bab 11

843 45 2
                                    

Typo bertebaran yah gak sempet edit soalnya hehe. Oke happy reading guys :)



Azela POV

Aku berdecak sebal sebab waktu tidur siangku berkurang karena mama menyuruhku ke supermarket dekat taman kota untuk membeli bahan makanan untuk makan malam nanti.

Aku mengutuk cuaca yang hari ini sangat panas melebihi neraka. Emang lo tau rasanya neraka gimana?. Tiba-tiba pemikiran tersebut melintas di pikiranku. Eh ya juga ya, mana tau gue neraka rasanya kayak gimana. Batinku membenarkan pikiranku.

"kok tumben jalanan macet" aku menggerutu sambil menstater motorku sambil menoleh ke kanan-kiri.

Tiba-tiba mataku sekilas melihat orang yang sangat ku kenal sedang duduk di area taman kota seorang diri. Ngapain dia disana?. Segala pertanyaan terus ada di otakku membuatku memutar arah ke tempat parkir motor.

Setelah sampai di tempat parkir, aku segera ke arah bangku taman yang jaraknya agak jauh dari tempatku parkir motor.

Semoga gue gak salah liat dan semoga saat gue sampe disana dia masih disana batinku terus menerus.

Setelah jarakku dengannya tinggal 5 meter, kini aku yakin bahwa ia adalah orang yang benar dan aku berjalan agak cepat namun saat jarakku dengannya kurang 1 meter, tiba-tiba seorang perempuan yang sangat familiar dimataku langsung duduk berhadapan dengannya membuat aku diam di tempat. Tetapi sialnya, aku mendengar semua percakapan antara lelaki tersebut dengan perempuan itu karena memang jarakku bisa di bilang dekat dengannya.

"GUE.SAYANG.SAMA.LO.DARI.DULU" ujar lelaki tersebut membuatku membeku.

Aku melihat gadis tersebut membelalakkan matanya pertanda dia tidak percaya dengan apa yang baru diucapkan oleh laki-laki di depannya.

Tiba-tiba kata-kata yang ia ucapkan kepadaku dua hari yang lalu kini ia ucapkan lagi namun ia mengucapkan kepada orang yang berbeda. Kulihat perempuan itu mengangguk tanda ia menyetujui ajakan laki-laki tersebut membuat laki-laki tersebut mengembangkan senyum yang membuat wajah tampanny semakin tampan.

Aku berusaha menahan tangis serta menahan amarahku agar aku tidak meledak-ledak di depan pasangan yang baru saja memulai hubungannya.

Kemudian aku berdiri tepat di belakang pasangan tersebut sambil memanggil nama laki-laki itu.

"Re-Revan?" panggilku lirih namun masih di dengar oleh lelaki dan perempuan itu.

Tak lama kemudian, seseorang yang kupanggil Revan itu menoleh ke arahku dengan wajah yang sangat kaget. Mungkin dalam benaknya mengapa aku bisa disini? Apa aku mendengar semua yang ia katakan?.

"Ze, gue bisa jelasin" ujar Revan kepadaku namun aku tidak butuh penjelasannya sama sekali karena aku sudah mengetahui apa yang ia lakukan di belakangku.

"Jelasin apa lagi sih Van? Gue denger semua yang lo ucapin ke dia" tanyaku menunjuk perempuan itu sambil tertawa miris menahan air mata yang sekali aku mengedipkan mata mungkin ia bisa terjatuh.

"Dan buat lo, gue kira lo beneran sahabat gue tetapi gue baru tau kalau lo itu cuma seorang sahabat yang bisanya cuma nikung sahabat sendiri" ujarku sambil terus menunjuk perempuan itu, menyebut namanya saja aku tidak sudi.

"JAGA UCAPAN LO ZE" bentakan Revan membuatku menatapnya tak percaya. Bagaimana bisa ia membentakku untuk membela perempuan tidak tau diri ini?

"GUE KIRA LO CEWEK BAIK-BAIK TAPI GUE SALAH. GUE NYESEL KALAU GUE BILANG NYAMAN KE LO, KARENA ITU MUNGKIN CUMA KEDOK LO BUAT GUE PERHATIAN KE LO, DASAR JAL–"

PLAKK

Sebelum Revan selesai dengan ucapannya, aku melayangkan tamparan yang sangat keras untuk wajahnya yang sangat memuakkan untukku.

"Gue gak nyangka dengan apa yang lo omongin ke gue, gue gak nyangka kalau dari dulu sampai beberapa menit yang lalu orang yang selalu gue bangga-banggakan pada orang-orang malah bilang kalau gue perempuan jalang? Sehina itukah gue di mata lo?" Aku tertawa sinis kemudian segera pergi dari pasangan tersebut tetapi hal terakhir yang aku dengar dari mulut Revan ialah Revan berbicara

"Lo kenali dulu sahabat lo itu, mulut lo jangan asal ngomong" teriakan Revan membuatku diam. Tetapi persetan dengan ucapannya karena aku terlalu kecewa dengan mereka.

▫▫▫▫▫▫▫

Aku langsung masuk kedalam rumah tanpa salam membuat mama yang menungguku di ruang tamu bingung.

"Loh Ze, mana belanjaan yang mama suruh beli?" tanya mama kepadaku membuat aku lupa karena tadi mama menyuruhku membeli bahan makanan. Tapi sebelum aku menjawab pertanyaan mama, aku langsung memeluk mama karena yang aku butuhkan sekarang ialah support dari mama.

"Loh Ze, kamu kenapa sih? Dateng-dateng gak bawa bahan makanan terus tiba-tiba main peluk mama sambil nangis lagi" jika keadaanku tidak seperti ini mungkin aku akan tertawa mendengar ucapan mama yang sangat bawel tetapi tidak untuk sekarang.

Aku pun terisak sambil memeluk mama. "Ma, maaf Zela lupa beli bahan makanan untuk nanti malem"

"Udah, gak usah dipikirin nanti kita Delivery aja. Sekarang kamu cerita ke mama kenapa kamu dateng tiba-tiba meluk mama sambil nangis lagi, kayak orang putus cinta aja" ucapan mama membuatku berhenti menangis karena ucapan mama sangat benar. Aku sedang putus cinta. Haha terdengar menggelikan tapi percayalah bila suatu saat kalian akan putus cinta maka kalian sangatlah melankolis.

Kemudian aku menceritakan semua kejadian beberapa hari lalu sampai hari ini. Mama terlihat Syok dengan ceritaku namun ia malah dengar santainya bilang.

"Udah ah, anak mama kan cantik jadi biar aja deh relain aja yang kayak gitu"

"Ih mama" aku cemberut dengan ucapan mama yang terbilang lebay dan santai.

"Ya kamu gak usah marah-marah di depan mereka Ze. Kalau kamu malah marah-marah ke mereka malah kamu yang diinjek-injek sama mereka. Kamu jadi cewek harus kuat. Mungkin kalian cuma bisa berteman eh tapi katamu kan Revan pernah nembak kamu kan?" tanya mama yang hanya ku balas dengan anggukan kepala.

"Kenapa kamu tolak kalau kamu suka atau sayang sama dia?"

"Entah ma, yang ada di otak Zela hanya agar Zela bisa lebih mengenal Revan" jawabku dengan bingung.

"Bukan karena kamu ingin kenal sama Revan tapi Feeling kamu udah nolak Revan. Jadi mama anggap kamu cuma terobsesi dengan pahlawan kamu itu" ujar mama setengah meledek kepadaku.

"Terus aku harus gimana, Ma?"

"Kalau kamu ketemu sama Revan ya biasa aja anggep kejadian tadi gak pernah terjadi tapi kalau sama yang cewek mama harap kamu bisa ngomong baik-baik sama dia. Mungkin aja kamu salah paham atau gimana soalnya tadi Revan bilang kalau kamu harus mengenali sahabatmu dulu sebelum kamu asal ngomong"

Dalam hati aku membenarkan bahwa Setiap kita jatuh entah dalam hal apapun selalu ada ibu yang akan memberi semangat anaknya.

Hallo aku balik nih, gimana? Aku udah pake Pov-nya Zela loh wkwk, gimana menurut kalian? Enak pake Pov seperti punya Zela atau pake Author Pov? Hehe jan lupa vote sm comment ya guys thankyou.

Give Me LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang