bab 10

699 40 2
                                    

Andrew sangat ingat dengan apa yang di lakukannya tadi. Sejenak ia menyesali tindakannya tersebut.

Tetapi bagaimana lagi, ia sudah menyanggupinya walaupun terasa berat.

▫▫▫▫▫▫▫

Ellena melangkahkan kakinya di koridor dengan setengah berlari membuat murid lain yang berada di koridor melirik ke arahnya.

Setelah sampai di persimpangan koridor tiba-tiba seseorang menabraknya membuat ia sedikit terhuyung ke belakang.

"Eh, eh sorry gue gak sengaja" ucap cowok tersebut yang menabrak Ellena sambil mengulurkan tangannya berniat membantu Ellena.

"Iya gak papa, gue juga sih, lari di persimpangan koridor" Balas Ellena dengan cengirannya.

"Oke, gue minta maaf ya. Oh iya lo anak baru? Kok gue gak pernah liat lo" tanya cowok tersebut yang di beri anggukan oleh Ellena.

"Iya, kenalin gue Ellena, Just call me Lena" ucap Ellena sambil tersenyum membuat cowok di depannya tertegun.

Bener juga kata si Lian nih cewek cantik juga apalagi senyumnya. batin cowok tersebut.

"hei" sentak Ellena membuat cowok tersebut kembali menatap Ellena kikuk.

Saat cowok tersebut ingin berbicara, bel masuk terdengar membuat cowok tersebut berdecak sebal.

Cowok tersebut segera pergi menuju kelas karena kelasnya jauh dari tempat ia berdiri serta jam pelajaran pertama ialah pak Rudi yang notabenenya guru terkiller sepanjang masa.

Namun cowok tersebut menoleh ke belakang dilihatnya Ellena masih memandanginya dengan bingung, tetapi Ellena masih mendengar apa yang di ucapkan oleh cowok tersebut "Gue Andrew" seru Andrew sambil berlari meninggalkan Ellena yang masih memperhatikan Andrew dengan senyum tipis.

▫▫▫▫▫▫▫

Mareta meruntuki dirinya,  bagaimana bisa ia terlambat datang karena salah memasang alarm.

Goblok banget sih gue, kenapa juga harus salah pasang alarm arghhhh batin Mareta sambil memegangi kepalanya yang serasa pusing akibat ia kemaren habis kehujanan.

"Anjir, udah di tutup lagi gerbangnya" dalam hati Mareta menyebutkan bila hari ini ialah hari tersialnya.

"WOY MARETA" teriak seseorang yang sangat Mareta kenal, membuat ia menoleh ke arah teriak tersebut.

"Lo telat?" tanya seseorang tersebut membuat Mareta semakin kesal.

"Menurut lo?" Mareta malah bertanya balik pada cowok di sampingnya membuat cowok di sampingnya terkekeh.

"Ayo ikut gue, Lo mau masuk kan?" ajakan tersebut membuat Mareta memandang tajam cowok di sampingnya.

"Ya iyalah bego, gue mau masuk tapi ini gue telat, sekali lagi TELAT" jawab Zela dengan kesal.

"Yaudah ayo masuk, lewat samping, kita manjat disitu. Gue yakin jam segini masih ada murid yang masuk lewat situ" ajak cowok tersebut pada Mareta.

"Lo gak ngigo kan Van?" tanya Mareta pada Revan untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengar dengan apa yang di usulkan oleh Revan tadi.

"Lo kira gue tidur apa? Cepetan lo mau masuk atau gak?" ucap Revan sambil meninggalkan Mareta yang masih diam di tempat.

"WOY CUMI, TUNGGUIN GUE KAMPRET LO"  teriak Mareta sambil mengejar Revan.

"Gue naik dulu ntar lo gue bantu kalau gue udah di atas" Revan pun segera memanjat tembok yang lumayan tinggi. Sesampainya di atas, Revan mengulurkan tangannya berniat membantu Mareta, namun Mareta tidak menyambut uluran tangan Revan membuat Revan kesal setengah mati dengan sifat Mareta yang sangat moody-an.

"eh-ehm Van, lo tutup mata lo gih" ujar Mareta dengan menahan malu.

"Ngapain juga gue harus tutup mata hah?! Cepetan Elah lama lo, gue turun nih biar lo manjat sendirian"

"Gue pake rok bego, nanti lo liat lagi" jelas Mareta sambil menahan malu membuat Revan tiba-tiba tertawa keras seketika Mareta langsung menetapnya tajam membuat Revan menghentikan tawanya.

"Gak napsu gue liat dalem–Aww sakit bego, ngapain lo lempar sepatu butut lo itu ke kepala ganteng gue heh?! Lagian gue itu diatas bukan di bawah. Mana mungkin gue bisa lihat daleman lo" jelas Revan panjang lebar membuat Mareta malu dengan apa yang ada dipikirannya.

"Ayo cepetan, nanti bisa ketauan bego" seru Revan sambil menahan kesal pada Mareta.

Mareta ragu-ragu menerima uluran tangan Revan tapi mau tak mau ia akhirnya menerima uluran tangan Revan dengan sedikit takut. Sesampainya di atas, tiba-tiba Mareta kehilangan keseimbangan membuat Mareta dan Revan limbung ke belakang dan tiba-tiba......

BRAKKKK......

Revan membeku begitu juga dengan Mareta, sesuatu yang kenyal dan lembut kini menempel pada bibir Mareta membuatnya mematung, sejenak ia sadar dan ingin melepaskan diri dari Revan karena siapa saja yang melihat bagaimana keadannya pasti mereka mengira-ngira bahwa ia dan Revan melakukan tindakan asusila di sekolah.

Namun sebelum melepaskan diri dari Revan, Revan segera memeluk pinggang Mareta membuat Mareta refleks menampar Revan dan segera berdiri dari atas tubuh Revan.

"Reta so--" sebelum Revan sempat berbicara, Mareta segera pergi dari hadapan Revan.

Revan bingung ada apa dengan yang barusan ia lakukan. Kenapa ia tidak mendorong Mareta? Kenapa ia harus memeluk Mareta? Kenapa harus jatuh segala? Dalam otak Revan hanya ada kata Kenapa.

Goblok lo Van, kenapa pake acara meluk dia segala sih? batin Revan frustasi.

▫▫▫▫▫▫▫

Alden berdecak sebal karena ia disuruh Bu Tania pergi ke ruang kepala sekolah dan itu membuat Alden kesal setengah mati karena acara tidur di kelasnya terganggu oleh nenek sihir.

Tok Tok Tok

"Permisi pak, Anda memanggil saya?" tanya Alden dengan sopan.

Kepala sekolah mengernyitkan dahinya pertanda ia bingung dengan apa yang di bicarakan oleh muridnya.

"Siapa ya? Saya rasa saya tidak memanggil siapapun untuk ke ruangan saya" jelas Kepala Sekolah membuat Alden malu pasalnya ia sedang di kerjai oleh Bu Tania –si nenek lampir.

Sialan si nenek lampir ngerjain gue, awas aja lo batin Alden dengan muka ditekuk.

"Oh, saya permisi pak, maaf mengganggu waktu anda" pamit Alden.

"Baiklah, kamu sekarang kembali ke kelas" ucap kepala sekolah yang di balas anggukan oleh Alden.

Alden segera keluar dari ruang kepala sekolah dan kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran. Namun ketika ia ingin berbalik ke kela, matanya tak sengaja menatap seorang perempuan yang nampak keluar dari kelas.

Alden berniat untuk menghampiri perempuan tersebut namun sebelum ia menghampirinya tiba-tiba suara paling horor mengintrupsinya.

"Mau kabur dari kelas, Alden Julian Denandra?" ucap bu Tania sambil menjewer telinga Alden membuat empunya meringis.

Yah gagal deh usaha gue buat deketin dia, coba aja nih si lampir gak dateng udah gue samperin. Gila kenceng banget si nih nenek lampir jewer kuping gue. batin Alden sambil berusaha melepaskan tangan bu Tania.

Hai im back wehehehe. Tambah gajelas ya ceritanya hmm. Oke jangan lupa vote sm comment ya guys. Thank you xxx

Give Me LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang