bab 6

1K 68 5
                                    

Warning: typo bertebaran hehe

Happy reading guys:)

Sesampainya di kantin Andrew melihat sekitar isi kantin dengan bingung. Bian yang menyadari hal tersebut langsung menyikut Andrew membuat Andrew menatapnya tajam.

"Apaan sih" tanya Andrew yang masih mencari-cari seseorang.

"Lo ngapain? Nyari siapa sih?" Bian pun bingung dengan sahabatnya tersebut.

"Nyari Zela" ucap Andrew pelan.

"yaudah, lo cari tempat biar gue yang beli makan"

Sepeninggalan Bian, Andrew pun masih mencari Zela. Tumben si bocah gak kantin? Dia kenapa sih? Batin Andrew yang masih celingukkan.

Tak butuh waktu lama, Bian pun duduk di hadapan Andrew.

"ZELAAA" teriak Bian sambil menyuruhnya gabung dengannya -Bian dan Andrew- ketika melihat Zela dengan Mareta yang baru saja datang ke kantin.

Tak butuh waktu lama untuk Zela ke meja mereka berdua.

"Apaan?" tanya Zela dengan ketus.

"Si doi nyari lo terus" ucap Bian sambil melirik Andrew.

"Siapa? Revan? Mana?" ucapan Zela membuat Bian menatapnya tajam.

"ngapain sih Ze lo harus cari yang jauh sedangkan yang di depan mata udah ada" seru Mareta dengan kesal.

"Udah elah, Ze lo gak makan?" tanya Andrew.

"Gak males" jawab Zela dengan singkat.

"Napa lo? Tumben gak makan?"

"Galau Drew biasa abis di beri harapan sama Revan" celetuk Mareta membuat Zela kesal.

"Emang Revan ngapain lo?" sekarang Bian yang ikut kepo yang bertanya.

"Gue bete gue kesel. Kemaren kan gue diajak jalan sama Revan abis gitu pulangnya dia bilang "besok gue jemput" Gue seneng banget ya siapa yang gak seneng diajak gebetan berangkat bareng. Paginya gue semangat sebelum dia telpon gue gak jadi jemput katanya ada urusan mendadak" cerita Zela panjang lebar.

"Yaelah lebay lo" cibir Bian membuat Zela ingin menjitak kepalanya.

"Lo tinggal bilang ke gue kalau lo gak jadi di jemput Revan, gue bakal anter lo kemana pun lo mau" ucap Drew dengan tenang.

"bosen gue kalau tiap hari lo mulu yang anter gue"

"yaudah"

"Ta, pulang bareng gue ya ntar" ucap Bian pada Mareta.

"Gue gak mau nunggu lo selesai basket dulu"

"HAH?"

"Apaan sih Ze teriak-teriak sakit telinga gue?" tanya Bian.

"ngapain lo pulang bareng Mareta?"

"kepo" jawab Bian sambil memeletkan lidahnya kearahnya Zela membuatnya melempar tisu ke arah Bian.

"Gue ke toilet dulu" ucap Andrew sambil berjalan meninggalkan kantin.

"Andrew kenapa sih?" tanya Zela pada kedua temannya.

"Suatu saat lo bakal sadar mana yang tulus sama yang cuma manfaatin lo dan saat lo sadar lo gak bakal nyesel karena semuanya mungkin terlambat" Zela makin tidak mengerti dengan perkataan Bian.

"Apa sih? Gue gak ngerti" tanya Zela membuat Bian menatapnya tajam.

"lupakan. Gue balik dulu nyusul Andrew dah"

Zela memandang bingung Bian kemudian Zela bertanya pada Mareta.

"lo ngerti apa yang di maksud Bian,Ta?" tanya Zela tapi Mareta malah mengendikkan bahunya membuat Zela kesal.

▫▫▫▫▫▫

Revan bersiap-siap pergi dari rumah Marsha namun berhenti ketika seseorang memanggilnya.

"Apa?" Balas Revan dengan datar

"Gue cuma minta lo gak usah deketin Zela lagi kalau niat lo cuma buat dia sakit" ucap Mareta dengan tatapan tajamnya.

"bukan urusan lo" Balas Revan dengan tatapan tak kalah tajam.

"jelas urusan gue Zela sahabat gue dan gue gak mau sahabat gue sakit hati gara-gara cuma lo MAININ" Mareta menekankan kata terakhirnya membuat Revan tersenyum miring.

"Ada apa sih Ta?" tanya Marsha melihat Mareta dengan Revan adu mulut.

"nothing. Gue ke Kamar dulu ya ca" pamit Mareta meninggalkan Marsha dan Revan.

"kenapa sih Van?" Marsha masih penasaran dengan apa yang di bicarakan Revan dengan Mareta.

"Gak papa, gue pulang dulu ya. Kalau udah mendingan telpon gue" Revan mengacak rambut Marsha membuat Marsha tersipu.

▫▫▫▫▫▫

Setelah bel berbunyi, Zela langsung menuju ke kamar mandi berniat untuk ganti pakaian ekskulnya. Setelah berpakaian ia langsung menuju ke lapangan yang sudah ada teman ekskulnya.

"ZELAA!!!" Teriak Anggi yang merupakan salah satu sahabat Zela. Tidak hanya Mareta, Zela punya tiga orang sahabat yaitu Anggi, Regina dan Atha. Namun mereka berbeda kelas dan jurusan membuat mereka jarang bertemu dan kebetulan Zela sekelas dengan Mareta.

"Hm" balas Zela dengan menggunakan sepatu basketnya.

"Besok malem kita ke rumah Regina lo mau ikut gak?" Tanya Anggi

"Boleh" jawab Zela singkat

"Yaudah lo jemput gue dong" mohon Anggi yang hanya di balas gumaman oleh Zela.

"Lo kenapa sih singkat amat ngomongnya" cibir Anggi

"Udah yuk pemanasan dulu" seru coach basket mereka membuat Anggi agak kesal karena obrolan mereka terpotong.

▫▫▫▫▫▫

Setelah latihan selesai, tak membuat Zela melangkahkan kakinya untuk pulang. Ia malah masih duduk di lapangan sendirian karena teman-teman yang lain sudah pulang sekitar sepuluh menit yang lalu.

Tiba-tiba ada seorang menepuk bahunya membuat ia berpikir siapa orang gila yang masih ada di sekolah jam segini.

"Hei" sapa orang tersebut sanbil duduk di samping Zela.

"Lo kan cowok UKS itu kan? Emm Alden kan?" Tanya Zela agak ragu.

"Lo masih inget gue aja. Ngapain jam segini masih disini?"

"Males pulang dan belum di jemput" balas Zela singkat.

"Mau pulang bareng gue?"

"Gak usah makasih" ucap Zela dengan ketus.

"Cewek gak baik disini sendirian. Emang lo gak takut?"

"Yaudah deh. Bentar gue beres-beres dulu" ucap Zela sambil membereskan barang bawaannya.

"Udah kan Ze? Yuk" ajak Alden pada Zela.

"Eh wait-wait lo kok udah tau nama gue?" Tanya Zela pada Alden karena seingatnya Zela tidak memperkenalkan dirinya pada Alden.

"Yaelah gampang kali gue tau nama lo" senyum miring tercetak di bibir Alden.

"Yaudah serah lo deh. Yuk keburu malem" ajak Zela.

Alden pun menggandeng Zela ke parkiran membuat Zela merona namun dengan cepat ia menetralkan ekspresinya.

"Modus lo pake pegang-pegang tangan gue" Ucap Zela sambil melepaskan tangan Alden namun Alden hanya terkekeh dengan tingkah Zela.

"Ayo cepet naik" perintah Alden membuat Zela naik ke motornya.

"Pegangan, gue gak mau tanggung jawab kalau misalnya lo jatuh"

"Modus lo" Balas Zela sambil menjitak kepala Alden.

Senyum miring tercetak di bibirnya yang tertutup oleh helm. 1-0  brother batin Alden.

Vomment?

Give Me LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang