepalsuan kepadaku. Membuat aku semakin muak.

"Sayang, aku lapar." kata Laura sambil melingkarkan tangannya ketanganku sambil menyenderkan kepalanya di bahuku.

"Sebentar lagi kita sampai di hotel, kamu bisa pesan makanan disana." jawabku singkat sambil masih fokus dengan jalanan.

"Kamu terlihat berbeda, kamu jauh lebih dingin dari biasanya dan aku pastikan kamu tidak pernah tertawa jika sedang bersamaku. Berbeda jika dengan gadis sialan itu." Laura melepas pegangan tangannya dariku dan langsung merajuk menatap ke arah luar jendela.

"Seriusly? Kita akan bahas ini sekarang?" tanyaku dengan sedikit marah karena aku merasa tidak terima Jasmineku sayang dikatai "gadis sialan" karena sesungguhnya dialah gadis sialan sebenarnya.

Mendengar nadaku yang sedikit marah, sepertinya dia sedikit takut dan mulai melunak kepadaku. "Aku hanya ga suka jika kamu sedang bersamaku tetapi pikiranmu melayang ke tempat lain." katanya sambil memilin ujung kemejanya.

"Ya udah kita mampir dulu ke cafe, ga jauh dari sini sepertinya ada cafe yang enak." jawabku pasrah mencoba untuk mengalah. Mendengar jawabanku dia tampak sedikit bahagia dan langsung menyandarkan kepalanya lagi ke bahuku.

"Bukannya itu Daniel sayang?" tanyanya kepadaku. Aku mengamati ke arah yang ditunjuk Laura. Segera aku mempercepat laju mobilku dan berhenti tepat di depan Daniel. "Sedang apa Daniel, Han dan Brian bersama di sini. Apakah mereka sedang bersama Jasmine?" Itu pertanyaan yang terbesit di dalam benakku. Samar-samar aku melihat seorang gadis mengendarai motornya dengan sangat kencang meninggalkan Daniel, Han dan Brian yang terlihat frustasi memanggil-manggil gadis itu. Apakah itu gadisku? Jasmine? Ada apa sampai dia melaju secepat itu di jalan raya seperti ini? Apakah dia tidak berpikir itu akan membahayakan nyawanya? Argghh... gadis itu kenapa tidak bisa untuk tidak membuatku khawatir.

Aku berhenti tepat di depan tiga orang pria aneh itu. Laura tiba-tiba keluar dari mobil dan menyapa Daniel.

"Jas, Jasmine..." kata Daniel seolah-olah memberiku isyarat untuk mengejar gadis yang baru saja melesat dengan cepat.

"Titip dia." kataku menitipkan Laura dan langsung mencoba mengejar Jasmine. Ya tuhan semoga saja, tidak ada hal-hal buruk yang sedang terjadi. 

Beruntung jalanan sedang lowong, meskipun aku tertinggal jauh tetapi aku masih bisa melihat punggungnya dari kejauhan. Aku berharap dapat segera menyusulnya dan menanyakan apa yang sedang terjadi saat ini. Aku menelusuri jalan raya yang kanan kirinya rimbun dengan pepohonan yang menjulang tinggi, seperti hutan. Dan aku lihat Jasmine membelokan motornya ke arah hutan belantara. Dan sialnya jalan setapak itu tidak dapat di lalui mobil. Aku segera turun dari mobil, merasakan udara yang sedikit lembab mungkin akibat semalam turun hujan. Jalanan yang becek karena bersatunya air dan tanah merah, tidak memadamkan api semangatku untuk mengejar Jasmine. Aku terus berjalan mengikuti jejak ban yang ditinggalkan motor Jasmine tadi. Aku tidak dapat melihat-lihat kondisi sekitar karena kanan dan kiriku penuh dengan rumput ilalang yang menjulang tinggi hampir satu setengah tinggi badanku. Aku juga harus sedikit waspada jiga tiba-tiba saja ada orang jahat yang menyerangku. Dari kejauhan nampak aku melihat atap rumah tetapi aku sedikit tidak yakin itu sebuah rumah tinggal karena dari kejauhan terlihat mengerikan. Atapnya berwarna hitam ada bagian yang bolong juga ditengah-tengahnya dan sedikit -maksudku banyak- akar-akar pohon yang menjalar diatas permukaannya menambah kesan angker. 

Just MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang